Ditanya Mahfud Tak Berani Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen, Cak Imin: Ingin Realistis
Cak Imin menganggap target pertumbuhan ekonomi yang direncanakannya sudah realistis yaitu di angka 5,5-6 persen.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Cawapres nomor urut 3, Mahfud MD bertanya ke cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin terkait tidak beraninya untuk menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 7 persen ketika terpilih di Pilpres 2024.
Hal ini disampaikan Mahfud saat debat cawapres yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Jumat (22/12/2023).
"Kenapa tingkat pertumbuhan yang ditargetkan 5,5-6,5, kok tidak berani 7, seharusnya berani sampai 7 (persen)," ujarnya.
Menanggapi pertanyaan Mahfud, Cak Imin mengatakan bahwa perencanaan terkait pertumbuhan ekonomi bisa ditargetkan di kisaran berapapun.
Namun, ia menegaskan bahwa visi-misi yang dirancangnya terkait pertumbuhan ekonomi adalah agar terwujudnya pertumbuhan yang berkualitas dan inklusif.
"Di mana setiap pertumbuhan itu memiliki dampak langsung dalam penyerapan tenaga kerja, di dalam peningkatan pendapatan masyarakat, di dalam suatu percepatan pemerataan pembangunan," ujarnya.
Baca juga: Debat Cawapres, Politikus PDIP Duga Gibran Colong Narasi Ganjar-Mahfud
Cak Imin mengatakan target pertumbuhan ekonomi yang direncanakannya yaitu 5,5-6 persen itu sudah realistis.
Sehingga, jika target dipatok 7 persen seperti kata Mahfud, maka Cak Imin khawatir akan berujung utang.
"Target 5,5-6 persen itu dengan kalkulasi agar kalau kita tidak terlampau realistis, kita khawatir ujung-ujungnya utang luar negeri lagi."
"Utang luar negeri yang terlampau banyak ini mengakibatkan beban bukan hanya pemerintahan hari ini, tetapi juga anak keturunan kita akan mengalami beban utang yang panjang," bebernya.
Berkaca pada hari ini, Cak Imin menyebut bahwa APBN yang disebutnya mencapai Rp 3.000 triliun untuk bayar utang luar negeri mencapai persentase 20 persen dari APBN.
Sehingga, sambungnya, target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang direncanakannya tersebut yaitu di angka 5,5-6 persen masih dianggapnya realistis dan tidak membebani biaya pembangunan Indonesia.
"Di sisi lain, kita pasti tahu, salah satu syarat pertumbuhan adalah investasi yang masuk tidak menjadi beban baru bagi pembangunan nasional kita," tuturnya.
"Apa beban baru itu? yaitu tingginya tanggungan bunga-bunga, terutama yang G2G, menjadi beban berat bagi APBN kita dan di masa-masa yang akan datang," pungkasnya.
Baca juga: Debat Cawapres: Cak Imin Akan Libatkan Swasta Bangun 40 Kota Baru Serupa Jakarta
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia