Hal Positif Pertengkaran Kakak-Adik yang Sebaiknya Diketahui Orangtua
Sibling rivalry atau persaingan antar saudara tidak bisa dihindari. Itu terjadi pada keluarga, di mana orangtua memiliki anak lebih dari satu.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Sibling rivalry atau persaingan antar saudara tidak bisa dihindari. Itu terjadi pada keluarga, di mana orangtua memiliki anak lebih dari satu.
Pasti ada satu momen kakak-adik terlibat pertengkaran karena suatu hal. Entah mainan atau perhatian dari ayah dan ibunya.
Menurut psikolog Reynitta Poerwito, dalam diskusi Orami Parenting bertajuk “ Sibling Rivalry: Menyikapi Kecemburuan antar Saudara Kandung”, orangtua kerap khawatir dengan rivalitas antar saudara ini.
Orangtua takut nantinya anak-anak akan memiliki perilaku agresif secara fisik maupun emosional, hingga kurang memiliki empati.
Baca: Mengatasi Depresi Pascapersalinan
Namun, persaingan antar saudara ini tak dipandang negatif oleh Reynitta.
Menurutnya sibling rivalry juga bisa mendatangkan efek positif bagi perkembangan anak.
Reynitta mengatakan bahwa kakak-adik yang bersaing akan mendapatkan banyak pelajaran dari persaingan ini.
1. Cara-cara menyelesaikan konflik
Dalam perselisihan, keduanya akan menemukan jalan agar konflik itu bisa reda dan menemukan solisinya.
Baca: 5 Makanan yang Dipercaya Bantu Redakan Stres
“Jadi jangan khawatir dulu jika sibling rivalry ini terjadi. Karena kalau kita tahu caranya menghadapi rasa persaingan ini, banyak hal yang bisa didapatkan anak,” ujar Reynitta.
2. Belajar untuk mengenal power (kekuasaan)
Saat berselisih, anak dipercaya akan mengenal bagaimana kekuasaan itu bisa didapatkan.
3. Menjadi asertif
Yang artinya anak akan memiliki atau menunjukkan kepribadian yang percaya diri dan kuat.
Anak juga akan belajar untuk berkompromi atau pun mengeluarkan pendapat.
4. Mengenal perbedaan yang muncul dalam lingkungannya
Respon orangtua
Menurut psikolog Reynitta Poerwito, orangtua harus memberikan respons yang tepat terhadap persaingan anak-anaknya.
“Respons orangtua dalam menghadapi konflik yang sedang terjadi antara kakak dan adik sangat penting untuk bisa mengurangi rasa persaingan antarsaudara,” kata Reynitta dalam diskusi Orami Parenting bertajuk “ Sibling Rivalry: Menyikapi Kecemburuan antar Saudara Kandung”.
Sebaiknya orangtua tidak selalu membela adik, terutama jika adik sudah berusia lebih dari 3 tahun.
Bila orangtua selalu membuat kakak untuk mengalah, maka persaingan antarsaudara justru akan lebih intens.
Berikan respons yang menampilkan keadilan sesuai dengan keadaannya.
“Misalnya jika adiknya yang merebut mainan kakak, adiklah yang harus dijelaskan bahwa merebut bukan suatu sikap yang dibenarkan. Ajarkan adik untuk bisa meminta dengan baik-baik,” ujar Reynitta lagi.
Berikut adalah tiga respons lain yang bisa dilakukan orangtua saat menghadapi persaingan antarkakak dan adik:
1. Ajarkan anak mengenai urutan kelahiran dan jelaskan keuntungan masing-masing posisi anak
Setiap urutan kelahiran pasti memiliki keuntungan. Jelaskan baik-baik kepada kakak apa keuntungan yang bisa didapatkan, begitu juga dengan adiknya.
Misalnya sebagai kakak pasti akan selalu merasakan pengalaman lebih dulu seperti bisa bersepeda, bisa berenang, mandi sendiri. Kakak juga memiliki kesempatan untuk mengajarkan adik-adiknya.
Menjadi adik, keuntungannya adalah bisa belajar banyak dari kakaknya, serta memiliki mainan yang lebih banyak karena mainan kakak juga bisa berbagi dengan sang adik.
“Pelajari alasan anak merasa iri kepada saudaranya agar orangtua bisa memfasilitasi kebutuhan anak,” ujar Reynitta.
Mencari tahu alasan anak merasa iri adalah hal yang bisa membantu kita sebagai orangtua untuk lebih mengerti tentang kondisi mereka.
Apakah karena kurang perhatian, merasakan ketidakadilan, atau apa pun alasannya.
Setelah itu, orangtua bisa introspeksi diri untuk lebih memenuhi kebutuhan anak.
2. Turunkan ekspektasi kepada kakak agar tidak merasa selalu kurang
Ekspektasi orangtua terhadap anak sulung biasanya cukup tinggi, misalnya dengan menginginkan kakaknya selalu sayang adik, berbuat baik kepada adiknya, ataupun menjadi contoh bagi adiknya.
“Biasanya orangtua kurang memberikan waktu untuk kakak agar bisa beradaptasi terhadap situasi yang dihadapinya,” uajr Reynitta.
Dengan menurunkan ekspektasi, biasanya kesalahan yang dibuat oleh kakak selama proses belajar menjadi "kakak yang baik" akan direspons dengan lebih positif.
Namun, bila ekspektasi orangtua terlalu tinggi, biasanya akan didominasi oleh emosi yang berlebihan yang bisa membuat kakak merasa kurang disayang.
3. Berikan anak waktu untuk beradaptasi dan bimbingan
Memberikan waktu untuk beradaptasi kepada anak bisa membuat anak lebih nyaman saat mempelajari posisi barunya, terutama sebagai kakak.
Pembelajaran ini akan lebih efektif bila orangtua selalu menyisihkan waktu untuk memberikan pengertian dan penjelasan yang dibutuhkan oleh anak.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Pertengkaran Kakak dan Adik Tak Selalu Negatif