Warga Boedingi Konawe Utara Berhenti Melaut, Menganggur atau Jadi Buruh Pasir Ore Nikel
Nelayan Desa Boedingi di Konawe Utara berhenti melaut. Ikan menghilang, pesisir dipenuhi sedimen ore nikel, terumbu karang tertutup lumpur tebal.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Warga benar-benar kehilangan mata pencaharian akibat musnahnya ekosistem laut yang ada di perairan Teluk Lasolo, utamanya dekat dengan Desa Boedingi.
Hal ini diduga karena sedimentasi ore nikel yang jatuh ke laut, menyebabkan ikan kehilangan rumahnya dan pergi jauh dari Boedingi.
Seorang ibu yang enggan disebutkan namanya menuturkan keseharian di Desa Boedingi pada dasarnya sama seperti kehidupan manusia lainnya.
Hanya saja sebagai masyarakat Suku Bajo yang hidup bergantung pada laut, kondisi saat ini cukup bertolak belakang seperti awal dirinya menempati Desa Boedingi.
Bahkan untuk mengambil sendok besi yang jatuh ke laut dari sela-sela lantai rumah, rasanya saja sudah malas.
"Huh, sudah lumpur semua diinjak," tuturnya dengan dahi mengkerut.
Seorang perempuan di Desa Boedingi berjalan dengan memegang wadah merah muda yang berisikan ikan cekalang yang dibelinya dari nelayan kampung sebelah.
Ia tak mengenakan alas kaki. Berjalan menuju rumah tetangga.
Sosok wanita itu, memiliki suami yang bekerja di salah satu perusahaan tambang di Desa Boedingi.
Meski mendapatkan upah cukup menurutnya, namun tak menghapus kenangan indahnya Desa Boedingi yang dulu rimbun dengan pepohonan.
Ibu dua anak itu juga kesusahan saat harus membereskan rumah. Pasalnya, jika pada musim kemarau aktivitas pertambangan sedang padat-padatnya.
Debu-debu yang berasal dari sedimentasi nikel akan beterbangan masuk ke dalam rumahnya.
Menyelip di sela-sela pintu, jendela, hingga ventilasi udara. Lalu, sedimentasi itu akan menempel pada sederet perabot rumah, bahkan piring makan.
Kondisi ini setiap hari dihadapinya, terkecuali pada saat musim hujan, karena teras rumahnya akan dipenuhi jejak tanah merah.