Bandingkan Gaya Gibran dan Jokowi saat Debat Pilpres, Kecerdasan Emosional sang Ayah Lebih Baik?
Banyak kalangan mengkritik gaya debat Cawapres Gibran Rakabuming Raka kemarin. Ada yang membandingkannya dengan Jokowi.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penampilan Cawapres 02, Gibran Rakabuming Raka, pada debat Minggu (21/1/2024) malam menuai sorotan, baik yang pro maupun kontra.
Sebagian menilai tingkah Gibran pada Minggu malam berlebihan.
Terutama, dengan gimmick yang dilakukan Gibran kala mendebat para pesaingnya, Mahfud MD dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin).
Ada juga yang membandingkan gaya Gibran saat debat dengan penampilan Jokowi di 2014 dan 2019.
Jokowi, misalnya, oleh sebagian pihak dinilai tetap mengedepankan sopan santun ketika berdebat dengan Prabowo.
Hal itu, yang mereka nilai, tidak terlihat pada penampilan Gibran kemarin malam.
Sedangkan yang pro-Gibran menilai, apa yang Gibran lakukan di debat kemarin merupakan "fotokopi" apa yang dilakukan Ganjar dan Anies kepada Prabowo di debat sebelumnya.
Sehingga, bagi para pendukung Gibran, hal tersebut wajar-wajar saja dan tidak perlu disikapi secara berlebihan.
Sementara, mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Andrinof Chaniago mengkritik gaya debat Cawapres Gibran Rakabuming Raka kemarin.
Ia membandingkan Gibran dengan sang ayah, Jokowi, yang menurut Adrinof memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial yang tergolong tinggi. Sementara anaknya tidak.
"Gibran ini kecerdasan emosional dan sosialnya jelas rendah, sementara kecerdasan intelegensianya juga biasa saja. Gibran bukan Jokowi 2010, bukan Jokowi 2012, dan bukan Jokowi 2014," kata Andrinof dalam unggahannya di media sosial Facebook.
Andrinof menilai seharusnya tiap capres-capres, termasuk Gibran, memperlihatkan juga kematangan sikap.
"Untuk materi pernyataan maupun tanggapan harusnya yang keluar adalah pandangan-pandangan strategis dan visioner. Bukan menyiapkan trik menjebak lawan dengan isu-isu teknis dan teks-teks yang tidak mendasar," ujarnya.
Sedangkan Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Ahmad Fauzi alias Ray Rangkuti mengatakan acara debat cawapres itu seakan menjadi ajang balas dendam Gibran.
Lantaran, putra Presiden Jokowi ini kerap diserang capres Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo lewat kata-kata etik.
Diketahui, Gibran Rakabuming lolos jadi cawapres Prabowo Subianto lewat putusan Mahkamah Konstitusi yang dipimpin Anwar Usman, pamannya.
Belakangan, Anwar Usman dinyatakan melakukan pelanggaran kode etik karena putusan tersebut.
“Seperti diduga sebelumnya, Gibran akan mempergunakan debat kedua Cawapres atau ke-4 (debat Capres-Cawapres) sebagai ajang balas dendam,” ujarnya, Senin (22/1/2024).
Sementara Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, mengatakan, ada benarnya calon presiden dan wakil presiden harus memiliki usia minimal 40 tahun.
"Saya yakin bahwa keputusan tersebut bukanlah sesuatu yang spontan dan tidak punya alasan yang kuat, melainkan hasil dari refleksi yang panjang dan matang," katanya.
"Debat pamungkas cawapres tadi malam semakin menguatkan argumentasi bahwa kematangan dan kedewasaan itu penting. Sikap kekanak-kanakan, tidak bijaksana, suka merendahkan dan mempermalukan orang lain," katanya.
TKN Bantah Gibran Tak Sopan
Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran membantah calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka tidak sopan soal gimik celingak-celinguk saat berdebat dengan cawapres nomor urut 3, Mahfud MD.
Momen Gibran celingak-celinguk itu terjadi saat debat cawapres yang digelar KPU di JCC, Senayan, Jakarta, Senin (22/1/2024).
Saat itu, Gibran sedang saling bertanya jawab soal mengatasi greenflation atau inflasi hijau.
Sekretaris TKN Prabowo-Gibran, Nusron Wahid mengatakan, gimik yang dilakukan Gibran hanya sekadar intermezo gaya komunikasi.
Khususnya, kata dia, Gibran ingin menjadikan debat sebagai sarana entertainment agar anak muda tidak apolitis.
"Saya menganggap gimik-gimik itu adalah bagian dark intermezo gaya komunikasi mas Gibran sebagai orang Jawa yang mencoba melakukan intermezo menjadikan debat semalam sebagai sarana entertainment supaya pemirsa terutama anak muda tidak apolitis," ucap Nusron dalam konferensi pers di Media Center Prabowo-Gibran, Jakarta, Senin (22/1/2024).
Gibran, kata Nusron, ingin membuat debat capres dan cawapres bukan menjadi sesuatu yang kaku dan monoton.
Sehingga, nantinya tetap bisa atraktif dan nyambung tanpa harus menyerang pribadi.
"Kalau ada yang mengatakan mas Gibran etikanya nggak sopan, saya rasa tidak. Itu hanya masalah, saya orang Jawa kebetulan menang gaya komunikasi orang Jawa nggak mungkin ngomong tapi dengan gesture dengan gaya," katanya.
Di sisi lain, Nusron pun mengukit tindakan Gibran saat akhir debat cawapres semalam. Saat itu, ia mencium tangan satu per satu Mahfud maupun Cak Imin seusai debat.
"Kalau Mas Gibran tidak punya adab buktinya begitu acara debat selesai begitu sengit, salaman dan cium tangan baik kepada Pak Mahfud maupun cium tangan kepada Mas Muhaimin," katanya.