VIRAL Cerita Layangan Putus, Salahkah Kita Curhat di Media Sosial? Begini Penjelasan Psikolog
Viral cerita pilu Layangan Putus Terlepas dari benar atau cuma keisengan seseorang untuk mecari sensasi,salahkah kita curhat di media sosial?
Penulis: Endra Kurniawan
Editor: bunga pradipta p
"Harus diseleksi mana informasi yang bisa dikonsumsi publik"
"Mana persoalan yang harus selesaikan secara personal," ungkap Hudaniah saat Tribunnews.com hubungi lewat sabungan telepon, Senin (04/11/2019).
Hudaniah melanjutkan memang terjadi perubahan besar dalam pola interaksi orang saat ini.
Perkembangan teknologi yang cepat membuat kuantitas komunikasi lewat media sosial lebih tinggi dibanding melakukan tatap muka langsung.
Sedangkan kehadiran orang lain dalam kebutuhan berkomunikasi, terutama dalam menyelesaikan masalah itu sangat penting.
Ini yang membuat orang sekarang lebih suka mencurahkan isi hati ke media sosial.
Baca: Ini Pesan Khusus Presiden FIFA Gianni Infantino untuk Rakyat Indonesia
"Frekuensi orang tatap langsung berkurang dan lebih banyak ke sosmed," ujar Hudaniah.
Selain itu, respon yang cepat menjadikan reinforcement (penguatan) untuk orang-orang yang curhat ke media sosial.
Media sosial juga membuat banyak orang perhatian hingga bersimpati.
Berbeda dengan curhat secara langsung tatap muka dengan orang lain, repost tidak selalu seperti yang diharapkan.
"Kalau di media sosial langsung direspon banyak dan orang akan bersimpati," tegasnya.
Hudaniah melanjutkan, setidaknya ada dua tipe orang ketika menyelesaikan sebuah masalah.
Pertama menyelesaikan masalah secara sesaat, seperti curhat di media sosial.