Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Viral Curhat Tulisan Tangan Anak Dikatain dan Dipukul, Ini Tanggapan Psikolog

Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Yudi Suharsono, M.Si,memberikan tanggapannya perihal viralnya kumpulan curhatan anak ke orang tua

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Daryono
zoom-in Viral Curhat Tulisan Tangan Anak Dikatain dan Dipukul, Ini Tanggapan Psikolog
twitter.com/6tigakali
Viral di Anak Dikatain dan Dipukul Lalu Curhat Lewat Tulisan Tangan, Ini Tanggapan Psikolog 

TRIBUNNEWS.COM - Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Yudi Suharsono, M.Si, memberikan tanggapannya perihal viralnya kumpulan curhatan anak-anak soal sikap orang tua mereka, ada yang mengaku tak suka dikatain dan dipukul.

Terlepas dari benar atau hanya rekayasa saja, menurut Yudi anak curhat menggunakan media tulisan bisa dimungkinkan terjadi dalam kehidupan nyata.

Bahkan, Yudi mengatakan curhatan anak tersebut mewakili anak-anak lainnya di luar sana.

"Tulisan begini ini banyak mewakili banyak anak lain, toh jika ini benar dari satu anak saja," katanya kepada Tribunnews, Sabtu (02/05/2020).

Yudi melanjutkan, pada dasarnya anak tidak suka mendapatkan perlakukan kasar, baik secara fisik maupun verbal.

Sedangkan dorongan untuk menuliskan curhatan di media kertas bisa dipicu dari ketakutan anak kepada orang tuanya sendiri.

"Dia tidak berani menyampaikan curhatan itu ke orang tua. Karena ia menganggap dirinya selalu kalah, sedangkan orang tuanya selalu menang,"imbuhnya.

Baca: 522 Psikolog Siap Beri Konseling kepada Masyarakat Terdampak Corona

Berita Rekomendasi

Penyebab Orang Tua Melakukan Kekerasan Fisik atau Verbal

Ilustrasi kekeran verbal
Ilustrasi kekerasan verbal (https://www.freepik.com/)

Yudi menilai terdapat sejumlah faktor pendorong orang tua melakukan kekerasan fisik atau verbal kepada anaknya.

Ia mengatakan faktor utamanya adalah minimnya pemahaman orang tua terhadap pengetahuan soal pola pengasuhan anak.

"Persoalannya jika ditarik mundur ya panjang. Sebelum menikah tidak cukup bekal pembelajaran misalnya."

"Termasuk orang tua tidak memahami psikologis perkembangan anaknya," ujarnya.

Faktor lain juga bisa datang dari pengalaman terdahulu orang tua ketika masih menjadi seorang anak.

"Meng-copy apa yang dilakukan orang tuanya dulu, padahal kan bisa jadi persoalannya berbeda," kata Yudi.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas