Kritik Pengamat soal Wacana Koalisi Besar: Bukan Angin Segar, tapi Ancaman untuk Demokrasi
Wacana pembentukan koalisi besar tuai kritik dari sejumlah pihak. Termasuk Pengamat Politik dan Direktur Voxpol, Pangi Syarwi Chaniago.
Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Suci BangunDS
Alasannya, supaya tidak terjadi keterbelahan kubu di tengah-tengah masyarakat hingga politik identitas.
"Supaya masyarakat punya alternatif pilihan ada di angka 75 persen. Karena hanya dua calon presiden belum tentu bisa mengampung aspirasi semua kepentingan masyarakat.
Apalagi generasi milenial belum tentu setuju dengan calon presiden yang diajukan oleh KIR-KIB atau PDIP dan Koalisi Perubahan," beber Pangi.
Baca juga: Golkar Siap Pimpin dan Koordinasi Koalisi Besar untuk Atasi Ketegangan Politik
Pangi juga menyinggung perihal golongan putih alias golput.
Ia menilai, penyebab masyarakat golput bukan hanya perihal masalah ideologis maupun administratif.
"Golput lebih besar karena masyarakat tidak memiliki pilihan calon presiden. Menu (capres-cawapres, red) yang disajikan koalisi partai politik terbatas sekali.
Masyarakat tidak datang ke TPS karena merasa tidak diwakilkan atau representatif oleh para calon yang diajukan oleh partai politik. Semakin banyak calon presiden semakin baik, menurut saya minimal 3 calon presiden," kata Pangi.
Respons Gerindra
Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Andre Rosiade, memberikan responsnya soal pernyataan koalisi besar mengancam demokrasi.
Andre berpendapat, wacana meleburnya KIR-KIB menjadi satu juga bagian dari demokrasi.
Untuk masalah jumlah calon yang akan maju di Pilpres akan ditentukan oleh dinamika demokrasi yang ada.
Andre yakin masyarakat sudah cerdas dan mampu menentukan pilihannya secara objektif.
Baca juga: Yusril Bakal Temui Prabowo, Gerindra: Koalisi Besar Solusi Saat Ini
"Tidak lagi terpengaruh nanti permainan isu agama maupun politik identitas. Jadi kita tidak perlu takut, apakah dua pasang atau tiga pasang," katanya.
Andre melanjutkan, membangun bangsa negara tidak bisa dilakukan oleh satu atau dua pihak saja, melainkan harus secara bersama-sama.
Latarbelakang ini yang kemudian dijadikan dasar adanya wacana pembentukan koalisi besar dari KIR-KIB.
"Dengan kita bersatu bergotong royong. Insya Allah pembangunan lebih lancar. (Bisa diwujudkan) dengan adanya kolasisi lebih besar daripada koalisi kecil-kecil," tegas Andre.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)