Desain Interior Karya Mahasiswa Ini Sabet Penghargaan Asia Young Designer of The Year
Karya ini meraih gelar Asia Young Designer of The Year kategori Desain Interior di ajang Asia Young Designer Awards Grand Finale 2020 di Vietnam.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Membumi, begitulah kata singkat yang dapat mewakili karya seorang desainer muda Greta Elsa Nurtjahja. Greta, panggilan akrabnya berhasil meraih gelar Asia Young Designer of The Year untuk kategori Desain Interior di ajang Asia Young Designer Awards (AYDA) Grand Finale 2020, di Vietnam, 10 Juli 2020 silam.
Mahasiswi program studi Desain Interior, School of Design, Universitas Pelita Harapan (UPH) tak menyangka bahwa “Rumah Kopi” membawa Indonesia untuk pertama kalinya meraih gelar juara utama di ajang AYDA ke-13.
Greta menceritakan bagaimana proses perjalanan untuk memperoleh inspirasi hingga akhirnya bisa menang.
"Karya yang aku buat memang dipengaruhi arsitek senior Tan Tjiang Ay yang menjadi idola saya. Karya Tan Tjian Ay mengedepankan kehidupan yang akan dilakukan dalam bangunan," katanya di Jakarta belum lama ini.
"Menurut Tan, ketika arsitek itu dapat menjiwai kehidupan itu, maka desainnya akan bagus," kata Greta.
Peraih Gold Winner Asia Young Designer Award 2019 - Indonesia ini tidak begitu saja merancang Rumah Kopi.
Greta benar-benar datang dan tinggal di Kampung Buni Kasih demi melihat cara hidup masyarakat yang menghormati budaya dan kepercayaan mereka.
“Dari 35 keluarga yang tinggal di sana, saya mengerti bahwa 7 unsur budaya dari arsitek vernakular—mengadaptasi perilaku, kebiasaan, dan budaya setempat— itu membentuk rumah-rumah di Kampung Buni Kasih itu mirip," katanya.
Warga kampung, kata dia memiliki filosofi yang memengaruhi bentuk bangunan, tinggi bangunan, dan pintu ke arah mana, hingga atap ber-layer.
"Semua itu menjadi struktur utama rancangan saya,” jelasnya. Greta berharap rancangannya ini diterima oleh masyarakat di Kampung Buni Kasih.
Baca: Cibubur Jadi Magnet Baru Hunian Berkonsep TOD di Jakarta Timur
“Saya tidak ingin desain saya terlihat keren, namun menjadi bagian dari kampung tersebut. Mereka juga berhak atas tanah yang ditempatinya dan memenuhi kebutuhannya secara berkelanjutan,” katanya.
Greta mengakui bahwa saat ini banyak orang terperangkap dalam revolusi industri 4.0, yang mengedepankan teknologi siber dan otomatisasi.
Namun, melupakan sesungguhnya hakikat masa depan keberlanjutan.
Baca: Konsep Smart Office Home Office Dinilai Cocok untuk Kebutuhan Hunian dan Kantor di New Normal
Keberlanjutan di Indonesia dapat dilihat dari banyak sisi, mulai dari sisi manusia, budaya, hubungan antarmanuisa, dan aktivitas manusia terhadap alam.
"Masa depan berkelanjutan itu tidak harus menciptakan sesuatu yang baru, tapi bagaimana kita menerjemahkan masa lalu yang kita miliki agar menjadi masa depan yang lebih baik lagi,” ujar peraih Alumni’s Choice Award Asia Yong Designer Award 2019.
Perempuan kelahiran 1995 ini bersyukur di tengah suasana pandemi, bersyukur bisa mengharumkan Indonesia di ajang internasional.
"Bagi saya, AYDA itu bukan seperti sebuah kompetisi, melainkan proses saya untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru," katanya.