Bacaan Niat Puasa Tasua dan Asyura dalam Bahasa Arab, Latin, dan Artinya
Berikut ini adalah bacaan niat puasa Tasua dan Asyura dalam bahasa Arab, latin, dan artinya. Puasa Tasua dapat dilaksanakan pada Kamis.
Penulis: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Niat puasa Tasua dan Asyura dapat disimak di sini.
Bacaan niat puasa Tasua dan Asyura ini dilengkapi dalam bahasa Arab, latin, dan artinya.
Puasa Tasua dan Asyura merupakan puasa sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW.
Dikutip dari laman Kemenag NTB, Rasulullah SAW berkata, "Puasa paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yakni Muharram. Sementara sholat paling utama setelah sholat fardhu adalah sholat malam."
Hadist ini menjelaskan bahwa puasa Muharram adalah puasa yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW.
Lalu, kapan puasa Tasua dan Asyura dilaksanakan?
Baca juga: Bacaan Niat Puasa Tasua dan Asyura di Bulan Muharram, Lengkap dengan Keutamaannya
Puasa Tasua dan Asyura dapat dilaksanakan pada tanggal 9 dan 10 Muharram.
Bila merujuk pada penanggalan Masehi, puasa Tasua dilaksanakan pada Kamis (27/7/2023) besok.
Sementara untuk puasa Asyura dapat dilaksanakan pada Jumat (28/7/2023).
Berikut bacaan niat puasa Tasua dan Asyura:
1. Niat Puasa Tasua
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ مِنْ يَوْمِ تَسُوْعَاءٍ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin min yaumi tasuu-'aa-in sunnatan lillahi ta'aalaa.
Artinya: "Saya niat berpuasa sunnah hari Tasua esok hari karena Allah Ta'ala."
Baca juga: Niat Puasa Tasua untuk Dibaca Malam Nanti: Latin dan Terjemahan
2. Puasa Asyura
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ مِنْ يَوْمِ عَاشُورَاءَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin min yaumi 'aasyuuraa-a sunnatan lillahi ta'aalaa.
Artinya: "Saya niat berpuasa sunnah hari Asyura esok hari karena Allah Ta'ala."
Keutamaan Puasa Tasua dan Asyura
Dikutip dari Buku Pintar Panduan Lengkap Ibadah Muslimah oleh Ust. Muhammad Syukron Maksum, berikut keutamaan puasa Tasua dan Asyura:
Untuk Menebus Dosa Setahun Silam
Berpuasa pada tanggal 10 Muharram atau puasa Asyura dapat menebus dosa yang telah kita lakukan setahun sebelumnya.
Seperti diungkapkan Abi Qatadah, bahwasanya Rasulullah ditanya tentang puasa Asyura.
Beliau menjawab: “Menebus dosa tahun yang lalu.” (HR.Muslim)
Mengikuti Anjuran Rasul
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas: “Rasulullah telah berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan supaya orang-orang berpuasa.” (HR.Muslim).
Abu Hurairah ra. juga berkata: Saya mendengar Rasulullah bersabda: “Hari ini adalah Hari Asyura, dan kamu tidak diwajibkan berpuasa padanya. Dan saya sekarang berpuasa, maka siapa yang suka berpuasalah. Dan siapa yang tidak suka, berbukalah!”.
Selain itu, Aisyah ra., istri tercinta Rasulullah saw, menceritakan bahwa hari Asyura adalah hari di mana orang-orang Quraisy pada masa jahiliyah biasa berpuasa.
Rasulullah juga biasa berpuasa pada hari tersebut, ketika datang di Madinah, beliau berpuasa pada hari itu dan menyuruh orang-orang untuk turut berpuasa.
Akan tetapi tatkala difardukan puasa Ramadhan, Rasulullah saw. bersabda: “siapa yang ingin berpuasa, ia berpuasa, dan siapa yang tidak ingin berpuasa, ia berbuka.” (HR. Bukhari Muslim).
Melihat cerita Aisyah tersebut, tampak bahwa Rasulullah setengah mewajibkan puasa Asyura, meski kemudian ketika puasa pada bulan Ramadhan diwajibkan, beliau menegaskan bahwa boleh puasa boleh pula tidak.
Hal itu, tentu mengindikasikan akan pentingnya puasa Sunnah ini di mata beliau, SAW.
Keutamaannya di Bawah Puasa Ramadhan
Sebuah hadis yang diungkapkan Abu Hurairah, bahwa puasa pada bulan Muharram keutamaanya tepat di bawah puasa Ramadhan.
Menurut Abu Hurairah, suatu ketika Rasulullah ditanya: “Shalat menakah yang lebih utama setelah shalat fardhu?”
Nabi bersabda: “Yaitu shalat di tengah malam.”
Mereka bertanya lagi: “Puasa manakah yang lebih utama setelah puasa Ramadhan?”
Sabda Nabi: “Puasa pada bulan Allah yang kamu namakan bulan Muharram.” (HR. Ahmad, Muslim dan Abu Daud).
Melihat posisi yang berada tepat di bawah puasa Ramadhan, maka menunjukkan bahwa puasa pada bulan Muharram memiliki keutamaan yang luar biasa.
Sebab, puasa Ramadhan adalah wajib, sedangkan puasa Muharram sunah.
Mewujudkan Impian Sang Junjungan
Rasulullah merupukan junjungan umat Islam, orang yang dihormati dan cintai.
Ada sebuah obsesi beliau yang belum terlaksana, lantaran ajal menjemput sebelum tercapainya maksud.
Obsesi itu adalah puasa Tasu'a, yakni puasa pada tanggal 9 Muharram.
Hal itu seperti diceritakan Ibnu Abbas ra.: Rasullullah bersabda: “Kalau saya lanjut umur sampai tahun yang akan datang, niscaya saya akan berpuasa Tasu’a.” (HR. Muslim).
Puasa di Bulan Mulia
Dikutip dari uinsgd.ac.id, puasa Muharram ini juga memiliki keutamaan karena bulan pertama ini termasuk ke dalam empat bulan-bulan mulia atau al-asyhurul hurum, selain Rajab, Dzulqa’dah, dan Dzulhijjah.
Rasulullah saw menganjurkanuntuk berpuasa di empat bulan mulia itu.
Sebagaimana disampaikan dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan Imam Abu Dawud dan Imam Ibnu Majah. “Puasalah bulan Sabar (Ramadhan) dan tiga hari setelahnya, dan puasalah pada bulan-bulan mulia.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah dan selainnya).
Seperti Puasa 30 Hari
Puasa sehari dalam bulan Muharrram pahalanya sama dengan puasa 30 hari.
Hal ini sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Orang yang berpuasa pada hari Arafah maka menjadi pelebur dosa dua tahun, dan orang yang berpuasa sehari dari bulan Muharram maka baginya sebab puasa setiap sehari pahala 30 hari puasa’.” (HR at-Thabarani dalam al-Mu’jamus Shaghîr. Ini hadits gharîb namun sanadnya tidak bermasalah).
(Tribunnews.com/Whiesa/Suci)