Mengintip Rumah Sehat yang Luasnya 2x6 Meter Milik Mantan Penderita TBC
Kondisi rumah yang bersih dan sehat termasuk cara untuk mengantisipasi dan mencegah penyakit tuberkulosis atau yang dikenal dengan TBC.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Kondisi rumah yang bersih dan sehat termasuk cara untuk mengantisipasi dan mencegah penyakit tuberkulosis atau yang dikenal dengan TBC.
Untuk memiliki rumah yang sehat pun tidak harus lebar, besar, atau berada di kawasan elit.
Syarat rumah sehat yang penting sirkulasi udara yang baik dan matahari dapat masuk ke rumah untuk mematikan bakteri penyebab TBC.
Seperti rumah milik mantan penderita tuberkulosis bernama Nurdin yang berada di Jalan Guntur, Kampung Bentar Girang, Kelurahan Kota Wetan, Garut, Jawa Barat.
Dibantu oleh Yayasan Arsitektur Hijau Nusantara lahan dengan lebar dua meter dan lebar enam meter milik Nurdin yang tadinya tidak ada sirkulasi dan hanya satu lantai disulap menjadi rumah layak huni dan punya empat lantai dengan tinggi mencapai 12 meter.
Ketua Yayasan Arsitektur Hijau Nusantara Ruli Oktavian, ST, IAI pun membantu menjelaskan desain rumah sehat dengan mayoritas berbahan baja tersebut.
Baca: Rumah Sehat Tangkal Tuberkulosis, Biarkan Sinar Matahari di Dalam Rumah Alami Matikan Bakteri
Baca: Ada 70 Ribu Rumah Tidak Layak Huni di Garut, Lebih Dari 4 Ribu Warga Garut Terdiagnosa Tuberkulosis
Baca: Pentingnya Meningkatkan Komitmen Bersama Capai Eliminasi TB 2030
Pertama dari bagian depan terdapat pintu dan jendela kaca, udara bisa masuk dari pintu yang terbuka.
Di lantai satu ruangan dibiarkan plong untuk ruang keluarga, ruang tamu, dan ruang bekerja. Kebetulan profesi Nurdin sebagai penjahit.
“Jadi ini ruang tamu untuk empat orang penghuni termasuk dua anak masih balita itu sangat cukup,” kata Ruli ditemui di depan kediaman rumah Nurdin, Selasa (29/1/2020).
Masih di lantai satu terdapat dapur dan kamar mandi di bagian belakang rumah dengan lebar masing-masing satu persegi.
Yang terpenting dibagian pojok belakang di dapur ini terdapat sirkuasi udara dari atas yang masuk dari lantai dua.
Kemudian ditengah ruangan, terdapat tangga dari baja dengan panjang sekitar 50 cm untuk akses tangga naik.
Rumah ini konsepnya memang hanya naik setengah tangga, lalu langsung ada ruangan lagi untuk kamar tidur Nurdin dan istri.
“Ini dikonsepnya seperti split level, bertangga setengah bordes, naik setegah ada ruangan lagi,” ucap Ruli.
Di bagian pojok kamar dipasangkan kaca dan sedikit ada bolongan untuk perputaran udara yang juga jadi corong udara dan sinar matahari ke bagian dapur tadi.
Kemudian naik satu tanga ke arah kanan terdapat kamar lagi yang digunakan untuk kamar dua anak Nurdin yang terdapat kaca lenar dan di dekat tangga juga dipasang kaca dengan sedikit celah untuk ruang udara.
Lalu satu lantai ke lantau terdapat kamar yang kini dimanfaatkan Nurdin untuk gudang dan tempat penampungan air.
Untuk memanfaatkan lahan biasa penampungan air atau toren ditaruh diluar rumah, tapi di rumah pak Nurdin diletakkan dilantai empat dan penampungan hanya menggunakan drum saja.
Kemudian dilantai empat tinggi ruangan memang sedikit lebih pendek yakni hanya 1,5 meter saja sedangkan kamar lain mencapai 2 meter.
Di pojokan ruangan lantai empat juga terdapat kaca yang bisa dibuka sekaligus dimanfaatkan untuk menjemur pakaian.
Rulli menjelaskan selain perputaran udara dan sinar matahari dari kaca dan jendela, jeda antara tangga dan ruangan yang dibiarkan terbuk pun bisa membantu sirkulasi di dalam rumah.
“Dengan ada jendela dan ada juga ventilasi udara dipojok ruangan dan secara hukum fisikq udara kalau melintas dari bawah kesedot juga keatas jadi cerobong udara juga,” ucap Ruli.
Nurdin kini memang sudah sembuh setelah menjalani pengobatan tuberkulosis selama dua tahun dan ia sangat merasakan perbedaannya terutama terkait pernapasan.
“Perbedaanya jauh sekali mbak, dan sekarang ada yang masuk beda sama dulu. Sekarang enak, dulu gelap, pengap, lembap, sarang kuman tuberkulosis di sana tempatnya,” tutur Nurdin.
Pembangunan rumah sehat Nurdin ini dilakuan tahun 2017 lalu dan diperkirakan kuat hingga 15 tahun lagi.
Pembangunan rumah tersebut menghabiskan dana sebesar Rp 24 juta, yang didapatkan Yayasan Arsitektur Hijau Nusantara Ruli Oktavian, ST, IAI dari sumbangan sejumlah orang maupun pemerintah kabupaten Garut.
Sementara itu Yayasan Arsitektur Hijau menemukan Pak Nurdin atas bantuan ormas Aisyisyah yang membantu masyarakat dalam menyembuhkan tuberkulosis.