Wartawan Korban Pemukulan Saat Meliput Kebakaran Melapor ke Polisi
Angga BN, jurnalis foto Warta Kota, satu dari sejumlah wartawan yang menjadi korban pengeroyokan warga
Editor: Widiyabuana Slay
Laporan Wartawan Warta Kota, Budi Sam Law Malau
TRIBUNNEWS.COM - Angga BN, jurnalis foto Warta Kota, satu dari sejumlah wartawan yang menjadi korban pengeroyokan warga saat meliput kebakaran di kawasan Kampung Pedongkelan, Kayuputih, Pulogadung, Jakarta Timur, Minggu (17/3/2013) siang, melaporkan peristiwa pengeroyokan yang menimpanya ke Mapolrestro Jakarta Timur.
Selain Angga, korban lain yang membuat laporan adalah Rio Manik, kontributor Sindo TV dan RCTI.
Namun karena banyaknya wartawan yang menjadi korban pengeroyokan, laporan Anggga dan Rio dijadikan satu dan dianggap mewakili para wartawan yang menjadi korban lainnya.
Angga dan Rio datang ke Mapolrestro Jakarta Timur, Minggu sore sekitar pukul 17.30. Angga dan Rio didampingi sejumlah wartawan dari Penatimur (Persatuan Wartawan Jakarta Timur) yang biasa meliput di wilayah Jakarta Timur.
Sekitar 15 menit membuat laporan di Sentra Pelayanan Kepolisian Polres Jakarta Timur, laporan Angga dan Rio langsung diproses Unit Reskrim Polres Jakarta Timur.
Sampai Minggu sore, Angga dan Rio masih dimintai keterangan oleh penyidik Mapolrestro Jakarta Timur.
Angga menuturkan laporan yang dilakukannya bukanlah untuk menganggap warga sebagai musuh. Menurut Angga apa yang dilakukannya ini, diharapkan sebagai bentuk pembelajaran terhadap masyarakat, untuk lebih menghargai profesi jurnaslis. "Sebab jurnalis bukanlah musuh warga. Justru kami ada di pihak masyarakat. Dan kami menganggap mereka adalah teman," kata Angga.
Kapolres Metro Jakarta Timur, Komisaris Besar Mulyadi Kaharni mengaku akan segera menindaklanjuti laporan para jurnalis.
"Ini saya mau memantau lokasi kejadian. Laporannya dibuat saja dulu. Nanti akan langsung kita tindaklanjuti," katanya.
Menurut Mulyadi, kawasan Kampung Pedongkelan, Kayuputih, Pulogadung, Jakarta Timur, merupakan salah satu wilayah yang rawan kejahatan di Jakarta Timur. "Wilayah itu memang rawan," kata Mulyadi.