Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Terima Makin Banyak Aduan dari Masyarakat, DKPP: KPU & Bawaslu Harus Bekerja Cermat

Ketua DKPP RI Heddy Lugito menyebut segala keterbatasan dan kekurangan yang dihadapi oleh KPU maupun Bawaslu tidak dapat jadi alasan.

Penulis: Mario Christian Sumampow
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Terima Makin Banyak Aduan dari Masyarakat, DKPP: KPU & Bawaslu Harus Bekerja Cermat
Tribun Jogja/Suluh Pamungkas.
Ilustrasi Pemilu. DKPP mengingatkan seluruh jajaran Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI di seluruh agar bekerja cermat dan pandai. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Mario Christian Sumampow

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) RI mengingatkan seluruh jajaran Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI di seluruh agar bekerja cermat dan pandai.

Ketua DKPP RI Heddy Lugito menyebut segala keterbatasan dan kekurangan yang dihadapi oleh KPU maupun Bawaslu tidak dapat jadi alasan untuk menjadi pembenaran jika terdapat kinerja yang kurang optimal.

"Yang penting (KPU dan Bawaslu) bekerja dengan cermat dan smart," Kata Heddy dalam keterangannya, Rabu (23/8/2023).

Menurutnya, seluruh penyelenggara pemilu harus menyadari masyarakat pada era digital ini lebih melek dan mudah mendapatkan informasi, termasuk informasi tentang perilaku serta kinerja penyelenggara Pemilu.

Kondisi demikian disebut Heddy akan berimbas pada tuntutan terhadap tingginya standar profesionalitas, kredibilitas, serta kecermatan dari penyelenggara pemilu dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing.

"Pengaduan yang diterima DKPP semakin tinggi bukan semata-mata atas keteledoran, tapi bisa jadi karena kesadaran masyarakat era media sosial yang semakin tinggi terhadap apa yang dilakukan KPU dan Bawaslu. Itu harus diperhatikan," terang Heddy.

Berita Rekomendasi

Ia menambahkan, seluruh jajaran KPU dan Bawaslu juga harus memahami legitimasi pemilu tidak hanya di saat pencoblosan atau hari pemungutan suara saja, akan tetapi dimulai sejak tahapan Pemilu dimulai pada Juni 2022 lalu.

Ia menilai, ketika masyarakat memandang proses tahapan pemilu sudah berjalan dengan baik, maka hal ini dapat berpotensi berbanding lurus dengan legitimasi hasil Pemilu 2024.

Sebaliknya, jika masalah sudah muncul sejak proses tahapan, Heddy khawatir muncul pandangan miring terhadap kredibilitas penyelenggaraan pemilu.

"Masyarakat itu sekarang mendiskusikan di forum-forum medsos (media sosial), di grup-grup WA (WhatsApp) hingga akhirnya kadang-kadang belum apa-apa sudah dilakukan penghakiman sebelum diadukan ke DKPP," katanya.

Heddy menambahkan, ada beberapa perkara yang diperiksa DKPP yang sejatinya adalah masalah kecil yang menjadi besar karena ramainya percakapan di media sosial.

Heddy mengambil contoh ihwal penetapan orang-orang yang memiliki rekam jejak buruk dalam dunia kepemiluan sebagai jajaran badan ad hoc. Padahal, kata Heddy, hal ini murni terjadi karena ketidakcermatan dalam verifikasi data dan informasi tetapi isunya menjadi besar dan ramai diperbincangkan di daerah tersebut sehingga diadukan dan diperiksa DKPP.

"Tidak bisa kalau (kerja) biasa-biasa aja. Standar etik harus ditingkatkan, standar kerja harus benar-benar makin tinggi," tuturnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas