X dan Y, Generasi yang Serupa Tapi Tak Sama
Generasi Y dikenal sebagai inovator, penuh kejutan dan ide brilian. Sementara Generasi X dinilai sebagai pekerja keras, tangguh, mandiri dan loyal
TRIBUNNEWS.COM – Sebagian besar manajer dan pemimpin perusahaan di berbagai belahan dunia kini sedang ramai memperhatikan fenomena yang menarik perhatian. Fenomena itu adalah gap antar generasi para karyawan.
Generasi X dan Y, begitu mereka biasa disebut. Istilah Generasi X biasanya disematkan pada profesional yang lahir tahun 1965-1980 (34 tahun ke atas), sementara Generasi Y merupakan profesional yang lahir tahun 1980-1995 (34 tahun ke bawah).
Tidak jarang perbedaan generasi tersebut berimbas pada kinerja dan produktivitas perusahaan yang mengalami perubahan. Berbagai usaha adaptasi dan perbincangan pun sering mengalami jalan buntu karena perbedaan sudut pandang yang melandasi keduanya.
Lalu, apa sebenarnya perbedaan Generasi X dan Y, terutama di tempat kerja?
Menurut CEO Karir.com Dino Martin, adanya perbedaan Generasi X dan Y merupakan suatu kewajaran yang terjadi di industri manapun.
Bahkan, ia mengungkapkan, pihaknya menilai pekerja profesional masa kini lebih banyak dihuni oleh Generasi Y dibanding X. Mereka dinilai lebih agresif melakukan ekspansi industri dalam beberapa tahun belakangan.
Dalam peluncuran fitur Salary Benchmark 1.2 yang dihelat di Jakarta, Rabu (16/12/2015), Dino mengungkapkan kini dunia kerja dipenuhi talenta-talenta generasi Y. Mereka, aku Dino, memiliki karakteristik yang unik dan berbeda.
Salah satu karakteristik yang menonjol adalah mereka tumbuh di tengah hiruk pikuk perkembangan teknologi nirkabel. Karenanya, tidak heran meraka sangat akrab dengan internet dan media sosial. Imbasnya, mereka sama sekali tidak takut terhadap perubahan.
Sayangnya, Dino berpendapat, ketidaktakutan terhadap perubahan itu belum diiringi rasa sabar yang tinggi terhadap proses. Bahkan, bisa dikatakan mereka cenderung menganggap instan sebuah proses menuju perubahan tersebut.
“Mereka merupakan angkatan kerja yang produktif, generasi andal, penuh kejutan dan ide-ide brilian,” ungkap Dino.
Hal tersebut agak berbeda jika dibandingkan dengan Generasi X. Generasi yang lahir tahun 1965-1980 tersebut lebih dikenal sebagai generasi yang mampu beradaptasi, tangguh, mandiri, loyal dan pekerja keras.
Dengan adanya perbedaan karakteristik psikologis tersebut, Dino menyatakan tidak heran proses penyesuaian harus segera dilakukan di mana saja.
“Mau tidak mau, suka atau tidak, generasi Y kini semakin mendominasi dunia kerja. Generasi ini menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan perusahaan. Bahkan, seringkali menjadi andalan dan tulang punggung,” ujar Dino.
Sementara ketika ditanya peran Generasi X, Dino menyatakan mereka sebaiknya memiliki strategi perencanaan pengembangan karir yang lebih baik dan jeli melihat peluang bersaing.
“Adanya kompetisi kinerja di antara kedua kelompok tersebut menggambarkan persaingan di antara kedua generasi, yang dengan keunggulannya masing-masing, perlu cerdas menyikapi perubahan di dunia kerja,” ujar Dino.
Hal senada juga diungkapkan Managing Director Kelly Services Bernadette Themas. Ia menyatakan, generasi X dan Y memiliki keunikan karakternya yang bisa saling melengkapi satu sama lain.
“Meski demikian, kedua generasi perlu terus beradaptasi dan mengasah keterampilannya agar mampu bersaing. Tidak hanya antar kelompok generasi, tapi juga dengan tenaga kerja asing nantinya,” ungkap Bernadette dalam kesempatan yang sama.
Sementara itu di sisi lain, Bernadette mengungkapkan Generasi X dinilai lebih matang dalam hal mengelola keuangan dan perencanaan finansial.
Sementara Generasi Y sebaliknya. Mereka dinilai masih mengalokasikan sebagian besar pendapatannya cuma untuk konsumsi barang dan jasa saja.
“Meski demikian, mereka juga sudah mulai menyisihkan dana untuk tabungan atau investasi walau terbatas,” ungkap Bernadette.
Karir.com sendiri telah menilai situasi dan kondisi dunia kerja berdasar perbedaan kedua generasi tersebut. Dalam data yang berhasil dihimpun sepanjang Oktober-November 2015, mereka menyatakan 64% Generasi X yang bergelar S-1 telah mampu menempati berbagai posisi penting, di antaranya Departement Manager (23%), Senior Staff (18%) dan Supervisor (17%).
Sementara bagi Generasi Y, 62% di antaranya telah bergelar S-1 dan hampir setengahnya masih berada di posisi entry level.
Meski demikian, presentase pada level Senior Staff dan Supervisor juga tidak bisa diremehkan. Angkanya mencapai 22% untuk Senior Staff dan 13% untuk Supervisor.
Apa artinya angka-angka tersebut?
Hal tersebut secara tidak langsung menunjukan periode pertumbuhan karir generasi Y lebih progresif dibanding Generasi X. Hal itu mendapat buktinya lebih jauh dari adanya irisan di berbagai tingkat jabatan.
Hasil temuan Karir.com lain menunjukan, persaingan kerja dan kompetisi jenjang karir antara kedua generasi itu juga semakin ketat, terutama di bagian-bagian tertentu. Berbagai industri tercatat masih menjadi andalan seperti perbankan & keuangan.
Sementara mengenai loyalitas pada perusahaan, generasi X dinilai mampu lebih setia terhadap perusahaan dibanding Generasi Y.
Pengalaman kerja Generasi X telah mampu mencapai masa kerja 6-20 tahun di satu perusahaan, sementara Generasi Y hanya mampu mencapai masa kerja sekitar 1-5 tahun. (Iman P)