Yunika Fernandes Kembangkan Sulam dan Tenun Songket Khas Agam Sumbar
Yunika Fernandes mengembangkan kerajinan sulam dan tenun songket khas Agam dan kini memiliki pasar luas lewat media sosial.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Motif di kain tenunnya juga tidak full seperti produk tenun lainnya, hanya di beberapa titik saja.
Motif itu seperti bintang pecah enam, bunga pecah enam, gagang sirih dan ragam motif khas Minangkabau.
"Warnanya juga kami buat lebih kekinian agar bisa menjangkau anak muda," terangnya.
Selain tenun, produk yang ia produksi ada mukenah, main untuk baju kurung, selendang, tas, songket, kebaya dan ragam aksesoris lainnya.
Harga produk di STM mulai dari Rp 25 ribu hingga belasan juta rupiah.
Gelari STM dibuka Yurika karena ingin menghadirkan wisata edukasi untuk anak-anak hingga remaja.
Ia menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah supaya bisa menjadi destinasi wisata baru bagi daerah tersebut.
Bahkan galerinya sering dikunjungi siswa TK, SD, SMP hingga mahasiswa untuk melihat proses pembuatan tenun secara langsung.
"Jadi mereka kami beri pengetahuan akan tenun dan memperlihatkan langsung cara produksi. Mereka juga boleh mencobanya," jelasnya.
Kerja sama serupa juga ia terapkan pada tour travel yang sering membawa tamu ke daerah tersebut.
Selain itu, kerja sama juga ia jalin dengan koperasi kepegawaian Kota Bukittinggi dan sejumlah BUMN untuk memasok pakaian seragam mereka.
Memberdayakan Perempuan
Agar Songket Tenun Minang (STM) sampai ke konsumen, produknya di produksi oleh masyarakat dari sejumlah nagari di Kecamatan IV Angkek Agam hingga Pandai Sikek Tanah Datar.
Kurang lebih ada sebanyak 30 orang terlibat untuk memproduksi semua jenis produk STM. Produk itu terdiri dari sulaman, bordir, songket dan tenun.