Suku Punan Batu, Suku Terakhir Kalimantan yang Masih Berburu dan Meramu
Suku Punan Batu tinggal di Kawasan Hulu Sungai Sajau, Desa Sajau Metun, Tanjung Palas Timur, Bulungan Kalimantan Utara (Kaltara).
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, BULUNGAN – Suku Punan Batu dikenal sebagai satu di antara suku-suku di Kalimantan yang mempertahankan tradisi kuno dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Suku Punan Batu tinggal di Kawasan Hulu Sungai Sajau, Desa Sajau Metun, Tanjung Palas Timur, Bulungan Kalimantan Utara (Kaltara).
Mereka umumnya hidup dari berburu dan meramu. Selama ini orang-orang Suku Punan Batu hidup berpindah di area hutan Gunung Batu Benau, Desa Sajau Metun, Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan, Kaltara.
Mereka merupakan suku asli terakhir di Kalimantan yang masih mempertahankan kehidupan dengan cara berburu dan meramu.
Hutan merupakan sumber penghidupan bagi sekitar 103 orang warga Suku Punan Batu.
Meski sangat mengandalkan hutan, kondisi hutan hari ini sudah sangat berbeda dengan dulu.
Akim Asut, salah seorang tua Suku Punan Batu mengakui, mencari binatang di hutan saat ini tidak lagi semudah pada saat satu hingga dua dekade yang lalu.
Buah hingga madu hutan juga semakin sulit didapat. Keluhan Akim Asut tak terlepas dari semakin mengecilnya kawasan hutan yang dihuni Suku Punan Batu.
Aktivitas perusahaan kayu hingga ekspansi perkebunan kelapa sawit diduga menjadi salah satu penyebabnya.
Ia berharap hutan tempat Suku Punan Batu mengandalkan hidup dapat terus dijaga.
Sebab jika hutan tak tersisa maka nasib yang sama juga akan terjadi pada Suku Punan Batu.
"Kami ingin hutan kami ini aman, karena hutan ini tempat kami hidup, bisa kami cari makan, cari ubi, cari binatang," ujar Akim Asut.
Menurut Akim, mereka ingin hutan ini tetap ada karena sekarang juga sudah sulit cari binatang, sungai di sini juga mulai keruh mungkin karena perambahan hutan.
Upaya untuk mempertahankan sumber penghidupan Suku Punan Batu telah dilakukan oleh Pemkab Bulungan.