Gerindra Unggah Momen Pertemuan Prabowo dan Budiman Sudjatmiko
Akun Instagram resmi Partai Gerindra mengunggah momen Prabowo Subianto yang disambangi politisi PDI Perjungan (PDIP), Budiman Sudjatmiko.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Akun Instagram resmi Partai Gerindra mengunggah momen sang Ketua Umum, Prabowo Subianto, yang disambangi politisi PDI Perjungan (PDIP), Budiman Sudjatmiko, Kamis (20/7/2023).
Prabowo dan Budiman Sudjatmiko diketahui bertemu di kediaman sang bakal Capres dari Gerindra, Jalan Kertanegara IV, Kebayoran, Jakarta Selatan, Selasa (18/7/2023) malam.
Ada empat slide foto perjumpaan Prabowo dan Budiman Sudjatmiko yang diunggah.
Budiman terlihat mengenakan kemeja batik panjang dengan warna perpaduan hitam, biru, dan kuning.
Sementara Prabowo mengenakan kemeja krem ciri khasnya.
"Tantangan demi tantangan yang akan dihadapi bangsa ini harus diselesaikan dengan langkah-langkah persatuan dan kesatuan," tulis caption Gerindra.
Baca juga: 3 Kader PDIP yang Dipanggil karena Bertemu Prabowo, Ada Gibran hingga Budiman Sudjatmiko
Budiman Sudjatmiko akan Dipanggil Petinggi PDIP
Pertemuannya dengan Prabowo membuat Budiman harus siap-siap menghadap petinggi PDIP.
Ketua DPP Bidang Kehormatan PDIP, Komarudin Watubun mengatakan ada indikasi pelanggaran disiplin partai yang dilakukan Budiman Sudjatmiko saat berjumpa dengan Prabowo.
"Iya pasti kita panggil, saya pulang dari reses dipanggil. Semua sama, itu aturan berlaku untuk semua anggota partai tanpa kecuali," kata Komarudin, Rabu (19/7/2023).
"Budiman malah datang di Prabowo. Itu indikasi pelanggaran disiplinnya itu," ujarnya.
Baca juga: Puja Puji Kader PDI Perjuangan Saat Bertemu Prabowo Subianto, Begini Respons Ganjar Pranowo
Tanggapan Santai Budiman
Menanggapi hal tersebut, Budiman mengaku siap dipanggil oleh PDIP karena pertemuannya dengan Prabowo.
"Oh enggak ada masalah. Oh saya suka biasa kok dipanggil panggil," kata Budiman di Jalan Kertanegara IV, Kebayoran, Jakarta Selatan, Selasa.
Pemanggilan tersebut, menurut Budiman, bukanlah suatu risiko.
Ia justru mengartikan adanya jalinan komunikasi antara dirinya dan partai.
"Dipanggil kan bukan sebuah risiko, biasa aja, malah justru bagus toh ada komunikasi."
"Jangan-jangan selama ini gak bisa dipanggil, justru bisa ketemu," jelasnya.
Dikatakan Budiman, kedatangannya menemui Prabowo bukanlah untuk mewakili PDIP maupun Megawati Soekarnoputri, melainkan hanya secara pribadi.
"Ini individu pribadi saya. Kalau yang mewakili partai Ibu Mega, yang mewakili partai itu Sekjen, bukan saya. Mbak Puan," pungkasnya.
Indikasi Internal PDIP Pecah
Sementara itu pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indostrategic, Khoirul Umam menyebut, kedatangan politisi PDIP Budiman Sudjatmiko di kediaman Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengindikasikan terpecahnya barisan internal PDIP yang tengah mengusung Ganjar Pranowo.
Apalagi di saat yang sama, statemen Budiman yang menggarisbawahi tentang pentingnya pemimpin militer, senior dan berpengalaman mengadapi ketidakpastian global, juga menyiratkan secara jelas dukungan politiknya pada pencapresan Prabowo di Pilpres 2024 mendatang.
"Manuver Budiman kali ini tampaknya betul-betul di luar kontrol PDIP. Langkah itu dia lakukan sebagai reaksi atas upaya pihak-pihak tertentu di internal PDIP yang mencoba meminggirkan perannya di PDIP," kata Khoirul Umam, Kamis (20/7/2023).
Baca juga: Fenomena Kader PDIP Dukung Prabowo, Pengamat sebut Kader Senior Tak Patuh Putusan Megawati
Umam menduga hal itu diindikasikan karena diberikannya posisi pencalegan yang layak bagi Budiman dan juga tidak dilibatkan dalam tim pemenangan pencapresan Ganjar Pranowo.
Karena itu, kata Umam, Budiman merasa tidak punya beban dan memilih untuk menjadi 'partikel bebas' yang seolah tidak ingin didikte oleh aturan organisasi konstitusi partai PDIP.
"Di sisi lain merapatnya Budiman ke Prabowo ini juga menunjukkan sinyal kian kuatnya konsolidasi kalangan mantan aktivis 98 di lingkaran Prabowo Subianto," terang dia.
Umam menyebut tentu hal ini unik sekaligus ironis.
Unik karena Prabowo akhirnya bisa meyakinkan simpul-simpul jaringan kekuatan yang dulu sangat efektif mendegradasinya di Pilpres 2014 dan 2019.
Tapi juga ironis karena sejarah Reformasi 1998 juga mewariskan tanggung jawab moral perjuangan kepada jaringan aktivis 98 yg kini bertransformasi jadi politisi dan sel-sel relawan itu.
"Tentunya manuver ini akan memantik kekecewaan besar dari masyarakat yang masih peduli sejarah reformasi namun nature politik hari ini memang telah berubah," jelas Umam.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto, Fersianus Waku, Fransiskus Adhiyuda)