Pengamat Soroti Soal Calon Presiden KIB: Langkah yang Realistis adalah Membidik Cawapres
Analis politik dari Exposit Strategic, Arif Susanto, menilai dinamika pengajuan nama dalam KIB masih dalam kategori normal.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) memprioritaskan kader internal sebagai tokoh yang akan dimajukan sebagai calon presiden atau capres dalam Pemilu 2024.
Hal itu diungkap Ketum PAN Zulkifli Hasan, yang mengatakan Ketum Golkar Airlangga Hartarto dinilai layak dan pantas untuk diprioritaskan maju sebagai calon presiden dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
Kendati para ketua Umum parpol cenderung pada nama Airlangga, tapi banyak di antara kader PAN dan PPP yang justru condong pada calon eksternal seperti Ganjar Pranowo ataupun Anies Baswedan.
Analis politik dari Exposit Strategic, Arif Susanto, menilai dinamika pengajuan nama dalam KIB masih dalam kategori normal.
Menurutnya, masih ada cukup waktu untuk memastikan nama yang bakal diusung koalisi yang beranggotakan Golkar, PPP, dan PAN itu.
Baca juga: Zulhas Sebut Ganjar Pantas Jadi Capres PAN, Golkar: Soal Calon Presiden Harus Dibahas Bareng KIB
"Saya pikir masih normal saja. Perjalanannya masih agak panjang, masih sampai akhir tahun depan," kata Arif, kepada wartawan, Senin (5/12/2022).
Menurut Arif, dinamika yang muncul dalam pembahasan nama capres KIB dapat dinilai sebagai upaya untuk membangun posisi tawar.
Pertama, posisi tawar dari nama figur atau kandidat, seperti Anies Baswedan atau Ganjar Pranowo. Selanjutnya adalah posisi tawar dari faksi yang mengajukan.
"Kedua adalah posisi tawar pihak yang mengajukan nama itu sendiri. Bisa jadi dari relawan, bisa jadi dari faksi-faksi tertentu dalam partai yang bersangkutan. Harapannya kan siapa pun nama yang muncul, mereka mendapatkan bagian dari kue kekuasaan yang diharapkan," ujarnya.
Baca juga: Pengamat Nilai Semangat KIB Jadikan Pemilu 2024 sebagai Pesta Rakyat Sesuai Harapan Publik
Arif menilai perbedaan suara tersebut juga tidak akan berlanjut membesar hingga menjadi konflik internal. Meski, perbedaan nama figur yang muncul itu menunjukkan adanya faksi-faksi dalam KIB yang mempunyai pilihan lain.
"Kalau misal menimbulkan riak, mungkin iya. Tapi saya kira terlalu jauh kalau riak itu sampai mengakibatkan terjadinya konflik internal. Itu agak jauh. Sampai hari ini ya," ujarnya.
Arif menekankan langkah politik KIB akan lebih masuk akal dengan bersiap pada posisi cawapres.
"Bagi saya sejauh ini, cukup rasional untuk mengajukan satu di antara 3 nama itu, Ganjar, Anies, Prabowo. Di luar itu saya kira tipis kemungkinannya. Setidaknya langkah yang realistis adalah membidik cawapres," katanya.