Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

3 Naskah Khutbah Jumat 20 Desember 2024 Tema Hari Ibu: Kemuliaan, Keramatnya, dan Cara Berbakti

Kumpulan naskah khutbah Jumat 20 Desember 2024 bertema kemuliaan seorang ibu, bertepatan peringatan Hari Ibu 22 Desember 2024.

Penulis: Muhammad Alvian Fakka
Editor: Yurika NendriNovianingsih
zoom-in 3 Naskah Khutbah Jumat 20 Desember 2024 Tema Hari Ibu: Kemuliaan, Keramatnya, dan Cara Berbakti
Kolase Tribunnews.com
Naskah Khutbah Jumat 20 Desember 2024 Tema Hari Ibu - Kumpulan naskah khutbah Jumat 20 Desember 2024 bertema kemuliaan seorang ibu, bertepatan peringatan Hari Ibu 22 Desember 2024. 

TRIBUNNEWS.COM - Inilah kumpulan naskah khutbah Jumat 20 Desember 2024 bertema kemuliaan seorang ibu.

Naskah khutbah Jumat, 20 Desember 2024 dalam artikel ini berkaitan dengan peringatan Hari Ibu yang diperingati setiap 22 Desember 2024.

Naskah khutbah berikut mengusung tema kemuliaan derajat seorang ibu, keramatnya ibu dalam ajaran Islam, dan cara berbakti kepada ibu.

Dalam khutbah Jumat 20 Desember 2024 ini diterangkan bawasanya merenung sejenak sejauh mana kita telah berbakti kepada orang tua kita, khususnya ibu kita.

Khotib dapat mengingatkan umat Islam untuk mengingat pengorbanan yang sangat besar dari seorang ibu.

Adapun contoh 3 naskah khutbah Jumat ini dapat dibacakan ketika khutbah salat Jumat hari Jumat, 20 Desember 2024.

Simak contoh khutbah jumat berikut ini, melansir dari laman UIN SGD dan MUI.

Khutbah Jumat: Kemuliaan Derajat Seorang Ibu

Berita Rekomendasi

Oleh Prof. Dr. H. A. Rusdiana, Drs., MM., Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Khutbah I

  الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدَانَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِْيكَ لَهُ، ذُوالْجَلَالِ وَالْإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُه، اَللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَـمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْإِخْوَان، أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ، قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا وَقَالَ تَعَالَى: وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ

Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah

Alhamdulillahirabbilalamin, menjadi kalimat yang sudah sepatutnya diucapkan pada keseharian hidup kita, khususnya ungkapkan pada kesempatan kali ini, sebagai wujud syukur atas karunia nikmat Allah SWT yang tiada tara. Kita harus menjadi hamba yang tahu diri dan tidak melupakan hakikat dari diciptakannya kita ke dunia ini. Semua ini tiada lain hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Dan syukur menjadi bagian dari ibadah itu sendiri. 

Pada Jumat kali ini mari kita juga terus mengencangkan dan menguatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT dengan meyakini bahwa Allah lah yang paling berkuasa atas hidup dan kehidupan kita di dunia. Mari berjuang sekuat tenaga untuk menjalankan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Mudah-mudahan kita termasuk golongan orang yang bersyukur, beriman dan bertakwa sehingga akan menjadi orang yang mulia di sisi Allah SWT. 

Salahsatu bentuk syukur kepada Allah SWT., sebagima diperintakan dalam Al-Qur’an Luqman, ayat 14, “…..Bersyukurlah kepadaku dan kepada ibu-bapakmu. Hanya kepada-Ku lah kembalimu.”

Baca juga: Menteri Agama: Pemerintah Sedang Siapkan Materi Khutbah Salat Jumat soal Pelestarian Lingkungan

Untuh hal itu, izikan khatib dalam kesempatan khutbah Jumat ini secara khusus mengangkat tema soal kemuliaan derajat seorang ibu. Seiring dengan Hari ahad ini tanggal 22 Desember 2024 bertepatan dengan dengan bangsa Indonesia merayakan peringatan Hari Ibu ke 96. 

Derajat luhurnya secara jelas disebut Rasulullah. Hari Ibu merupakan momen tepat untuk mengevaluasi dan menguatkan kembali rasa hormat dan bakti kita kepada kedua orang tua, terutama ibu.

Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah

Diketahui dalam catatan sejarahnya tahun ini, masyarakat Indonesia memperingati Hari Ibu 2024 yang ke-96 dihitung sejak tahun 1928.  
Tujuan Peringatan Hari Ibu setiap 22 Desember adalah sebagai upaya bangsa Indonesia untuk mengenang dan menghargai perjuangan perempuan Indonesia dalam merebut dan mengisi kemerdekaan. 

Mengingat pentingnya peringatan hari Ibu, ini setiap tahun pada bulan Desember ada satu hari yang disebut Hari Ibu. Hampir setiap negara di dunia ini memiliki Hari Ibu yang peringatannya dilaksanakan pada hari yang berbeda satu sama lain. Tidak hanya di Indonesia Hari Ibu diperingati setiap tanggal 22 Desember. Di negara-negera Eropa dan Amerika, peringatan Hari Ibu jatuh pada hari Minggu kedua bulan Mei. Sementara di negara-negara Arab, seperti, Mesir, Iraq, Saudi Arabia, dan sebagainya Hari Ibu jatuh pada tanggal 21 Maret. 

Dari data tersebut, dapat kita ketahui bahwa di setiap budaya atau bangsa, seorang ibu diakui memiliki peran sangat penting dalam hidup ini. Adanya peringatan Hari Ibu ini, menunjukkan adanya kesadaran bersama untuk mengakui sekaligus menghargai jasa-jasa ibu. Paling tidak ada tiga nilai penting yang peru dijadikan pembelajaran dalam kehidupan manusia di dunia ini:

Hal yang Pertama: Jauh sebelum dunia menetapkan perlunya peringatan Hari Ibu, Rasulullah SAW telah meletakkan dasar-dasar teologis bahwa seorang ibu diakui sangat mulia sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatakan dari Anas bin Malik RA: 

 الجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ الأُمَّهَاتِ 

“Surga itu di bawah telapak kaki ibu”. 

Hadits tersebut menegaskan bahwa seorang ibu memiliki kedudukan yang sangat mulia hingga seolah-olah surga yang begitu indah dan agung saja tidak lebih tingggi daripada seorang ibu karena diibaratkan berada di bawah telapak kakinya. 

Kita semua tahu bahwa telapak kaki adalah bagian paling bawah atau rendah dari organ manusia. Namun maksud hadits ini adalah bahwa tidak mungkin seorang anak bisa masuk surga tanpa ketundukan kepada seorang ibu.

Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah

Yang Kedua: Rasulullah SAW mengisyaratkan agar bakti kepada ibu; tiga kali lebih besar daripada kepada ayah sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abi Hurairah RA:

مَنْ أحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ : أُمُّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ : أُمُّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ : أُمُّكَ، قَالَ : ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ : أبُوْكَ

“Suatu hari datanglah seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW. Orang itu bertanya kepada Rasulullah, siapakah di antara manusia yang paling berhak kami sikapi dengan baik. Nabi menjawab, ibumu. Orang itu bertanya lagi, siapa lagi setelah itu. Nabi menjawab, ibumu. Orang itu bertanya lagi,  siapa lagi setelah itu. Nabi menjawab, ibumu. Orang itu bertanya lagi. Nabi kemudian menjawab, kemudian ayahmu.” Dari hadits di atas dapat kita ketahui bahwa perbandingan bakti kita kepada ibu dan ayah adalah 3 : 1 atau 75 persen : 25 persen.

Hal yang ketiga: Pertanyaan yang muncul kemudian, atas dasar apa Rasulullah SAW mengisyaratakan perbandingan seperti itu. Pertanyaan ini dapat kita temukan jawabannya dalam surat Luqman, ayat 14, dimana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Dan kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada ibu-bapa; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan susah payah dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada ibu-bapakmu. Hanya kepada-Ku lah kembalimu.”

Sidang Jumat rahimakumullah,

Dari ayat di atas, dapat kita ketahui bahwa dalam kaitannya dengan proses kejadian dan kelahiran manusia ke bumi ini, ada 4 fase penting, diantaranya:

Fase pertama: adalah fase yang melibatkan partisipasi dari ayah dan ibu dimana peran ayah sangat menentukan. Dalam fase ini, sel telur sang ibu tidak mungkin terbuahi tanpa pertemuannya dengan seperrma sang ayah. Dengan kata lain tugas alamiah seorang laki-laki atau ayah adalah membuahi sel telur perempuan atau ibu sehingga terjadi kehamilan yang bentuk awalnya berupa gumpalan darah yang dalam Al Qur’an, Surat ke 96, ayat 2 disebut sebagai ‘alaq sebagaimana ayat berikut:

خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ

“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” Ayat di atas menegaskan bahwa proses awal terjadinya manusia adalah gumpalan darah.

Hanya pada fase awal inilah seorang laki-laki memainkan peran alamiah satu-satunya yang tidak mungkin digantikan oleh perempuan karena sel telur hanya bisa dibuahi oleh sperma. Maka bisa dimengerti bakti seorang anak kepada ayah dibadingkan dengan ibu adalah 1 : 3 karena dalam 3 proses berikutnya seorang ayah sudah tidak terlibat lagi. Masing-masing dari ketiga proses ini sepenuhnya dilakukan oleh ibu dengan susah payah dan penuh risiko. Hal ini berbeda sama sekali dengan proses awal atau fase pertama yang penuh dengan kenikmatan tanpa risiko berarti.

Sidang Jumat rahimakumullah,

Fase Kedua: Fase mengandung; Setelah selesainya proses pertama, yakni pembuahan sel telur oleh sperma, maka proses berikutnya atau kedua adalah kehamilan. Dalam proses ini, seorang ibu harus mengandung si janin dalam kandungan selama rata-rata 9 bulan. Selama 9 bulan ini, tidak ada partisipasi ayah sama sekali karena organ laki-laki memang tidak dirancang untuk bisa mengandung seorang bayi. Hingga kini pun tidak ada teknologi yang bisa membuat laki-laki berpartisipasi atau mengambil alih tugas mengandung. Bayi tabung pun juga tidak bisa dikembangkan dalam organ laki-laki karena faktanya laki-laki memang tidak memiliki rahim.

Dalam fase mengandung ini, seorang ibu mengalami kesusahan demi kesusahan yang didalam Al Qur’an digambarkan sebagai وهنا على وهن, yakni keadaan susah payah dan lemah yang dari hari ke hari bukannya makin ringan tetapi makin berat.

Sidang Jumat rahimakumullah,

Fase Ketiga: Setelah proses kedua selesai, disusul proses ketiga yang merupakan puncak dari proses kehamilan, yakni proses melahirkan. Lagi-lagi dalam proses melahirkan ini tidak ada keterlibatkan seorang ayah. Seorang ibu harus berjuang sendiri untuk bisa melahirkan dengan selamat, baik selamat bagi dirinya sendiri maupun bayi yang dilahirkannya. Tugas ini ber-risiko tinggi karena secara langsung berkaitan dengan keselamatan jiwa. Tentunya telah sering kita dengar beberapa perempuan meninggal saat melahirkan. Dalam proses melahirkan ini, sang ayah juga tidak bisa berbuat banyak untuk meringankan beban sang ibu. Seringkali terjadi, sang ayah tak sanggup dan tak tega menyaksikan sang ibu sedang berjuang melahirkan karena penderitaan yang dialaminya sangat berat dengan nyawa sebagai taruhannya. Seringkali pula, sang ayah hanya bisa menangis penuh kekhawatiran sambil berdoa mudah-mudahan sang ibu bisa melahirkan dengan selamat.

Sidang Jumat rahimakumullah,

Fase Keempat: Setelah proses ketiga selesai, disusul proses keempat, yakni menyusui. Dalam proses menyusui ini, sang ibu harus berhati-hati dan selalu menjaga diri sebaik mungkin karena apa yang terjadi pada dirinya bisa berdampak langsung pada si bayi. Sang ibu harus sanggup berjaga menahan kantuk, baik siang maupun malam. Ketika si bayi haus dan lapar dan membutuhkan ASI, seorang ibu harus selalu siap memberikannya. Dalam tugas ini, sang ayah juga tidak bisa berbuat banyak untuk meringankan beban sang ibu. Berbagai resiko, baik fisik maupun non-fisik pun, juga sering dihadapi para ibu yang sedang menyusui.

Sidang Jumat rahimakumullah,

Al-Qur’an memberitakan masa menyusui adalah dua tahun sebagaimana bunyi ayat:   وفصاله في عامين “Dan menyapihnya dalam usia dua tahun.” Masa dua tahun menyusui dengan ASI adalah ideal terutama bagi ibu-ibu yang memang memiliki kesempatan untuk itu. Tetapi bagi mereka yang memiliki masalah tertentu, maka setidaknya selama 6 bulan pertama dapat mengusahakannya sebab selama itu ASI bersifat eksklusif. Ini merupakan standar internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran. Sidang Jumat rahimakumullah,

Mengingat beratnya tugas ibu, yakni tiga hal penting yang terdiri dari: mengandung, melahirkan dan menyusui, maka bisa dimengerti mengapa Nabi Muhammad SAW mengisyaratkan agar hormat dan bakti kepada ibu lebih besar daripada kepada ayah. Sebagaimana saya uraikan di atas, perbandingannya adalah 3 : 1. Perbandingan ini masuk akal dan adil.

Momentum peringatan Hari Ibu, hendaknya dijadikan momen yang tepat untuk mengevaluasi dan menguatkan kembali rasa hormat dan bakti kita kepada kedua orang tua, terutama ibu. Dengan itu Insya Allah “Perempuan Berdaya Indonesia Maju” segera terwujud. Wallahu A’lam.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II 

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَكْرَمَنَا بِدِيْنِ الْحَقِّ الْمُبِيْنِ، وَأَفْضَلَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ،  وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، سَيِّدُ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ، وَافْعَلُوا الْخَيْرَاتِ وَاجْتَنِبُوا عَنِ السَّيِّئَاتِ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، فَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ   اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ 
وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ  عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ  عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

2. Khutbah Jumat: Keramatnya Ibu Menurut Islam

Oleh: KH Abdullah Tholib, Wakil Ketua Umum MUI Kota Tangerang  

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَركَاتُهُ.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَوْجَبَ عَلَيْنَابِرَّ الْوَالِدَيْنِ وَحَرَّمَ عِصْيَانَهُمَا وَقَهْرَهُمَا. وَاَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ . 

اَمَّا بَعْدُ : فَيَا أَيُّهَاالْمُسْلِمُوْنَ إِتَّقُوْا اللّٰهَ فَى السِّرِّ وَالْعَلَنِ وَجَانِبُواالْفَوَاحِشَ مَا ظَهَر مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. قَالَ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ   

Hadirin Sidang Jum’ah Rahimakumullah

Marilah dalam kesempatan dan di tempat yang berkah ini kita selalu lahirkan rasa syukur kita kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah Allah SWT limpahkan kepada kita semua, nikmat Iman, Islam, kesehatan dan kesmpatan yang dengan nikmat ini kita semua dapat menggerakkan kita untuk menuju masjid dalam rangka mendirikan sholat Jumat berjamaah. Semoga langkah-langkah kita dari rumah, kantor, pasar dan dari manapun menuju ke masjid dicatat Allah SWT sebagai amal-amal sholeh. 

Shalawat teriring salam semoga selalu tercurah kepada manusia agung, Nabi dan Rasul kita Muhammad SAW beserta keluarga, sahabatnya dan kita semua sebagai pengikutnya hingga akhir zaman.

Dalam kesempatan ini pula, khatib berwasiat kepada, terutama diri khotib dan umunya kepada kita semua untuk selalu berusaha sesuai dengan kemampuan kita meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan cara melaksanakn semua perintah-Nya dan menjahui semua larangan-Nya. Semoga dengan cara ini kita tetap dicatat oleh Allah SWT sebagai hamba yang bertakwa sampai menghadap-Nya.

Hadirin Rahimakumullah

Ibu adalah manusia yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari seorang ayah. Mengapa? Karena dari rahim Ibulah benih-benih bayi yang akan dilahirkan. Seorang Ibu telah mengandung bayi selama sembilan bulan dengan kegembiraan dan keceriaan. 

Meski berat, tapi dia tetap bahagia karena akan bisa melahirkan seorang putera atau puteri yang kelak akan menjadi penerusnya. Pada saat yang sama dambaan setiap keluarga adalah lahirnya anak yang menjadi pelengkap dalam keluarga. Pada saat mengandung kondisinya begitu berat, kadang-kadang menjadi lemah dan payah, tetapi hal itu tidak pernah menjadi penghalang baginya untuk selalu beraktivitas. 

Saat melahirkan, Ibu selalu mengutamakan keselamatan calon putera puterinya dan bahkan nyawanya dipertaruhkan demi keselamatan bayinya. Setelah lahir tugas seorang ibu adalah merawat, menyusui dan membesarkannya. Hal ini telah Allah SWT gambarkan dalam firman-Nya di Surat Luqman ayat 14 :

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia ( berbuat baik ) kepada dua orang ibu-bapaknya, Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu-bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”

Dalam ayat di atas disebutkan bahwa kepayahan seorang ibu dalam mengandung anak dalam rahimnya dengan lemah yang bertambah-tambah. Hal ini bisa dilihat sejak awal kehamilan, seorang ibu harus memasuki masa yang dikenal dengan nyidam, yakni masa perubahan dalam tubuh yang mengakibatkan kondisi yang tidak nyaman dan disertai dengan mual dan muntah-muntah. 

Selama proses mengandung dan membesarkan anaknya, sosok ibu telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk menghantarkan anaknya ke muka bumi ini.

Ibu adalah sosok yang mengorbankan 5 ( lima ) airnya yang tidak bisa dibalas dan diganti jasanya oleh anaknya dan siapapun. Air yang berasal dari ibu merupakan penopang kehidupan anak-anaknya yang diambil dari tubuhnya. Seperti kita ketahui bahwa 85 persen tubuh anak-anak yang berkembang dengan baik adalah berasal unsur air.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah 

  1. Air yang pertama adalah air ketuban yang diberikan kepada anaknya saat tumbuh dalam rahimnya menjadi janin. Air ini dihasilkan dari makanan dan minuman yang diberikan kepada anaknya selama di dalam Rahim. 
  2. Air yang kedua adalah air darah ibu yang ketika calon anaknya tumbuh menjadi jabang bayi, ibu memberikan air darah kepadanya. 
  3. Air yang ketiga adalah air susu yang merupakan saripati makana yang dia konsumsi dan dikorbankan untuk membesarkan anaknya.
  4. Air yang ke empat adalah air keringat yang dia teteskan untuk menjaga anaknya agar mampu tumbuh dan berkembang dengan baik serta menjadi anak yang sehat wal afiat.
  5. Air yang kelima adalah air mata yang selalu menghantar kesuksesan anak-anak yang hebat diiringi oleh untaian doa dengan berlinang air mata.

Karena pengorbanan seorang ibu yang begitu besar dan tanpa pernah berfikir untuk dibalas oleh anak-anaknya, maka tak heran jika Nabi Muhammad shollahu alaihi wa sallam dalam haditsnya lebih menekankan berbuat baik kepada seorang ibu. Dalam Hadits dari Mu’awiyah bin Haidah Al-Qusyairi beliau bertanya kepada Nabi Muhammad SAW:

يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ، مَنْ أَبَرُّ ؟ قَالَ : أُمَّكَ، قُلْتُ: مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ : أُمَّكَ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قَالَ : أُمَّكَ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قَالَ : أَبَاكَ، ثُمَّ اَلْأَقْرَبَ فَالْأَقْرَبَ

“Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?. Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab : Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab : Ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya.”( HR Bukhari )

Begitu perhatiannya Rasulullah dalam hal menekankan untuk berbuat baik kepada sosok ibu, maka tidak heran ada sebuah ungkapan yang sampaikan menjadi perhatian kita semua, yaitu : “surga di bawah telapak kaki ibu” ungkapan yang singkat tetapi mengandung banyak nasihat. Salah satu dalil yang melandasi ungkapan tersebut adalah sabda Rasulullah SAW:

اَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ اِلٰى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَرَدْتُ اَنْ اَغْزُوَ وَقَدْ جِئْتُ اَسْتَشِيْرُكَ، فَقَالَ : هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ ؟ قَالَ:نَعَم، قَالَ : فَالْزَمْهَا، فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا

“Sungguh Jahimah datang kepada Nabi SAW, lalu ia berkata,: “Wahai Rasulullah, aku ingin berperang dan aku datang untuk meminta petunjukmu”. Nabi SAW bersabda,”Apakah engkau memliki Ibu?” Jahimah menjawab,: “Ya”. Nabi bersabda,: “Tinggallah bersama dia, karena sungguh surga itu di bawah kedua kakinya.” ( HR Ibnu Majah, An-Nasa’I { redaksi dari beliau ], Imam Ahmad dan Imam Ath-Thabarani )

Di samping hadits di atas ada juga penjelasan ulama, salah satunya Imam Nawawi dalam kitab at-Taisiri bi Syarhil Jami’ish-Shoghir ( juz 1 hal 966 ) yang mengatakan: 

يَعْنِى لُزُوْمُ طَاعَتِهِنَّ سَبَبٌ قَرِيْبٌ لِدُخُوْلِ الْجَنَّةِ.

“Bahwa selalu mentaati para Ibu adalah sebab dekatnya seseorang memasuki surga.”

Ungkapan surga di bawahi telapak kaki Ibu, bukan berarti secara lahiriyah dan kasat mata ada surga di bawah kakinya. Ungkapan tersebut merupakan sebuah kiasan yang sarat dengan makna, yaitu kiasan yang menyiratkan makna betapa kita wajib berbakti kepada Ibu. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Al-‘Allamah ath-Thibi dalam kitabnya Mirqatul mafatih ( VI / 676 ) yang mengatakan bahwa sabda Nabi SAW,”Surga di bawah ke dua kaki ibu” adalah kinayah atau kiasan dari puncak ketundukan dan kerendahan dari seorang anak terhadap ibunya. Hal ini juga sejalan dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Isra ayat 24:

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ .......ۗ

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan”

Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman, surat al-Isra ayat 23:

وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا ققَوْلًا كَرِيْمًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada Ibu Bapak, jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”

Untaian kalimat surga di bawah telapak kaki Ibu merupakan suatu penghormatan, karena begitu banyak jasa-jasa yang dia berikan kepada anak-anaknya. Beliau selalu memilih asupan makanan yang bergizi yang akan menghasilkan ASI yang baik dan kemudian diberikan kepada anak-anaknya. 

Kesabaran, ketegaran dan kasih sayang yang diberikan kepada anak-anaknya tanpa diikuti oleh keluhan dan bahkan berani berkorban demi untuk anak-anaknya agar tumbuh sehat, cerdas dan menjadi anak sholeh dan sholehah tidak akan mungkin bisa dibalas oleh anak-anaknya. 

Pesan Rasulullah SAW agar memberikan penghormatan kepada Ibu merupakan suatu perintah yang harus dilaksanakan dengan penuh keikhlasan dan juga pesan para ulama untuk menghormati seorang Ibu dengan cara mohon keihklasannya untuk memberikan do’a saat kita akan bepergian, bekerja, beribadah, berhaji dan berumroh serta apapun hajat kita agar diberikan kemudahan oleh Allah SWT. 

Karena do’a Ibu itu bisa menembus langit ke tujuh dan lebih maqbul dibanding dengan do’a-do’a dari ulama sekalipun. Hal ini telah dilakukan oleh Uwais Al-Qorni saat beliau menggendong Ibunya untuk berthowaf dan do’a-do’a yang dikumandangkan selalu mohon ampunan untuk Ibunya. Ketika Ibunya menegur,”kenapa engkau hanya memohonkan ampun kepada Allah untuk Ibu sedangkan kamu tidak mohon ampun?” Uwais menjawab,”Jika Allah telah mengampuni dosa-dosa Ibu berarti dosa-dosaku juga diampuni oleh Allah SWT.
Itulah yang disebut dengan keramat seorang Ibu, karena doa-doanya yang dikabulkan oleh Allah SWT. Keberhasilan dan kesuksesan anak-anak dalam segala bidang tidak terlepas dari do’a-do’a kedua orang tua terutama Ibu. Rasulullah SAW bersabda :

أَلْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذٰلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ

“Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah, maka jangan sia-siakan pintu itu atau jagalah ia.” ( HR At-Tirmidzi )

Semoga kita semua menjadi orang selalu berbuat baik kepada kedua orang tua terutama Ibu yang begitu besar jasanya kepada kita semua dan jangan lupa selalu memohon kepadanya untuk dido’akan agar apa yang kita cita-citakan dikabulkan oleh Allah SWT.

بَارَكَ اللّٰهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللّٰهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

3. Khutbah Jumat: Luangkan Waktu untuk Berbakti pada Ibu

Oleh Prof. Dr. H. A. Rusdiana, Drs., MM.Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Khutbah I

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

الحمد لله رب العالمين القائل : وَوَصَّیۡنَا ٱلۡإِنسَـٰنَ بِوَٰلِدَیۡهِ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُۥ وَهۡنًا عَلَىٰ وَهۡنٍ وَفِصَـٰلُهُۥ فِی عَامَیۡنِ أَنِ ٱشۡكُرۡ لِی وَلِوَٰلِدَیۡكَ إِلَیَّ ٱلۡمَصِیرُ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أما بعدُ فيا عباد الله أوصيكم وإيّاي نفسي بتقوى الله حقّ تقاته فقد فاز المتقون.

Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang insya Allah selalu berada dalam naungan rahmat Allah SWT.

Tak henti-hentinya kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kita karunia iman dan Islam; nikmat yang teramat besar yang Allah karuniakan kepada hamba-Nya. Semoga kita selalu mendapatkan hidayah-Nya serta berada dalam keadaan Iman dan Islam hingga akhir hayat kita.

Sebuah pujian yang hanya layak dimiliki oleh Allah. Alhamdu lillah; segala puji hanya milik Allah. Tidak pantas bagi manusia untuk mengharapkan pujian, tidak pantas bagi manusia untuk merasa berjasa, karena sejatinya segala pujian hanya milik-Nya semata.

Dan khotib mengajak dirinya sendiri serta jamaah sekalian untuk terus menguatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Al-Quran, Surat Ali Imran, ayat 102)

Dan tentunya, shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya.

Sidang shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT

Dalam khutbah Jum’at yang singkat ini, mari kita merenung sejenak sejauh mana kita telah berbakti kepada orang tua kita, khususnya ibu kita. 

Kehadiran kita di dunia ini, tidak dapat kita pungkiri, adalah dengan sebuah pengorbanan yang sangat besar dari ibu kita. Dalam Al-Quran, Allah SWT menggambarkan dalam surat Luqman ayat 14:

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ

Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT,

Dalam kesempatan khutbah Jum’at kali  ini, izinkan khotib akan melihat tiga peristiwa dari sekian banyak peristiwa, yang menunjukkan betapa besar perhatian Islam terhadap ibu.

Yang pertama; adalah peristiwa saat Nabi Isa A.S. berbicara saat masih bayi. Sungguh adalah sebuah peristiwa yang sangat besar saat Allah menciptakan Nabi Isa A.S. tanpa seorang ayah, untuk menunjukkan kebesaran Allah SWT. Namun kelahiran Nabi Isa A.S. sempat mendatangkan tuduhan keji kepada Maryam. Digambarkan dalam surat Maryam ayat 27-28, yang artinya:

“Kemudian dia (Maryam) membawa dia (bayi itu) kepada kaumnya dengan menggendongnya. Mereka (kaumnya) berkata, “Wahai Maryam! Sungguh, engkau telah membawa sesuatu yang sangat mungkar” Wahai saudara perempuan Harun (Maryam)! Ayahmu bukan seorang yang buruk perangai dan ibumu bukan seorang perempuan pezina.”

Lalu apa yang dilakukan oleh siti Maryam? Ia menunjuk Nabi Isa A.S. yang kala itu masih bayi. Lalu Nabi Isa A.S. berkata, yang terekam dalam surat Maryam ayat 30-32

قَالَ اِنِّيْ عَبْدُ اللّٰهِ ۗاٰتٰنِيَ الْكِتٰبَ وَجَعَلَنِيْ نَبِيًّا ۙ

وَّجَعَلَنِيْ مُبٰرَكًا اَيْنَ مَا كُنْتُۖ وَاَوْصٰنِيْ بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِ مَا دُمْتُ حَيًّا ۖ

وَّبَرًّاۢ بِوَالِدَتِيْ وَلَمْ يَجْعَلْنِيْ جَبَّارًا شَقِيًّا

Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.

Mari kita garis bawahi bahwa dalam peristiwa yang luar biasa tersebut, Allah menggerakkan lisan Nabi Isa A.S. untuk mendeskripsikan dirinya sebagai orang yang berbakti kepada ibuku. Dan penjelasan ini datang setelah penjelasan bahwa beliau adalah orang yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat.

Dari peristiwa tersebut, jelas bahwa berbakti kepada ibu adalah bukti dari kemuliaan seseorang dan keimanannya kepada Allah SWT.

Peristiwa yang kedua; saat Nabi Ismail A.S. ditinggal bersama ibunya di padang tandus. Atas perintah Allah SWT, Nabi Ibrahim A.S. harus meninggalkan Nabi Ismail A.S. yang masih bayi bersama ibunya, siti Hajar di Mekkah yang saat itu begitu tandus. Siti Hajar bertanya kepada Nabi Ibrahim, “Apakah ini adalah perintah Allah?” Ketika Nabi Ibrahim A.S. mengiyakan, maka siti Hajar menerima perintah tersebut dengan pasrah.

Dalam suasana haus dan terik, siti Hajar lalu berusaha mencari air dari Shafa ke Marwa, hingga 7 kali ulang-alik. Dan Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah, akhirnya air Zamzam muncul di tanah dekat kaki Nabi Ismail. Yang luar biasa adalah, peristiwa seorang ibu ini, yang berusaha untuk mencari air untuk putranya, diabadikan oleh Allah SWT sebagai salah satu ritual dalam ibadah Haji yang disebut sa’i.

Maka siapapun yang telah menunaikan ibadah umrah dan haji selayaknya selalu ingat kebesaran Allah dan kasih sayangnya pada Ibu dan anaknya, serta menghayati betapa besar perjuangan seorang ibu.

Peristiwa yang ketiga adalah: saat Ibu Nabi Musa A.S. mendapat Ilham dari Allah SWT. Saat Fir’aun sedang mencanangkan untuk menghabisi seluruh anak laki-laki di negerinya, ibu Nabi Musa A.S. teramat sedih dan khawatir bahwa putranya akan turut dihabisi. Namun dengan kekuasaan Allah, Allah memberikan ilham kepada Ibu nabi Musa A.S.

وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اُمِّ مُوْسٰٓى اَنْ اَرْضِعِيْهِۚ فَاِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَاَلْقِيْهِ فِى الْيَمِّ وَلَا تَخَافِيْ وَلَا تَحْزَنِيْ ۚاِنَّا رَاۤدُّوْهُ اِلَيْكِ وَجَاعِلُوْهُ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ

Dan Kami ilhamkan kepada ibunya Musa, “Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul.” (Al-Quran, Surat Al-Qasas ayat 7).

Akhirnya Nabi Musa A.S. dihanyutkan ke sungai Nil, lalu ia ditemukan oleh istri Fira’un. Dan karena bayi tersebut tidak mau menyusui kepada siapapun, akhirnya Allah mengembalikan bayi tersebut ke pangkuan ibunya untuk disusui oleh ibunya. Kita lihat betapa sentral peranan Ibu dari Nabi Musa A.S. dalam peristiwa di atas. Bahkan hingga Allah memberikan ilham padanya.

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT,

Semua peristiwa di atas sangat jelas menunjukkan betapa besar perhatian Islam kepada seorang Ibu. Ibu, begitu mulia kedudukannya, lebih berharga dari berlian. Dan dalam tingginya derajatnya itu, cinta Ibu pada kita, sungguh tak bertepi.

Demikianlah khutbah pertama ini. Semoga Allah selalu memberi kita taufiq dan hidayah-Nya.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

Khutbah II

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ

اَمَّا بَعْدُ

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Dalam khutbah pertama tadi, dari tiga peristiwa tadi, sangat jelaslah betapa kedudukan Ibu sangatlah tinggi dan menghormatinya adalah bukti keimanan kita dan tanda akan kemuliaan seseorang. Tentunya masih banyak lagi peristiwa agung lainnya dalam sejarah Islam yang menunjukkan keutamaan seorang ibu. Dan mari kita ingat Hadits Rasulullah SAW;  Dalam Kitab Sahih Muslim, diriwayatkan oleh Abu Hurairah, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, siapa yang paling berhak untuk aku berbakti? Rasulullah SAW berkata; Ibumu, lalu ibumu, lalu ibumu, lalu ayahmu, lalu orang-orang yang terdekat denganmu.”

Maka, luangkanlah waktu untuk berbakti kepada ibumu. Bahkan, jadikanlah itu menjadi prioritas waktumu. Jadikanlah berbakti kepada ibu sebagai kesempatan untuk meraih ridho-Nya dan mendapatkan keutamaan pahalanya.

فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ منها وَمَا بَطَنْ. وَحَافِظُوْا عَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاًعَلِيْمًا

اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى

رَبنا أَدْخِلْنا مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنا مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لنا مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيرًا

اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ. وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

عباد الله، إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفخشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم وادعوه يستجب لكم ولذكر الله أكبر.

أقم الصلاة

(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas