Pengusutan Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Anwar Usman Tunggu Arahan MKMK
MKMK telah menerima gugatan baru terkait laporan dugaan pelanggaran etik Hakim Anwar Usman, MKMK tunggu arahan dari pimpinan untuk tindaklanjuti.
Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) telah menerima gugatan baru terkait laporan dugaan pelanggaran etik Hakim Anwar Usman.
Pelaporan yang diajukan oleh advokat Zico Leonard Djagardo Simanjuntak ini diterima MKMK, pada Senin (13/5/2024).
Ketua Sekretariat MKMK, Fajar Laksono, membenarkan terkait adanya laporan tersebut dan sudah diterima pihaknya.
Fajar menyampaikan, laporan tersebut dikirim Zico melalui pesan elektronik, pada Minggu, 12 Mei 2024 malam.
"Betul. Dikirim by email per tadi malam, kami buka dan terima per hari ini," ucap Fajar, saat dihubungi Tribunnews, pada Senin pagi.
Seperti diketahui, Mahkamah Konstitusi (MK) saat ini tengah disibukkan dengan persidangan perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) Legislatif.
MK menerima sebanyak 297 gugatan PHPU Legislatif. Sidang sengketa pemilihan legislatif (pileg) itu dijadwalkan rampung semua, pada 10 Juni 2024 mendatang.
Adapun Hakim Konstitusi Anwar Usman, bertugas sebagai hakim anggota pada panel III majelis hakim yang menangani sengketa pileg.
Baca juga: Anwar Usman Kembali Dilaporkan Dugaan Pelanggaran Etik, Pelapor Usulkan Pemecatan Tidak Hormat
Terkait penanganan laporan dugaan pelanggaran etik terhadap hakim yang bersangkutan, Juru Bicara MK Fajar Laksono mengatakan, masih menunggu arahan dari jajaran MKMK.
"Baru mau kami laporkan ke MKMK, kita tunggu arahan lebih lanjut," kata Fajar.
Dalam laporannya, Zico menyampaikan, saat ini sedang berjalan gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta yang diajukan oleh Anwar Usman terkait pemberhentiannya sebagai Ketua MK.
Adapun pada tanggal 8 Mei 2024, agenda persidangan di PTUN adalah pemeriksaan saksi dan ahli dari penggugat, Anwar Usman, dimana salah satu ahli yang diajukan oleh adik ipar Presiden Joko Widodo alias Jokowi itu adalah Muhammad Rullyandi.
"Padahal, Muhammad Rullyandi sedang menjadi salah satu pihak berperkara di Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Hasil Pemilihan Umum Legislatif dengan posisi sebagai Kuasa dari Termohon (KPU)," ungkap Zico.
Zico kemudian menuturkan, setidaknya ia menemukan dua perkara perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) yang menempatkan Muhammad Rullyandi sebagai kuasa hukum. Dimana dalam salah satu perkara Anwar Usman menjadi hakim panel dari perkara tersebut.
Mengajukan gugatan dan menghadirkan ahli adalah kebebasan setiap warga negara. Namun, kata Zico, dalam kapasitasnya sebagai seorang Hakim Konstitusi, Anwar Usman seharusnya bisa menerima pembatasan-pembatasan pribadi dengan rela hati serta bertingkahlaku sejalan dengan martabat Mahkamah, sebagaimana diatur dalam Sapta Karsa Hutama pada bagian prinsip Kepantasan dan Kesopanan.
Bahkan, ia menyampaikan, hakim di pengadilan negeri saja, secara tegas dilarang untuk berhubungan dengan pihak-pihak dalam perkara yang sedang ditanganinya, apalagi terhadap hakim konstitusi yang adalah seorang negarawan.
"Apakah pantas seorang Hakim meminta jasa sebagai ahli dari seorang pengacara yang sedang memiliki perkara yang diadili oleh hakim tersebut?" tanya Zico.
Lebih lanjut, Zico selaku pelapor meminta MKMK menjatuhkan sanksi pemberhentian dengan tidak hormat kepada Hakim Konstitusi Anwar Usman.
"Apabila terbukti laporan ini benar adanya, pelapor memohon untuk menjatuhkan sanksi pemberhentian dengan tidak hormat kepada Anwar Usman," tegas advokat itu.
Sementara itu, Ketua Sekretariat MKMK Fajar Laksono membenarkan terkait adanya pelaporan itu, yang saat ini telah diterima pihaknya.
"Betul. Dikirim by email per tadi malam, kita buka dan terima per hari ini," kata Fajar, saat dihubungi Tribunnews, pada Senin pagi.
Sebagai informasi, Hakim Anwar Usman sebelumnya telah dua kali dilaporkan ke MKMK. Pertama pada Selasa (7/11/2023), ia dijatuhkan hukuman pencopotan jabatannya dari ketua MK imbas terbukti melakukan pelanggaran berat etik dikarenakan ikut memutus perkara 90/PUU-XXI/2023 tentang syarat minimal usia capres-cawapres.
Putusan tersebut dinilai mengandung konflik kepentingan karena gugatannya diajukan oleh seorang mahasiswa, Almas Tsaqibbiru, yang dalam laporannya menyatakan sebagai penggemar dari Gibran Rakabumingraka yang merupakan keponakan Anwar Usman.
Kedua pada Kamis (28/3/2024), Anwar Usman juga dinyatakan melanggar etik usai menyampaikan sikap tidak terima dicopot sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi lewat konferensi pers, pada 8 November 2023 lalu. Adapun sanksi yang dijatuhkan MKMK terhadapnya berupa teguran tertulis.