Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ini Penyebab Air Sumur Warga Lenteng Agung Berwarna Merah

puluhan warga berbondong-bondong datang untuk meminta air tersebut

zoom-in Ini Penyebab Air Sumur Warga Lenteng Agung Berwarna Merah
NET
Air sumur milik Sugiyanto yang tinggal di Jalan Haji Joko, RT 008 RW04 No 24 Kelurahan Lenteng Agung Jakarta Selatan, mendadak berubah warna menjadi merah. 

Laporan wartawan Wartakotalive.com, Dwi Rizki

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Fenomena munculnya air berwarna merah menghebohkan seluruh warga Kelurahan Lenteng Agung, Senin (02/09/2013). Pasalnya, sejak kabar burungnya tersebar ke masyarakat, puluhan warga berbondong-bondong datang untuk meminta air tersebut.

Karena selain penasaran, air itu juga dipercaya warga bisa untuk menyembuhkan penyakit. Sejak pagi hari rumah kediaman Sugianto (71) yang beralamat di Jalan H Joko, RT 08/04, Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan itu tidak henti-hentinya dikunjungi warga. Puluhan orang mulai dari anak-anak, remaja hingga orangtua datang untuk menyaksikan langsung kabar burung yang tersiar.

Antusiasme warga pun semakin menjadi, ketika air merah yang muncul dari sumur kedalaman 25 meter milik pria kelahiran Jakarta, 17 januari 1942 itu diduga memiliki khasiat menyembuhkan segala penyakit. Tak ayal, para warga kemudian berbondong-bondong datang membawa beragam bentuk wadah mulai dari botol dan galon kemasan air mineral hingga menumpang mandi untuk membuktikan khasiat air merah tersebut.

Beberapa anak-anak maupun orangtua lanjut usia juga terlihat meminum langsung air tersebut, sesaat setelah ditampung dari keran. Sementara warga lainnya seakan bersuka ria dengan membasahi wajah, tangan hingga mandi bersama dengan menggunakan air merah tersebut.

Sang pemilik rumah, Sugianto menceritakan, air yang diyakini warga memiliki kemampuan menyembuhkan itu pertama kali diketahuinya pada saat dirinya berwudhu Minggu (1/9/2013) sekitar pukul 21.00 WIB. Dirinya yang baru saja membuka keran air dan membasuh tangan dan muka, baru tersadar mengetahui air yang keluar dari sumur tua pertama miliknya itu berwarna merah pekat.

Seakan tersadar, dirinya pun segera menutup dan membuka kembali keran air di kamar mandi belakang rumahnya untuk memastikan kejadian ini benar nyata atau hanya sementara.

Berita Rekomendasi

Namun, setelah beberapa kali mencoba dan melihat air lebih dekat di ruangan terang, dirinya pun yakin kalau air yang keluar dari sumur yang dibuatnya sejak sekitar tahun 1960an itu mengeluarkan air berwarna merah. Perasaan bingung sekaligus penasaran pun diakuinya bertambah besar saat mencicipi air itu pertama kali.

Dikatakannya, air yang sedikit beraroma harum itu memiliki rasa kecut dan sedikit pahit saat diminumnya. "Begitu keran air dibukanya, saya kaget dan baru sadar kalau air yang keluar berwarna merah. Saya nggak tahu, tiba-tiba saja airnya begitu (berwarna merah). Tapi yang bikin penasaran itu rasanya, kok kayak rebusan kulit manggis ya," katanya saat ditemui di rumahnya, Senin (2/9/2013) sore.

Lebih lanjut mantan Ketua RT 08/04 untuk periode tahun 1970 sampai dengan tahun 2000 itu mengungkapkan, fenomena air merah ini baru pertama kali dijumpainya semenjak dirinya tinggal di rumah miliknya pada tahun 1968 silam. Dirinya juga mengungkapkan tidak pernah memiliki pertanda apapun mengenai air tersebut.

"Mulai dari saya atau keluarga istri juga sama sekali nggak ada tanda-tanda atau mimpi apa-apa, ya tahu-tahu kejadian saja," jelasnya.

Namun, tambahnya, jika merunut silsilah keluarga besar dari istrinya, Almarhum Maryati, kakek istrinya, Almarhum Joko adalah warga asli Betawi sekaligus sesepuh di wilayah Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan ini. Kabarnya, sang kakek memiliki ilmu kebatinan dan mensakralkan tanah seluas enam hektar yang terbentang mulai dari rumahnya hingga seluruh wilayah RW 04 Kelurahan Lenteng Agung.

Walaupun dirinya juga sangsi akan cerita dan sejarah para orangtua dulu yang kemudian dikait-kaitkan dengan fenomena unik ini, dirinya hanya bisa mengamini dan menganggukan kepala saat para warga dan keluarga besarnya berkumpul dan bercerita di teras rumahnya.

"Kalau saya ya Lillahita'alla saja, dan jangan menjadi musyrik. Makanya semua orang yang minta air ini saya ingatkan untuk baca Bismillah. Tapi bukti kalau kakek istri sesepuh wilayah ini, bisa dilihat dari nama jalan masuk ke rumah ini, H Joko," jelas pensiunan Kepala Teknisi PD Pasar Jaya tahun 2000 itu menjelaskan.

Namun, karena semakin banyak warga yang mengambil dan meminta air tersebut, warna merah pekat air sumurnya itu terlihat semakin pudar dan kian berubah menjadi jernih warnanya. Oleh karena itu, sejak pukul 17.00 WIB sore dirinya pun menghentikan aktivitas dan meminta warga untuk kembali besok hari.

"Mungkin karena sudah dari pagi airnya diambil terus-terusan, saya stop dulu, besok kalau airnya sudah kembali normal saya perbolehkan lagi," jelasnya.

Mengetahui hal tersebut, beberapa warga yang terlanjur datang dengan membawa wadah-wadah air terlihat sedikit kecewa. Karena diakui warga, air yang rencananya akan ditampung dan dibawanya ke rumah untuk menyembuhkan penyakit.

Seperti halnya, Wina (45) warga RT08/04 Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Diakuinya, dirinya yang sakit sendi akibat penyakit reumatik yang dideritanya selama dua tahun belakangan sedikit membaik saat mandi dan mambasuh kaki dan lutut.

"Saya mau ambil lagi, soalnya lutut sama kaki suka linu sama pegel-pegel, tapi pas tadi saya minum sama mandi pakai air itu, sekarang mendingan," ungkapnya.

Namun berbeda halnya dengan Paimin (57) tetangga Sugianto. Perempuan paruh baya itu mengaku tidak terlalu penasaran dan percaya akan keberadaan air yang dapat menyembuhkan penyakit. Menurutnya, air tersebut adalah air sumur biasa, dan tidak memiliki khasiat apapun.

"Saya cuma lihat saja sih, memang banyak orang yang minta terus ambil. Bapaknya saja juga minta satu botol. Tapi kalau saya nggak terlalu percaya, karena itukan cuma air biasa," ungkapnya.

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas