Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dana Besar Foke Percuma karena Pemilih Semakin Kritis

Meski dinilai paling banyak memiliki sokongan logistik seperti dana kampanye yang besar, duet Fauzi-Nachrowi gagal mengungguli

zoom-in Dana Besar Foke Percuma karena Pemilih Semakin Kritis
KOMPAS/ LASTI KURNIA
Dari kanan ke kiri; Joko Widodo dan Fauzi Bowo, Basuki Tjahaja Purnama dan Nachrowi Ramli usai mengikuti acara sarapan pagi bersama Kapolda Metro Jaya Ispektur Jenderal Untung Suharsono Rajab dan jajaran Muspida DKI di Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (10/9). Pada acara tersebut, Kapolda mengajak pasangan calon gubernur untuk menciptakan suasana damai dalam pemilihan gubernur mendatang. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meski dinilai paling banyak memiliki sokongan logistik seperti dana kampanye yang besar, duet Fauzi-Nachrowi gagal mengungguli Jokowi-Basuki di penghitungan cepat(quick count). Penyebabnya, semakin rasionalnya pemilih khususnya warga Jakarta.

"Dana besar tidak menjamin mulusnya dukungan warga, karena semakin rasionalnya pemilih maka semakin kritis juga mereka dalam memilih," ujar Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah, Gun-Gun Heryanto kepada Tribunnews.com, Kamis(20/9/2012).

Menurut Gun-Gun, ada beberapa penyebab Jokowi bisa meraih kemenangan sementara atas Fauzi-Nachrowi di penghitungan cepat(quick count). Pertama, adanya stigma kegagalan periode pertama yang sudah lama melekat pada Foke. Hal ini memalingkan pilihan warga pada sosok penantang yang dianggap mampu memberi harapan.

"Terlalu pendek waktu bagi Foke untuk mengimplementasikan program-program di fase akhir jabatanya, sehingga terkesan kerja dia sebatas pencitraan belaka," katanya.

Kemudian, lanjut Gun-Gun adanya kesenjangan hubungan komunikasi poliitk antara Foke dengan warga dan media massa. Foke cenderung kurang terbuka dengan media saat dia menjadi gubernur.
Foke kata Gun-Gun juga kurang membangun semangat komunitarian dengan warga. Akibatnya, kerap terbangun pola hubungan antagonistik antara Foke dengan media dan 'sense of belonging' warga terhadap Foke juga memudar.

Lebih jauh Gun-Gun menambahkan, kemenangan Foke di tahun 2007 adalah karena konsep penguasaan gerbong-gerbong partai ditambah minimnya figur alternatif yang memiliki karakter transformatif.

"Nah, di Pilkada DKI kali ini penantang sudah lama memiliki karakter low profile, asketis dan dekat dengan warga sehingga dengan sendirinya ini menjadi antitesa atas Foke. Jokowi telah sukses memosisikan brand-nya sebagai 'media icon' dan mentransformasikan kekuatannya dengan tetap mengusung kesederhanaan. Identifikasi politik warga, jauh lebih berhasil masuk ke Jokowi daripada Foke yang lama berada dalam stigma elitis-birokratis," katanya.

Berita Rekomendasi

Berita Terkait: Pemilihan Gubernur DKI

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas