Disebut Berpotensi Tak Lolos Parlemen, PAN Pertanyakan Hasil Survei LSI Denny JA
Ia pun mempertanyakan hasil survei terkait elektabilitas PAN tersebut. Sebab, kata Eddy, temuan-temuan lembaga survei kerap tak sesuai dengan fakta.
Penulis: Naufal Lanten
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Reporter Tribunnews.com, Naufal Lanten
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Amanat Nasional (PAN) merespons hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang menyebut bahwa partai tersebut berpotensi tidak lolos ambang batas pencalonan parlemen atau Parlementary Trehahold.
Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga mengatakan bahwa LSI Denny JA telah melakukan survei sejak Pemilu 2004 silam. Namun, kata dia, PAN selalu masuk dalam kategori partai dengan elektabilitas rendah.
“LSI Denny JA sejak 2004 sampai tahun 2023 ini, selalu merilis hasil survei bahwa PAN adalah ‘Partai Nasakom’, partai yang nasibnya satu koma,” ucap Viva Yoga saat dihubungi, Rabu (8/2/2023).
“Bahkan saat ini merilis hasil elektabilitas PAN kalah dengan partai politik yang tidak lolos parliamentary threshold di pemilu 2014 dan 2019,” sambung dia.
Yoga mentatakan pihaknya beberapa kali telah mempertanyakan hasil survei terkait elektabilitas PAN ini. Namun, lanjut dia, pihak surveyor kerap tidak bisa menjelaskan secara rinci terkait hasil surveinya itu.
“Beberapa kali ‘hasil survei aneh untuk PAN’ kita tanyakan kepada surveyor, tetapi mereka tidak dapat memberikan penjelasan secara scientifik dan ilmiah,” kata dia.
Partai yang diketuai Zulkifli Hasan ini, kata Yoga, secara rutin dan berkala juga melakukan survei internal yang dilakukan lembaga independen. Hal ini untuk mencari tahu terkait elektabilitas, prioritas program hingga variabel yang dibutuhkan PAN.
Baca juga: Survei LSI Denny JA: PDIP, Golkar dan Gerindra Tertinggi, PAN-PPP Terancam Tak Lolos Parlemen
Namun hasilnya kerap berbeda antara temuan di internal PAN dengan hasil di lembaga survei.
“Hasil survei internal tersebut memang berbeda dengan rilis yang dilakukan oleh beberapa lembaga survei sejak tahun 2004 sampai sekarang,” tuturnya.
Di sisi lain, ia menyebut bahwa hasil survei tersebut tetap akan menjadi evaluasi diri bagi PAN agar memeperbaiki kekurangan, khususnya dalam rangka menyongsong Pemilu 2024 mendatang.
Dihubungi terpisah, Sekjen PAN Eddy Soeparno mengungkapkan pernyataan serupa. Menurutnya, banyak lembaga survei yang kerap melakukukan survei terhadap elektabilitas PAN sejak 2004 lalu.
Hasilnya, kata Eddy, PAN selalu mendapatkan hasil tidak lolos Parlementary Treshold.
“Dan itu selalu hasilnya kurang lebih sama dari pemilu ke pemilu, bahwa pan tidak akan lolos PT karena elektabilitasnya rendah,” kata Eddy.
Ia pun mempertanyakan hasil survei terkait elektabilitas PAN tersebut. Sebab, kata Eddy, temuan-temuan lembaga survei kerap tak sesuai dengan fakta di lapangan.
“Oleh karena itu kami jadi mempertanyakan mengapa ada lembaga-lembaga survei yang selalu melakukan prediksi melalui metodologi survei tersebut. Dan itu sudah dilakukan berulang-ulang dan tetap mengeluarkan hasil yang sama, dan tetap salah,” kata Eddy.
“Jadi inilah yang merupakan pertanyaan besar bagi kami yang kami ingin mendapatkan jawabannya dari para surveyor tersebut, dengan kata lain apakah mereka bisa memberikan argumentasi terhadap hasil survei mereka dan kesalahan dari hasil survei tersebut pada setiap Pemilu,” lanjut dia.
Diberitakan sebelumnya, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei terkait tingkat elektabilitas partai politik.
Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa mengatakan dalam survei kali ini terdapat 4 kategori partai politik, yakni partai besar, menengah, kecil dan nol koma.
Untuk kategori partai besar ditempati tiga partai dengan angka elektabilitas tertinggi. Ada PDI Perjuangan dengan 22,7 persen, Partai Golkar 13,8 persen dan Gerindra 11,2 persen.
“Dari 18 partai yang ada yang siap kontestasi di 2024, hanya 3 partai yang masuk kategori partai besar, PDIP, Golkar dan Gerindra,” kata Ardian Sopa dalam rilis LSI Denny JA secara virtual, Selasa (7/2/2023).
Kemudian pada kategori menengah terdapat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan angka elektabilitas 8,0 persen, Partai Demokrat 5,0 persen dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 4,9 persen serta Partai Nasdem 4,4 persen.
Ardian menjelaskan bahwa partai kategori menengah ini berdasarkan angka elektabilitas pada rentang 4 hingga 10 persen.
Sementara untuk klasmen selanjutnya, yakni partai kecil yang memiliki angka elektsbilitas pada rentang 1-4 persen.
Kategori ini dipimpin oleh Partai Perindo dengan angka 2,8 persen. Namun di posisi selanjutnya justru diisi oleh parpol yang saat ini berada di parlemen, yakni Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dengan masing-masing angka 1,9 persen dan 2,1 persen.
“Jadi secara dukungan, 3 partai ini Perindo, PPP dan PAN berada di kategorisasi partai kecil,” tuturnya.
“Sehingga sebenarnya per survei ini dilakukan mereka belom lolos melewati parlementary treshold 4 persen,” lanjut Sopa.