TRIBUNNEWS.COM, JAKARA -Setiap Minggu pagi, Muhamad Akbar (20), selalu bermain bola bersama sejumlah tetangganya. Bungsu dari delapan bersaudara itu kerap bermain bersama tetangganya.

Namun kemarin, Minggu, (22/1/2012), laki-laki yang bekerja sebagai office boy (OB) di sebuah perusahaan di kawasan Jakarta Barat itu, pergi sama sekali tanpa pamit kepada keluarga.

Maria (29), salah seorang kakak perempuan Akbar, saat ditemui di rumah duka, di kawasan Johar Baru, Jakarta Pusat, Senin (23/01/2012), mengatakan bahwa Akbar biasa berpamitan, lalu meminta uang dari kerabatnya untuk ongkos.

"Biasanya dia minta Rp 5.000, tapi kemarin tidak," katanya.

Pada Minggu pagi, seperti biasanya sejumlah rekan-rekan Akbar akan menyambangi kediamannya, lalu mengajak Akbar pergi bermain bola di Monas. Namun kemarin saat teman-temannya menyambangi, Akbar pun telah pergi.

"Kita juga bingung, waktu teman-temannya datang dia (Akbar) kita cari sudah tidak ada, sudah pergi," tambahnya.

Minggu siang, dari sejumlah tetangganya, ia mendapatkan kabar buruk bahwa Akbar tengah kritis di RSPAD Gatot Subroto, setelah ia dan rekan-rekannya ditabrak sebuah mobil Xenia berwarna hitam, di kawasan Tugu Tani, Jakarta Pusat.

Akbar kritis akibat luka patah di tulang leher dan pendarahan otak akibat tabrakan tersebut. Menjelang Maghrib, ia pun menghembuskan nafas terakhirnya.

"Kita juga bingung kenapa dia tidak pamit," tandasnya.(*)