Pilpres 2024: Strategi Parpol dan Pemilihan Cawapres Menjadi Sorotan, Ini Analisa Pengamat Politik
pemilihan calon wakil presiden (Cawapres) menjadi elemen penting dalam strategi koalisi partai politik di Pilpres 2024.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dengan mendekatnya Pemilu Presiden 2024, pemilihan calon wakil presiden (Cawapres) menjadi elemen penting dalam strategi koalisi partai politik.
Pengamat politik sekaligus CEO Markdata Faisal Arief Kamil pun menyoroti bagaimana teori-teori koalisi dapat membantu memahami strategi pemilihan Cawapres.
Pertama, menurut Teori Koalisi Minimum Winning, partai-partai politik dapat membentuk koalisi yang cukup kuat untuk memenangkan pemilihan.
Faisal yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Plt. Direktur Riset Poltracking Indonesia mengatakan, seorang Cawapres dengan basis elektoral kuat dapat membantu meraih suara dari demografi atau wilayah yang mungkin tidak dapat dijangkau oleh calon presiden.
"Ini tampak dalam strategi koalisi PDI-Perjuangan yang mencapreskan Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah) yang kemungkinan akan dipasangkan dengan Cawapres Sandiaga Salahuddin Uno (Menparekraf). Terakhir koalisi ini mendapatkan dukungan tambahan dari PPP," kata Faisal Arief, Kamis (11/5/2023).
Kedua, Teori Koalisi Minimum Range menyarankan bahwa partai-partai politik mungkin akan mencari calon wakil presiden yang memiliki ideologi yang serupa atau minimal berdekatan dengan mereka.
Hal ini terlihat dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dengan gabungan Gerindra, PKB, dan PAN yang arahnya akan mencapreskan Prabowo Subianto (Mehan) dengan Cawapres Erick Thohir (Menteri BUMN).
"Keduanya menunjukkan komitmen terhadap stabilitas dan kompetensi pemerintahan yang diharapkan pemilih," urai Faisal.
Sementara itu yang ketiga, Teori Koalisi Minimum Connected Winning adalah kombinasi kedua aspek tersebut, yaitu mencari calon yang dapat menarik dukungan luas sambil menjaga konsistensi ideologis.
Ini terlihat dalam Koalisi Perubahan yang terdiri dari Nasdem, Demokrat, dan PKS yang sudah mengumumpkan mencapreskan Anies Rasyid Baswedan (Mantan Gubernur DKI Jakarta) yang berpotensi besar dipasangkan dengan Cawapres Agus Harimurti Yudhoyono (Ketum Demokrat).
Dengan pendekatan teori koalisi ini, pemilihan Cawapres menjadi elemen strategis dalam menentukan keberhasilan koalisi partai politik dalam Pilpres 2024.
Baca juga: Tim Delapan Koalisi Perubahan akan Temui Cawapres untuk Anies Baswedan, Demokrat: Mudah-mudahan AHY
Namun, Faisal menegaskan, strategi pemilihan Cawapres yang tepat sangat penting dalam pemilihan presiden.
"Tapi pada akhirnya, keputusan tersebut harus disesuaikan dengan preferensi dan kebutuhan pemilih. Itulah tantangan sebenarnya," tukasnya.