Lebih Suka Curhat ke Media sosial, Begini Trik Berkomunikasi dengan Anak Millenials
Sebelum salah paham soal cara mendidik atau berkomunikasi dengan generasi millennials, ini dia ulasan jelas dari psikolog ternama, Ayoe Sutomo.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sebagai orangtua millennials atau bagian dari generasi millennials, apakah sudah tahu ciri-ciri anak millennials sekarang ini?
Ya, mereka adalah tipe yang suka didengar keluh kesahnya, mereka juga suka diperhatikan, disayang dan dihargai keberadaan dan pendapatnya.
Anak millennials juga lebih percaya kalau curhat di media sosial lebih baik ketimbang curhat dengan orangtua dan keluarga dekatnya.
Nah, sebelum salah paham soal cara mendidik atau berkomunikasi dengan generasi millennials, ini dia ulasan jelas dari psikolog ternama, Ayoe Sutomo.
“Kedekatan antara orangtua dan anak merupakan kunci utama menjalin komunikasi yang baik. Pilihlah waktu yang berkualitas bagi orangtua pada anaknya, sesuaikan antara usia dan tahapan perkembangan anak saat menjalin komunikasi dan sebisa mungkin orangtua lebih peka pada keinginan,” ujar Ayoe Sutomo.
Usia anak sangat berpengaruh saat menjalin komunikasi, karena biasanya saat anak beranjak remaja orangtua tak lagi berperan sebagai pelindung melainkan sebagai seorang sahabat.
Anak tak pernah merasa canggung komunikasi terhadap kita, hal ini meminimalisir anak melakukan sesuatu di luar batas normal.
Anak yang telanjur jauh dari keluarga dan lebih berani melakukan tindakan layaknya orang dewasa, saat kesenangan itu berakhir anak akan merasa trauma.
Bila kita sebagai orangtua salah menangani justru membuat anak semakin rendah diri dan konsep dirinya akan semakin buruk.
Ini dia tips buat para orangtua saat menghadapi kelakuan serta mendidik anak millennials:
1. Usahakan untuk belajar banyak mengenai kecanggihan teknologi untuk mengimbangi kemampuan mereka.
2. Jika berteman dengan anak di sosial media, usahakan tetap menghargai anak agar mereka tidak merasa minder.
3. Tentukan nilai atau value kebaikan yang menjadi prioritas keluarga.
4. Tanamkan dalam keseharian anak di rumah dan dalam berinteraksi untuk saling mengharagai.
Value ini harus kuat, karena di luar anak mendapat stimulus yang beragam dan belum tentu sesuai dengan nilai yang ditanam keluarga. (Grid.ID, Nailul Iffah)