RIDO dan Tantangan Jakarta, Menjawab Kritik atas Program Inovatif
Program dirancang dengan mempertimbangkan kondisi spesifik Jakarta dan menjawab kebutuhan mendasar masyarakatnya.
Editor: Content Writer
Salah satu hal yang membedakan program Magrib Mengaji yang dilanjutkan oleh Ridwan Kamil dan Suswono adalah adanya penyesuaian untuk mendukung keberagaman agama di Jakarta. Mulya Amri menjelaskan bahwa Ridwan Kamil akan memastikan program serupa juga disediakan untuk agama-agama lain.
"Program ini bertujuan untuk penguatan nilai-nilai keimanan dan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya untuk Islam, tapi juga untuk agama-agama lain, kegiatan yang setara dengan Maghrib Magaji akan disediakan. Ini adalah bentuk dukungan terhadap kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh berbagai agama di Jakarta," ungkap Mulya.
Hal ini sejalan dengan komitmen Ridwan Kamil dan Suswono untuk menciptakan Jakarta yang lebih inklusif dan toleran, dengan memberi ruang bagi setiap agama untuk berkembang dan meningkatkan kehidupan spiritual warganya. Melalui pendekatan ini, mereka berharap dapat mempererat hubungan antarumat beragama serta menciptakan suasana harmoni di kota metropolitan ini.
Riverway di Jakarta, Peluang Besar untuk Wajah Transportasi Baru
Program Riverway yang dilontarkan oleh Ridwan Kamil, calon gubernur DKI Jakarta, sempat menuai kritik dari sejumlah pihak yang menyebutnya sebagai ide yang tidak memahami konteks Jakarta dan kondisi lingkungan setempat. Namun, menurut Mulya, kritik tersebut justru mencerminkan ketidaktahuan terhadap potensi besar yang dimiliki oleh Jakarta, khususnya terkait dengan kondisi sungai dan kanal di ibu kota.
Mulya menegaskan bahwa gagasan Riverway adalah langkah maju untuk memanfaatkan infrastruktur yang sudah ada, bukan sebuah ide yang datang tanpa dasar. “Jika kita melihat dari segi kesiapan kanal-kanal di Jakarta, program Riverway justru bisa menjadi solusi yang tepat. Kanal Banjir Timur yang panjangnya sekitar 23 km, Kanal Banjir Barat sepanjang 36 km, serta Sungai Ciliwung yang sudah memiliki kedalaman yang cukup, semuanya memiliki potensi besar untuk dikembangkan,” ujar Mulya.
Dari segi infrastruktur, Mulya menjelaskan bahwa Jakarta sudah memiliki kanal-kanal yang memadai untuk mendukung program Riverway. Kanal-kanal ini sudah memiliki kedalaman yang cukup, serta turap beton di pinggirnya yang memungkinkan untuk dieksplorasi lebih lanjut.
Salah satunya adalah Sungai Ciliwung yang membentang dari Stasiun Manggarai ke utara, melewati area sekitar Monas, Masjid Istiqlal, dan Gereja Katedral. Bahkan, kanal ini juga menyusuri jalan-jalan besar seperti Jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk, yang semuanya sudah memiliki kesiapan tinggi untuk dikembangkan.
“Pernyataan yang mengatakan bahwa Riverway tidak mungkin dilakukan di Jakarta adalah sebuah pernyataan yang terlalu dini dan gegabah. Sebaliknya, Jakarta sudah memiliki sungai dan kanal dengan potensi yang besar. Program ini bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki kondisi lingkungan sekaligus memberikan manfaat besar bagi masyarakat Jakarta,” jelas Mulya.
Gagasan Brilian Pariwisata Baru, “Disneyland” di Kepulauan Seribu
Gagasan untuk menghadirkan proyek besar seperti “Disneyland” di Kepulauan Seribu bukanlah sebuah janji politik, tapi sebuah lontaran gagasan kreatif dari Ridwan Kamil. Gagasan ini juga seringkali menjadi ‘sasaran tembak’ yang dinilai tidak visible dan terlalu mengada-ada.
Mulya Amri, juru bicara pasangan Ridwan Kamil-Suswono, menjelaskan bahwa ide tersebut adalah bagian dari upaya untuk memikirkan solusi atas potensi besar yang dimiliki Jakarta dan sekitarnya. Menurutnya, setiap ide kreatif harus dipahami sebagai bagian dari proses penelitian dan perencanaan, bukan sekadar janji yang harus dipenuhi.
“Disneyland di Kepulauan Seribu itu bukan rencana yang harus segera diwujudkan, tapi sebuah gagasan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang bisa dilakukan. Ridwan Kamil selalu berusaha mencari solusi kreatif untuk masalah yang ada di Jakarta, dan gagasan ini perlu studi lebih lanjut,” jelas Mulya.
Mulya menegaskan bahwa gagasan ini muncul sebagai bagian dari visi Ridwan Kamil untuk melihat Jakarta dengan sudut pandang yang jauh ke depan. “Ide ini adalah sebuah upaya penelitian yang harus dipelajari lebih lanjut. Kita harus menghitung kemungkinan dan studi kelayakan sebelum kita bisa merealisasikannya,” ujar Mulya.