Tren Kecantikan 2025 Dipengaruhi Beberapa Faktor, Ini Penjelasan Pakar Kecantikan Dr Kilala
beberapa faktor akan berpengaruh besar dan diprediksi menjadi tren di tahun 2025 pada dunia kecantikan, apa saja? simak penjelasannya
Penulis: Willem Jonata
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Tren Kecantikan 2025 Dipengaruhi Beberapa Faktor, Ini Penjelasan Ahli Kecantikan Dr Kilala
Willem Jonata/Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM - Dr. Kilala Tilaar sudah banyak makan asam garam di dunia kecantikan.
Ia sering didaulat sebagai juri acara kecantikan, bukan hanya di dalam negeri, tapi juga mancanegara.
Belum lama ini, misalnya, Dr Kilala Tilaar menyelesaikan tugas sebagai Juri Resmi di Innovation Spotlight dan 9 Faces of APAC Beauty Industry Award di In-Cosmetics Asia di Bangkok, Thailand, pada 5-7 November 2024.
Pernah pula diikutsertakan dan terlibat dalam Innovation Award untuk 2 pameran kosmetik terbesar di dunia yaitu In-Cosmetics Global dan Cosmoprof Worldwide.
Di event Sneak Peek on Cosmetics Trend 2025, Kilala berbagi insight dan pengalaman, serta keterlibatannya sebagai juri di berbagai event kecantikan internasional seperti In-cosmetics, Cosmoprof maupun sebagai anggota organisasi Intercolor.
Dengan secara aktif menjadi juri dan terlibat dalam event besar kosmetik dunia tersebut, ia merangkum beberapa tren penting di Industri Kosmetik untuk tahun 2025.
Berdasarkan keterlibatan dan pengalaman Kilala di berbagai event kecantikan internasional tersebut, beberapa faktor akan berpengaruh besar dan diprediksi menjadi tren di tahun 2025 pada dunia kecantikan.
Menurutnya, perkembangan teknologi kecantikan, kepedulian lingkungan yang semakin tinggi, generasi yang kian kritis, dan kebutuhan pasar akan produk yang berbasis Vegan, Natural, Cruelty free, Clean Beauty, dan Recycable Eco-friendly, mengusung konsep Sustainability, mengedepankan Wellness & Wellbeing, menggunakan AI Technology serta Diagnose Technology memegang peranan penting di tahun 2025.
Sebab, umumnya produk vegan mengandalkan bahan alami dari tumbuhan, konsumen menaruh perhatian besar akan kandungan ingredient yang ada di dalam sebuah produk.
Mereka juga memperhatikan value dan upaya keberlanjutan yang diupayakan oleh brand melalui pemilihan ingredient yang aman, alami, dan bebas dari bahan kimia berbahaya.
Pada 2025, diperkirakan akan semakin banyak brand kecantikan yang mengikuti tren untuk menciptakan produk yang berkelanjutan, alami, dan organik.
Sejalan dengan laporan Pasar Kosmetik Vegan Global (Business Research Company, 2024) yang melansir bahwa secara global, pasar produk kecantikan vegan ini bernilai USD 18,61 miliar pada tahun 2024.
Adapun angka ini diprediksi akan terus meningkat hingga USD25,61 miliar pada tahun 2028.
Tidak hanya natural dan organik yang berkelanjutan, tetapi secara teknologi bahan baku industri kecantikan sudah mengalami kemajuan yang luar biasa.
Produk-produk yang diluncurkan di 2025 akan banyak berbicara mengenai “delivery system” technology yaitu teknologi yang mampu membawa active ingredients masuk ke dalam lapisan kulit yang bermasalah secara tepat sasaran dan berkala. Teknologi ini disebut sebagai technology encapsulated active.
Gen Z dan Gen Alpha juga menaruh kepedulian yang besar pada isu lingkungan. Hal ini mendorong mereka untuk cenderung memilih produk-produk hybrid beauty, clean beauty yang ramah lingkungan dengan ‘keberpihakan’ pada alam.
Menurut Dr. Kilala Tilaar, para generasi muda ini cenderung tertarik membeli produk-produk dengan label 'natural' dan 'vegan' dibandingkan generasi sebelumnya.
Berdasarkan survei dari Helen + Gertrude pada 2023, sebanyak 27 persen responden dari kalangan Gen Z rutin membeli produk kecantikan yang memiliki konsep keberlanjutan atau ramah lingkungan. Mereka juga fokus pada produk dengan bahan-bahan alami.
Sustainability Trend ini kemudian tidak hanya mencakup bahan baku dan formulasinya saja yang natural dan ramah lingkungan tetapi juga dengan design packaging dan material packaging yang mendukung konsep sustainability.
Semangat reuse, recycle, reduce menjadi tren pada penciptaan kemasan kosmetik dan personal care.
Hal ini didorong oleh kepedulian konsumen pada kemasan yang ramah lingkungan, bisa didaur ulang, dan berkelanjutan.
Namun, fungsionalitas dan daya tarik estetik juga tidak kalah penting bagi mereka.
Gen Z, Gen Alpha, dan Millenial menyukai kemasan yang memiliki nilai ‘unik’ diiringi dengan inovasi dan kemudahan penggunaan. Di tahun 2025, tren ini diprediksi akan semakin populer.
Tak hanya itu saja, menurut Dr. Kilala Tilaar, teknologi kecantikan atau beauty tech, diprediksi akan memainkan peran yang semakin besar di tahun 2025. Penelitian dari McKinsey menunjukkan bahwa 71 persen konsumen saat ini berharap untuk merasakan pengalaman yang dipersonalisasi saat mereka berbelanja.
Lebih lanjut, Penelitian McKinsey juga menunjukkan bahwa personalisasi dapat berdampak langsung pada siklus hidup pelanggan.
Hampir 80 persen konsumen lebih cenderung melakukan pembelian berulang dari sebuah brand dan merekomendasikan brand tersebut kepada teman atau anggota keluarga jika dianggap memberikan pengalaman yang dipersonalisasi.
Hal ini tergambar dengan maraknya peluncuran produk-produk baru dalam bentuk professional devices yang menggunakan tehnologi AI yang dapat mendiagnosa keadaan kulit dengan menggunakan big data untuk dapat merekomendasikan formula yang cocok dengan permasalahan kulit yang dihadapi pelanggan.
Dengan harapan memenangkan pelanggan baru, akan banyak brand dan perusahaan kecantikan yang menggunakan teknologi dan sains dengan cara yang inovatif.
Beberapa brand kecantikan besar telah mengintegrasikan AI dengan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara personalized dan penggunaan teknologi canggih seperti alat terapi kulit berbasis LED.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan sanitary napkin menggunakan technology chip untuk me-release probiotik pada permukaan sanitary pads untuk menjaga kesehatan vaginal dan memberikan efek hangat yang berfungsi untuk menenangkan menstrual cramp.
Pasar teknologi kecantikan diperkirakan akan terus berkembang pesat. Menurut Statista, hal ini diperkirakan akan terus meningkat selama lima tahun ke depan, bahkan mencapai nilai sekitar $8,93 miliar pada tahun 2026 nanti.
Sementara untuk tren warna, Dr. Kilala Tilaar mengungkapkan bahwa tren warna untuk tahun 2025 memadukan elemen teknologi, alam, dan pengalaman manusia, yang mencerminkan interaksi yang berkembang antara unsur-unsur ini.
Secara garis besar paduan kesemuanya ini menciptakan keseimbangan yang harmonis antara hal yang bersifat cutting-edge, organik, dan yang berpusat pada manusia sehingga menghasilkan palet warna yang inovatif dan menenangkan seperti Biru, Kuning, Soft Pink, Merah Bold, Oranye, Earthy Green.