Viral Perempuan Dilempar Sperma, Psikolog Ungkap Penyebab Seseorang Mengidap Eksibisionisme
Pelecehan seksual yang menyiram sperma di Tasikmalaya adalah perbuatan menyimpang, ini kata psikolog.
Penulis: Muhammad Nur Wahid Rizqy
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Kasus sejumlah wanita yang dilempari sperma oleh seorang yang melintas di pinggir jalan menghebohkan Tasikmalaya, Jawa Barat.
Kejadian ini viral saat para korban pelecehan seksual mengunggah kejadian tersebut ke media sosial miliknya.
Diceritakan, LR (43), korban asal Kawalu, Kota Tasikmalaya mengaku saat kejadian tersebut ia sedang menunggu ojek online di Jalan Letjend Mashudi, Rabu (13/11/2019).
Saat itu, korban tiba-tiba didatangi seorang pria yang mengendarai sepeda motor matik berwarna hitam.
Baca: Heboh! Wajah Perempuan di Tasikmalaya Disiram Sperma saat Jalan Sendirian, Pelakunya Langsung Kabur
Baca: Ini 5 Fakta Kasus Pelemparan Sperma di Tasikmalaya, Belasan Wanita Telah Jadi Korban
Menurut LR, pelaku mendatangi sambil mengeluarkan kata-kata tak pantas sambil menatap tajam wajah korban.
Kemudian pelaku memasukkan tangannya ke dalam celana tepat di alat vitalnya.
Tidak lama, pria itu langsung melempar cairan sperma ke arah korban.
Sontak korban merasa kaget dan pelaku langsung kabur dengan mengendarai sepeda motor miliknya.
Menanggapi atas peristiwa yang terjadi di Tasikmalaya, psikolog dari Yayasan Praktek Psikolog Indonesia, Adib Setiawan menyebut, ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang berbuat hal yang menyimpang tersebut.
Baca: Teror Sperma di Tasikmalaya Bikin Heboh, Wanita di Pinggir Jalan Jadi Sasaran, Ini Kronologinya
Baca: Waspada! Teror Pelemparan Sperma di Tasikmalaya, Berikut Tips Hindari Pelecehan Seksual
Adib menyebutkan ada empat faktor yang melatarbelakangi seseotang berbuat hal senonoh seperti yang terjadi di Tasikmalaya.
Ia menjelaskan, orang yang menjadi pelaku pelecehan di Tasikmalaya adalah orang yang mengidap eksibisionisme.
Eksibisionisme adalah perilaku yang selalu memamerkan hal yang biasanya tertutup di khalayak umum.
Misalnya payudara dan alat kelamin.
Baca: Kasus Pelemparan Sperma ke Perempuan di Tasikmalaya, Korbannya Belasan, Berikut Ciri-ciri Pelaku
Baca: Polisi Buru Pelaku Pelemparan Sperma di Tasikmalaya, Disebut Sering Berbuat Onar
Gangguan eksibisionisme merupakan penyakit kesehatan mental yang berpusat mengekspos alat kelamin seseorang untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Biasanya orang yang menderita gangguan eksibisionisme menunjukan kemaluannya kepada orang asing yang tidak dikenal.
Faktor pertama yang menyebabkan seseorang terkena penyakit eksibisionisme, saat masa kecilnya tidak mendapatkan pola asuh yang benar dari orang tuanya.
Orang tua yang tidak merawat anaknya dengan baik dan tidak menerapkan pola asuh yang tepat, akan membentuk pola perilaku anak yang menyimpang ketika ia remaja dan dewasa kelak.
Tidak adanya kepedulian dan aturan dari orang tuanya, menjadikan si anak akan tumbuh menjadi orang yang tidak memiliki pedoman.
"Ketika masa kanak-kanak pelaku atau pengidab eksibionisme ini mengalami pola asuh yang tidak tepat oleh orangtuanya."
"Salah satunya pola asuh yang dibiarkan saja atau kepedulian orang tua itu tidak ada," ujar Adib saat diwawancarai Tribunnews, Minggu (17/11/2019).
Hal tersebut juga memengaruhi pola perilaku anak di masa depan akan cenderung mencari kepuasan diri.
Salah satunya caranya dengan memperlihatkan alat kelaminnya kepada orang-orang.
"Jadi ketika beranjak remaja dewasa, ia kemudian mencari kepuasan yang barangkali yang membuat dia puas."
"Salah satunya dengan menunjukkan alat kelaminnya kepada orang lain," kata Adib.
Faktor kedua adalah seringnya intensitas menonton film porno.
Orang yang menonton film porno, cenderung memiliki fantasi-fantasi liar.
Ia akan membayangkan peristiwa yang ia tonton sama halnya terjadi di lingkungan sekitarnya.
Fantasi-fantasi liar tersebut akan membentuk sebuah presepsi dan kenikmatan, jika ia berperilaku seperti apa yang ada di film porno tersebut.
Dengan ia berhasil melakukan tindakan berdasarkan fantasi-fantasi yang bentuk, maka rasa puas akan didapat dari seorang eksibisionisme.
"Dengan banyak menonton film porno sehingga seolah olah kehidupan nyata itu sama seperti yang ada di film."
"Kemudian ia menemukan sebuah insight, sebuah kenikmatan bisa diperoleh dengan menujukkan alat kelamin kepada orang lain," ujar Adib.
Faktor ketiga adalah tidak adanya kontrol dan pengawasan orang tua atau orang terdekat.
Adib menjelaskan, jika seseorang tidak pernah mendapatkan pengawasan dan aturan, maka besar kemungkinan, ia akan tumbuh dengan tidak mengetahui aturan dan batasan-batasan yang berlaku di lingkungan masyarakat.
Ia akan melihat segala perilaku yang ia jalani adalah perbuatan yang benar, normal, dan dapat memuaskan hasratnya.
Orang yang mengidap eksibisionisme tidak akan berpikir, tindakan memperlihatkan kelamin kepada orang lain adalah tindakan yang melanggar hukum.
Ia hanya memandang perbuatan memperlihatkan alat kelamin tersebut mampu memuaskan hasrat seksual mereka.
Perlunya kasih sayang yang diberikan keluarga juga merupakan kunci utama dalam pengendalian dan menekan angka perbuatan prilaku menyimpang ini.
Dengan kasih sayang yang diberikan, hal ini akan menjadi tembok penghalang bagi seseorang untuk melakukan tindakan menyimpang .
Di akhir keterangan, Adib menjelaskan, orang yang mengidap eksibisionisme biasanya adalah orang yang mempunyai gangguan di pergaulannya.
Di dalam pergaulan, orang tersebut cenderung bersifat pendiam, pasif, dan terkadang melakukan hal-hal yang dianggap aneh.
Saat ini, kasus pelecehan yang terjadi di Kota Tasikmalaya telah ditangani Satreskrim Polres Tasikmalaya Kota.
(Tribunnews.com/Muhammad Nur Wahid Rizqy)