Kesetaraan Gender Dorong Produktivitas dan Pertumbuhan Bisnis
Bagi perusahaan, kesempatan untuk menambah lebih banyak perempuan pada jajaran dewan dan kepemimpinan senior merupakan sebuah prestasi besar.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Para pemimpin perusahaan meyakini bahwa keseteraan gender di lingkungan kerja dapat mendorong peningkatan produktivitas dan pertumbuhan bisnis secara signifikan.
Kesadaran itu dinilai makin lama makin meluas meski masih terdapat sejumlah tantangan seperti budaya yang telah mendarah daging.
Hal itu menjadi benang merah dalam CEO Talks Harapan Pelaku Bisnis Indonesia Menuju Kesetaraan yang digelar oleh Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) di Jakarta.
Bagi perusahaan, kesempatan untuk menambah lebih banyak perempuan pada jajaran dewan dan kepemimpinan senior merupakan sebuah prestasi besar.
Baca: Sosok Husin Pengemplang Pajak Rp 450 Miliar Asal Medan, Punya Rumah Mewah di Royal Golf
"Untuk terus berkembang, perusahaan juga perlu menciptakan tempat kerja yang ramah gender, mengembangkan investasi berorientasi perempuan, menggalakkan praktik keragaman, serta terus meningkatkan jumlah perempuan yang memegang posisi kunci di sebuah perusahaan," ujar Presiden IBCWE Shinta Widjaja Kamdani dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi.
Dia menilai, saat ini kesetaraan gender di dunia kerja masih menjadi tantangan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Padahal, kesetaraan gender yang diakui dapat menimbulkan dampak positif secara luas.
Karena itu, berbagai inisiatif dilakukan untuk mendorong perusahaan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi karyawan yang memiliki multi peran, serta mendukung perubahan untuk tercapainya kesetaraan gender di dunia kerja.
Kesetaraan gender merupakan jantung dari pekerjaan yang layak. Isu kesetaraan gender tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia, tetapi telah menjadi isu menarik di dunia.
Hasil penelitian Bank Dunia menyebut, tingkat kesejahteraan secara global dapat meningkat 21,7%, jika kesetaraan gender diimplementasikan. Sebaliknya, kerugian pada human capital wealth secara global diperkirakan mencapai US$ 160,2 triliun akibat dari ketidaksetaraan gender.
Dalam kesempatan yang sama, CFO Telkomtelstra Ernest Hutagalung mengatakan terlepas dari kemajuan yang sudah dicapai dalam kesetaraan gender di dunia kerja, masih banyak ditemui hambatan, akibat minimnya jumlah perempuan di Indonesia yang berada di level top leaders.
Menempatkan lebih banyak perempuan sebagai leaders sangat penting, karena perubahan signifikan di tempat kerja harus dimulai dari atas, apakah itu kesetaraan kesempatan atau menciptakan budaya yang memungkinkan perempuan untuk mengoptimalkan potensi dan produktivitas mereka di lingkungan kerja, ujarnya.
Sementara itu, Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Sumiyati dalam closing remaks-nya menyatakan jumlah perempuan di Indonesia sekitar 140 juta jiwa merupakan kekuatan bangsa.
Sebaliknya, jika jumlah itu tidak mampu dimanfaatkan, akan menjadi kerugian bagi bangsa ini apabila perempuan tidak dapat menyumbangkan kontribusi konkret bagi pembangunan Indonesia.