Beragam Kemasan Plastik untuk Pangan, Komnas PA Sarankan Pilih Produk Kemasan Berizin BPOM
Saat ini aneka jenis plastik dengan mudah ditemukan di pasaran dan digunakan secara luas baik sebagai kemasan pangan maupun perabotan rumah tangga.
Editor: Willem Jonata

TRIBUNNEWS.COM - Banyaknya penggunaan beragam kemasan plastik untuk pangan, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait meminta masyarakat untuk cermat dalam menggunakan plastik.
Paling tidak, dapat mengetahui jenis jenis plastik yang bisa berdampak untuk kesehatan tubuh.
Saat ini aneka jenis plastik dengan mudah ditemukan di pasaran dan digunakan secara luas baik sebagai kemasan pangan maupun perabotan rumah tangga.
Plastik merupakan polimer sintetis yang tekah digunakan manusia sejak lebih dari 70 tahun lalu.
Arist mengingatkan masyarakat khususnya para ibu untuk jeli dalam memilih kemasan plastik yang akan digunakan untuk bayi dan anak-anak mereka.
Hal itu mengingat tidak semua kemasan berbahan plastik untuk makanan dan minuman itu cocok untuk seluruh usia.
“Di Indonesia, masih saja dipakai kemasan-kemasan plastik misalnya piring yang untuk nasi, juga kemasan botol susu anak-anak, yang kalau diperhatikan jika terkena sinar matahari bisa melengkung. Itu juga digunakan oleh bayi dan balita,” ujar Arist dalam konferensi pers Selasa (8/6).
Dia mengatakan banyak dari kemasan-kemasan makanan dan minuman berbahan plastik, ada beberapa kandungan zat kimia yang kebradaannya patut dicermati dalam hal jumlah dan potensi migrasinya seperti zat BPA.
Baca juga: Ditengarai Ancam Balita, Komnas PA Tolak Kemasan Mengandung BPA
Jadi, lanjut dia, harus dipastikan bahwa produk dan kemasan yang beredar di pasaran harus mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Maka, kata Arist, Komnas Anak harus menyampaikan kepada publik supaya ibu-ibu mendengar itu.
“Saya tidak menyebutkan produknya apa, tetapi saya lihat nyata ada plastik dipakai oleh ibu-ibu yang menengah bawah. Oleh karena itu Komnas Perlindungan Anak mengingatkannya,” ucapnya.
Karena beberapa zat itu berbahaya bagi bayi, balita, bahkan janin, Arist juga mengingatkan tugas BPOM yang bukan hanya sekedar mengawasi makanan, tetapi juga kemasan.
Dia mengatakan BPOM jangan hanya fokus mengawasi konten atau isinya saja apakah kadaluarsa atau tidak, tapi harus mengawasi kemasannya.
“Jangan lupa, kemasan itu kalau di Eropa kalau beli susu atau beli apapun, kalau sudah penyok tidak boleh dijual. Tapi di Indonesia, karena pemahaman ibu-ibu yang menengah ke bawah masih kurang soal itu, mereka tetap menggunakannya,” kata Arist.