Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Dolanan Tradisional Lebih Bagus dari Game? Coba Simak Ini

Banyak orangtua mengeluh anaknya kecanduan permainan modern. Anak lebih dekat dengan game, malas belajar, dan bertipikal keras.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Dolanan Tradisional Lebih Bagus dari Game? Coba Simak Ini
SURYA/SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
DOLANAN JADOEL - Anak-anak bermain mainan tradisional (jadul) Engkle dalam Surabaya Urban Culture Festival (SUCF) 2015 di Jl Tunjungan, Minggu (7/6). Acara yang memasuki tahun ketiga itu menampilkan berbagai permainan tradisional diantaranya: gobak sodor, balap karung, lompat tali, engkle, balap bakiak, dakonan, terompah panjang dan egrang. Acara juga dimeriahkan aneka kuliner dan tari salsa massal. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ 

Oleh : Hanif Kristianto
Staf Pengajar Madin Khoiru Ummah Surabaya

MASIH ingat dengan dakon, bentengan, gobak sodor, atau egrang? Barangkali anak jaman sekarang tak banyak tahu. Apalagi memainkannya. Permainan tradisional itu nasibnya kurang beruntung.

Banyak orangtua mengeluh anaknya kecanduan permainan modern. Anak lebih dekat dengan game, malas belajar, dan bertipikal keras. Bahkan kekerasan dilakukan anak-anak karena terinspirasi game.

Oleh karena itu, Rabu (21/10/2015) siswa kelas 5 Madrasah Diniyah Khoiru Ummah, mencoba bermain dolanan tradisional dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Di tanah lapang sekolah, mereka membentuk kelompok dan memainkan dakon, catur, bola bekel, dan monopoli yang mereka bekal dari rumah.

Selain dakon dan bentengan, siswa laki-laki lebih suka catur. Mereka beradu strategi untuk saling mengalahkan.

Banyak manfaat dari permainan tradisional yang tak ditemui dalam game modern.

Berita Rekomendasi

Pertama, permainan tradisional akan membangkitkan sensor motorik yang baik untuk tumbuh kembang anak-anak. Aspek kinestetik anak akan dibangkitkan secara simultan karena ada unsur olahraga.

Kedua, permainan tradisional lebih menonjolkan kebersamaan tim dalam kenyataan.

Kedekatan pertemanan, saling bantu, dan bahu-membahu menjadi kesuksesan permainan tradisional.

Ada unsur olah jiwa dan rasa yang dibangkitkan.

Ketiga, dengan berpikir dan mencari kelengahan lawan, tak hanya butuh kepintaran, tapi juga keberuntungan.

Keempat, rasa haru, keceriaan, dan keluar keringat menjadikan anak bermental kuat dan sehat.

Berbeda dengan game modern yang hanya diminta duduk dan memainkan jari-jemarinya.

Aspek individual begitu kental. Di sisi lain, game modern yang ‘tidak edukatif’ cenderung pada kekerasan, pornoaksi, dan pornografi.

Tampaknya, permainan tradisional perlu dihidupkan kembali di lingkungan pendidikan.

Dari anak usia dini sampai pendidikan tinggi. Sudahkah sekolah Anda memainan dolanan tradisional ini?

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas