Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Soal Waktu Pengumuman Nama Calon Presiden dari PDIP, Hasto Kristiyanto Singgung Bulan Juni

Hasto lantas menyinggung soal adanya peringatan Bulan Bung Karno yang diperingati tiap Juni terutama oleh para kader PDIP.

Penulis: Rizki Sandi Saputra
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Soal Waktu Pengumuman Nama Calon Presiden dari PDIP, Hasto Kristiyanto Singgung Bulan Juni
Tribunnews/Fransiskus Adhiyuda
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto saat pidato di alun-alun Rangkasbitung, Lebak, Banten, Minggu (19/2/2023). Hasto Kristiyanto menyatakan, pada tahun 2023 ini akan diumumkan nama yang akan diusung oleh PDIP sebagai calon presiden pada Pemilu 2024. 

Laporan Reporter Tribunnews.com, Rizki Sandi Saputra

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyatakan, pada tahun 2023 ini akan diumumkan nama yang akan diusung oleh PDIP sebagai calon presiden pada Pemilu 2024.

Hasto lantas menyinggung soal adanya peringatan Bulan Bung Karno yang diperingati tiap Juni terutama oleh para kader PDIP.

Kendati demikian kata Hasto, wewenang untuk mengumumkan nama capres tersebut berada pada kewenangan Megawati Soekarnoputri selaku ketua umum partai.

Baca juga: Sekjen PDIP Bicara Sosok Pemimpin Indonesia Mendatang

"Kami sudah sampaikan bocoran, bahwa calon presiden dari PDIPerjuangan akan disampaikan Bu Mega pada tahun 2023, sabar saja, nanti bulan Juni kan ada bulan bung Karno," kata Hasto dalam acara bincang-bincang bersama Sonora Radio, Selasa (21/2/2023).

Hasto juga memastikan kalau Megawati telah melakukan kalkulasi yang cermat dalam memilih waktu yang tepat untuk mengumumkan nama tersebut.

Bahkan kata dia, sejauh ini Megawati sudah kerap bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang notabenenya merupakan kader PDIP.

Berita Rekomendasi

"Ibu Mega juga sering bertemu dengan pak Jokowi, berdialog dalam suasana yang sangat khusus kontemplatif, tempatnya pun sangat khusus, ketika kedua pemimpin ini bertemu, gak ada yang berani ganggu," ucapnya.

Meski belum mengumumkan nama capres yang diusung, namun, kata Hasto nantinya sosok yang dipilih memiliki visi misi yang sama dengan pemimpin sebelumnya.

Baca juga: PDIP Apresiasi Kejagung atas Terobosan Hukum dalam Upaya Pencegahan dan Penindakan Korupsi

Terpenting kata dia, cita-cita atau tujuannya yakni menciptakan satu kesinambungan pada kejayaan bangsa Indonesia.

"Sehingga dialog kedua pemimpin tersebut betul-betul secara jernih melihat dan menganalisis terhadap calon-calon pemimpin yang akan diusung," kata dia.

"Yang jelas ini merupakan satu tarikan nafas kepemimpinan dari Bung Karno, Bu Mega dan kemudian Pak Jokowi serta the next nya, jadi ini merupakan satu kesatuan, satu kesinambungan yang bergerak bagi kejayaan Indonesia," tuturnya.

Sebelumnya, Hasto telah membeberkan semacam kisi-kisi calon presiden yang nantinya akan diusung PDIP sebagai penerus kepempimpinan Jokowi.

Kata dia, yang selalu ditanamkan oleh PDIP kepada seluruh kadernya termasuk mereka yang diusung sebagai calon pemimpin yakni aksi turun ke rakyat, atau blusukan.

"Tentang kepemimpinan yang mengakar, ada bounding kata Bu Mega dengan rakyatnya yang ditunjukkan oleh pak Jokowi dengan tradisi blusukan, ini menjadi kultur partai," kata Hasto dalam acara bincang-bincang bersama Sonora Radio, Selasa (21/2/2023).

Hasto menjabarkan, aksi blusukan tersebut memang sudah diterapkan oleh para pemimpin negara dari PDIP.

Bahkan, penerapan tersebut sudah dilakukan sejak kepemimpinan Presiden Pertama RI, Ir Soekarno di era kolonialisme Belanda.

Baca juga: Litbang Kompas: Elektabilitas PDIP Januari 2023 Capai 22,9 Persen Ungguli Gerindra, NasDem, Demokrat

"Blusukan ini bukan hanya dilakukan oleh pak Jokowi, zaman Bung Karno itu Bung Karno selalu turun ke bawah, apalagi setelah berpidato berapi-api menentang kolonialisme Belanda," kata Hasto.

Kata dia, kala itu, Bung Karno kerap berdiri bersama rakyat bahkan di dalam situasi genting di mana tentara serta kepolisian Belanda melakukan penyerangan.

"Bung Karno dikejar-kejar polisi Belanda, Bung Karno langsung menyelinap di tengah-tengah rakyat, di situ Bung Karno menggelorakan api perjuangan di tengah rakyat," ucap Hasto.

Selanjutnya kata Hasto, kultur tersebut diteruskan oleh putri dari Bung Karno yakni Megawati Soekarnoputri yang juga merupakan mantan Presiden Republik Indonesia.

Kala itu, di tahun 1986 Megawati yang masih berusia muda di dunia politik sudah aktif turun ke rakyat.

"Zaman Bu Mega, banyak yang tidak menyorot bahwa sejak tahun 1986, Bu Mega itu sebagai tokoh baru yang masuk ke gelanggang politik, itu turun ke bawah bertemu dengan rakyat," kata Hasto.

"Sehingga tradisi blusukan bertemu rakyat itulah dilakukan dari zaman Bung Karno, Bu Mega dan pak Jokowi, ini karakter yang sangat penting," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas