Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jusuf Kalla Sebut Pemilu 2024 Terburuk dalam Sejarah

JK menjelaskan, apabila demokrasi semacam ini terus dilanjutkan, maka Indonesia akan kembali pada zaman otoriter.

Penulis: Fersianus Waku
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Jusuf Kalla Sebut Pemilu 2024 Terburuk dalam Sejarah
Tribunnews.com/Fersianus Waku
Wakil Presiden ke-10 dan 12 RI, Jusuf Kalla alias JK. JK mengatakan, pemilihan umum (Pemilu) 2024 terburuk dalam sejarah Indonesia. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fersianus Waku

TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Wakil Presiden ke-10 dan 12 RI, Jusuf Kalla alias JK mengatakan, pemilihan umum (Pemilu) 2024 terburuk dalam sejarah Indonesia.

JK menyebut, dalam sejarahnya, demokrasi di Indonesia bermacam-macam dimulai dari demokrasi terpimpin pada zaman Presiden Soekarno (Bung Karno).

Baca juga: JK Minta Publik Tak Ragukan Realisasi Hak Angket DPR: Belum Apa-apa Sudah Ragu

Selanjutnya, kata dia, pada era Presiden Soeharto menganut sistem demokrasi Pancasila.

"Yang pada intinya sekarang ini demokrasi lebih terbuka, walaupun kemudian nanti kita lihat masalah-masalah yang kita hadapi," kata JK saat menghadiri sebuah diskusi di Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat, Kamis (7/3/2024).

Baca juga: Soal Isu Jokowi Gabung Golkar, JK Singgung Aturan jadi Ketum, Idrus Marham: Semua Ada Tahapan

JK mengungkapkan, saat ini Indonesia baru saja telah menggelar pelaksanaan Pemilu 2024 yang dinilai perlu dikoreksi dan dievaluasi.

"Bagi saya, saya pernah mengatakan ini adalah Pemilu yang terburuk dalam sejarah Pemilu Indonesia sejak 1955," ujarnya.

Berita Rekomendasi

Sebab, menurutnya, Pemilu diatur oleh pemerintah dengan kekuasaannya dan orang yang memiliki uang. 

"Artinya adalah demokrasi Pemilu yang kemudian diatur oleh minoritas, artinya orang yang mampu, orang pemerintahan, orang-orang yang punya uang," ucap JK.

JK menjelaskan, apabila demokrasi semacam ini terus dilanjutkan, maka Indonesia akan kembali pada zaman otoriter.

"Masalahnya apabila sistem ini menjadi suatu kebiasaan, maka kita akan kembali ke zaman otoriter, itu saja masalahnya sebenarnya," imbuhnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas