Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tolong Bayiku Jangan Digencet-gencet!

Seorang ibu berjuang keras membawa bayinya di tengah penumpang kereta yang berjejalan. "Tolong jangan gencet bayiku!"

Penulis: Agung Budi Santoso
zoom-in Tolong Bayiku Jangan Digencet-gencet!
Tribunnews.com/ Agung Budi Santoso
Penumpang berjejalan di Kereta Commuter Line jurusan Serpong - Tanah Abang, Jakarta. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
Hujan deras yang mengguyur Jakarta dan sekitarnya sepanjang Rabu pagi (9/1/2012) memaksa Lisa, seorang ibu rumahtangga, memarkir mobilnya di Stasiun Sudimara, Tangerang Selatan.

Karena takut terjebak macet dan banjir di jalanan, ia membatalkan mengendarai mobil pribadi ketika membawa si buah hati yang masih berumur setahun itu ke sebuah rumah sakit di Jakarta. Pilihannya, naik kereta dari Stasiun Sudimara dan turun di Stasiun Palmerah, lalu nyambung naik taksi atau bajaj.

Tapi tak lama setelah memarkir mobil, ia melihat Stasiun Sudimara dijejali ribuan penumpang. Rupanya hampir semua yang bermobil punya pikiran yang sama dengan Lisa, yakni membatalkan naik mobil ketika hujan deras dan berisiko menghadapi macet dan banjir di jalanan.

Karuan saja kereta yang saban hari berjejal-jejal tiap jam kerja pagi hari itu semakin berhimpit- himpitan di kala hujan mengguyur.

"Sabar ya, Nak, kita naik kereta. Nggak senyaman naik mobil, tapi nggak macet," bisik Lisa kepada si buah hati yang matanya masih tertutup rapat karena pulas tidur dibuai dinginnya pagi.

Tapi kenyamanan tidur si bayi tak bertahan lama. Begitu masuk Kereta Commuter Line jurusan Serpong - Tanah Abang yang berangkat dari Stasiun Sudimara pukul 07.39 WIB, si buah hati langsung terbangun.

Itu karena ia merasakan sang ibu berjuang habis-habisan menembus gerbong yang dijejali tubuh- tubuh lelaki berpostur besar, kalangan pekerja kantoran. "Oeeek, ooeeeekkk, oeekkk," tangis bayi pun pecah, karena merasa tak nyaman dan ketakutan dikitari penumpang berjejalan.

Berita Rekomendasi

"Ada bayi! Tolong yang punya tempat duduk, agar merelakan buat ibu ini," teriak seorang penumpang berkumis. Seorang penumpang yang duduk di pojok berdiri, merelakan kursinya. "Terima kasih banyak ya, Pak," kata Lisa, sembari duduk, menenangkan si bayi.

Meski sudah mendapat tempat duduk, si jabang bayi tempat menangis histeris. Ia tetap merasa tak nyaman melihat keramaian di dalam gerbong. "Ooeek, oeek, oeeekkk," tangis bayi menyita perhatian semua penumpang.

Kereta Commuter Line pun terus melaju menembus derasnya hujan. Memang kereta satu-satunya moda transportasi massal yang antimacet. Tapi buat si bayi, kondisi ini tetap menyiksa karena berjejalan dan membuatnya stres.

Untung, berselang sekitar 30 menit, akhirnya kereta sampai juga di Stasiun Palmerah. Bukannya berhenti menangis, tangis bayi semakin menjadi-jadi, karena saat turun pun berjejal-jejalan, berlompa cepat keluar gerbong.

Apalagi dari luar gerbong juga datang arus masuk penumpang baru. Si bayi pun terdesak-desak di gendongan sang bayi. "Tolong bayiku jangan digencet-gencet. Beri saya jalan. Please," pinta Lisa.

Kalimat itu membuat iba beberapa orang. Dengan sigap, tubuh-tubuh besar itu memagari sang ibu dan si bayi di gendongan.

"Yang di luar gerbong, jangan naik duluuu! Ada anak bayi mau keluar!" teriak pekerja kantoran berbadan gempal. Setelah berhasil keluar gerbong, sang ibu menghela nafas panjang. "Kau nggak apa-apa kan, Nak? Maafkan ibu," bisiknya.

Pantauan Tribunnews.com, manajemen PT KAI sudah saatnya menambah frekuensi keberangkatan kereta api khususnya pada jam-jam sibuk seiring dengan makin membludaknya jumlah penumpang, terutama pada puncak musik hujan di bulan Januari hingga Maret 2013.  (Agung BS)

Baca Artikel Menarik Sebelumnya

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas