Ketua Persepi Beri Catatan Kritis Terhadap Indikator Politik Indonesia Terkait Survei Debat Cawapres
Philips menyoroti perihal cara dua cara yang digunakan dalam survei untuk mendapatkan responden yakni RDD dan DS.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Muhammad Zulfikar
Ia pun mempertanyakan perihal ada atau tidaknya pertanyaan tentang kemantapan pilihan.
Pertanyaan tersebut, kata Philips, misalnya setelah debat ini, apakah anda sudah mantap dengan pilihan anda? Atau anda akan berubah dan lain-lain?
Biasanya, kata dia, dalam pertanyaan terkait debat pertanyaan-pertanyaan tersebut akan muncul.
Sehingga, kata dia, bisa didapati ada atau tidak ada efek elektoral dari debat tersebut.
"Kalau misalnya tadi ditanyakan di depan, siapa yang anda akan pilih, lalu jawabannya 46% Pak Prabowo, Pak Ganjar 24%, Pak Anies 21% itu belum ada pertanyaan tentang debat," kata dia.
"Kemudian baru di belakang ditanya bagaimana penilaian dia tentang debat. Jadi kita sebetulnya tidak bisa lihat efeknya itu Prof Burhan, kalau menurut saya, kecuali kalau ditanya terbalik urutannya. Baru mungkin kita bisa bilang," sambung dia.
Berbeda dengan kesimpulan survei tersebut, Philips berpendapat debat publik para capres atau cawapres adalah hal yang penting.
Tidak hanya bagi para paslon yang akan bertanding, kata dia, namun juga bagi publik.
Satu di antaranya, kata dia, karena besarnya jumlah masyarakat yang menonton debat berdasarkan hasil survei tersebut.
"Karena itu saya setuju, debat ini akan tetap penting juga. Karena kalau lihat datanya Prof Burhan tadi, hampir 50% nonton debat. Bahwa yang lebih banyak nonton debat pemilihnya Pak Anies dan Pak Ganjar dibandingkan pemilih Pak Prabowo, itu lain soal," kata dia.
"Tapi kalau hampir 50% nonton, mungkin itu cukup sangat signifikan ya, karena tinggi juga ya hampir 50% pemilih nonton debat. Karena itu, saya kira dia akan tetap penting juga karena dari situ orang bisa melihat, dan mungkin kita harus dorong juga," sambung dia.