Terancam Dipecat dari PDIP usai Dukung Prabowo, Budiman Sudjatmiko: Bukan Risiko Tertinggi
Budiman menganggap pemecatan oleh PDIP terhadapnya pasca mendukung Prabowo sebagai capres bukan resiko tertinggi yang dikhawatirkannya.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Arif Fajar Nasucha

TRIBUNNEWS.COM - Politisi PDIP, Budiman Sudjatmiko menganggap ancaman pemecatan dari PDIP terkait deklarasi terbuka yang dilakukannya dengan mendukung bacapres Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR), Prabowo Subianto bukanlah risiko tertinggi.
Budiman pun tidak terlalu mempermasalahkannya jika memang keputusan Dewan Kehormatan PDIP harus memecatnya sebagai kader.
Hal ini disampaikannya saat mejadi pembicara di Kopi Darat Nasional (Kopdarnas) 2023 yang diselenggarakan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Tenis Indoor Senayan, Jakarta pada Selasa (22/8/2023).
Awalnya, Budiman ditanyai oleh Dewan Penasehat PSI, Helmy Yahya terkait keberaniannya beralih dari mendukung bacapres Ganjar Pranowo ke Prabowo.
Baca juga: Budiman Sudjatmiko Bantah Bebani PDIP soal Lunasi Utang-utangnya: Tidak Serupiah pun
Ia pun menjawab bahwa deklarasi dukungan terhadap Prabowo olehnya beberapa waktu lalu tidak butuh keberanian.
"Termasuk Anda sekarang berani dari nentang Pranowo ke Prabowo?" tanya Helmy.
"Itu (mendukung Prabowo sebagai capres) nggak perlu keberanian itu, " jawab Budiman.
"Kenapa?" tanya Helmy singkat.
"Ya, nggak ada risikonya. Apa resikonya?" tanya Budiman balik ke Helmy.
Kemudian, Helmy menyebut bahwa resiko tertinggi yang bakal dialami Budiman yaitu terancam dipecat dari PDIP usai mendukung Prabowo sebagai capres.
Mantan aktivis '98 itu lalu menjawab bahwa pemecatan bukanlah resiko tertinggi yang pernah dialaminya.
"Anda bisa dipecat (usai dukung Prabowo)," kata Helmy.
"Dipecat dari sebuah organisasi, menurut saya bukan risiko tertinggi yang pernah saya alami. It's okay, nggak apa-apa lah," jawab Budiman disambut tawa Helmy dan peserta yang hadir.
Baca juga: Iwan Bule Tegaskan Tidak Ada Politik Adu Domba di saat Budiman Sudjatmiko Mendukung Prabowo
Budiman pun mengutip pernyataan mantan Perdana Menteri (PM) Inggris, Winston Churcill yang menyebut bahwa dalam politik, orang bisa mati berkali-kali.
Sehingga, Budiman menilai kutipan tersebut cocok dengan kondisi yang dialaminya saat ini.
Lebih lanjut, Budiman juga turut mengomentari pernyataan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri terkait manuvernya mendukung Prabowo layaknya tarian dansa.
Dirinya menganggap pernyataan Megawati adalah hal biasa dalam politik.
Budiman juga mengklaim bahwa Megawati masih memaklumi manuver politiknya dengan mendukung Prabowo sebagai capres.
"Orang menari, berdansa, orang gonta-ganti pasangan biasa dalam politik. Jadi apa yang saya lakukan di mata Bu Mega masih dianggap dalam batas-batas kewajaran."
"Dan saya harap, kunjungan saya ke PSI juga dalam batas-batas kewajaran," pungkasnya.
Merasa Berkabung, Budiman Sedih jika Dipecat PDIP

Pada kesempatan yang sama seusai acara, Budiman juga merasa berkabung dan bersedih jika dipecat dari partai berlambang banteng tersebut.
Memang, PDIP sudah memberikan dua opsi kepada Budiman yaitu mengundurkan diri atau dipecat sebagai kader.
Alhasil, Budiman mengaku bakal tidak akan menjadi anggota partai manapun jika memang dirinya dipecat dari PDIP.
"Saya mungkin akan mempertimbangkan jomlo dulu. Ya ibaratnya orang baru kehilangan pasangan hidup, harus melewati masa berkabung yang lama. Pasti kan berkabung dong," ujar Budiman dikutip dari Kompas.com.
Budiman pun mengenang, dirinya sudah ikut kampanye bersama PDI-P sejak masih kelas 6 SD.
Maka dari itu, dirinya pasti berkabung jika dipecat PDI-P.
"Gimana enggak berkabung? Saya ini sudah kampanye PDI sejak 6 SD. Kelas 6 SD ikut kampanye PDI soalnya, belum PDI Perjuangan, masih ikon segi lima. Keluarga saya juga keluarga PNI dari dulu," tuturnya.
Baca juga: Budiman Sudjatmiko Bantah Merapat ke PSI Saat Hadiri Kopdarnas di Senayan
Dia mengatakan, ketika dipecat dari PDI-P, Budiman akan tetap berpolitik.
Hanya saja, Budiman memastikan akan menjomlo dulu hingga beberapa waktu tanpa bergabung dengan partai politik mana pun.
"Nanti setelah itu kita lihat, apakah barangkali setelah beberapa tahun kesalahan saya diampuni, saya bisa daftar lagi (ke PDI-P). Kalau enggak diterima, ya bisa jadi bisa masuk PSI mungkin salah satunya," jelas Budiman.
Sementara itu, Budiman menyebut Gerindra merupakan salah satu opsi partai yang menjadi tempat berlabuhnya selanjutnya.
Namun, lagi-lagi Budiman mengingatkan bahwa dirinya akan menjomblo dalam waktu yang lama.
"Ya itu (Gerindra) juga menjadi salah satu opsi. Tapi pastinya itu setelah melewati masa jomlo yang cukup lama," imbuhnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Kompas.com/Adhyasta Dirgantara)
Artikel lain terkait Pilpres 2024
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.