Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dibanding Nilai Material, Nilai Historis Artefak Lebih Berharga

Saya kira kalau kerugian negara dari sisi material tidak seberapa, kerugian historikal yang harus dipikirkan

Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Dibanding Nilai Material, Nilai Historis Artefak Lebih Berharga
WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Direktur Jenderal Kebudayaan Kacung Marijan (kanan) bersama Kepala Museum Nasional Intan Mardiana menunjukan gambar lempengan benda bersejarah yang hilang dicuri, saat jumpa pers dengan wartawan di Museum Nasional, Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (12/9/2013). Diketahui empat benda bersejarah berupa lempengan terbuat dari emas hilang dari lemari tempat penyimpanan, di ruang Arkeologi gedung A, lantai 2 Museum Nasional. Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Empat buah artefak yang hilang di Museum Nasional bila dijual nilainya mencapai miliaran rupiah. Namun menurut Pendiri Fadli Zon Library, Fadli Zon nilai material itu tidak sebanding dengan nilai historis dari empat artefak yang hilang tersebut.

"Saya kira kalau kerugian negara dari sisi material tidak seberapa, kerugian historikal yang harus dipikirkan," kata Fadli Zon kepada Tribunnews.com, Jumat (13/9/2013).

Fadli Zon menuturkan, pemerintah harus segera mencari agar artefak itu bisa kembali. Kehilangan empat artefak itu juga berakibat pada kerugian pada kultur Indonesia.

"Kalau harga emas berapa gram sih? Tidak sebanding dengan nilai kultural dan historical bangsa," katanya.

Sebelumnya diberitakan, empat artefak yang disimpan di Museum Nasional dicuri pada Rabu (11/9/2013). Adapun nama-nama artefak tersebut adalah:

1. Lempengan Naga
Diperkirakan telah berusia sejak 10 Masehi. Ditemukan di daerah Jalatunda, Jawa Timur, lempengan emas berbentuk naga ini merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Panjangnya 5,6 sentimeter dengan lebar 5 sentimeter.

2. Lempengan Bulan Sabit
Lempengan tersebut diperkirakan telah berusia sejak 10 Masehi. Ditemukan di daerah Jalatunda, Jawa Timur, lempengan ini juga merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Berbentuk lempengan bulan sabit dari emas dan di kedua ujungnya ada empat buah ukiran segitiga lancip. Segitiga ini seakan membentuk cakar. Di lempengan ini ada enkripsi jawa kuno yang sudah samar. Panjangnya 8 sentimeter dengan lebar 5,5 sentimeter.

BERITA TERKAIT

3. Cepuk
Sama dengan Lempengan Naga dan Bulan Sabit, artefak ini diperkirakan berusia sejak 10 Masehi sebagai peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Berbentuk seperti dandang kecil dengan tutupnya, cepuk ini terbuat dari emas dengan teknik pukul, pembengkokan, dan patri.

Permukaannya tidak rata tapi kokoh dan tegak. Ada ukiran yang sudah tipis. Dasarnya agak cembung dengan bibir cepuk tajam dan menghadap ke atas. Tutupnya memiliki pegangan seperti stupa dan berongga. Diameternya 6,5 sentimeter dengan tinggi 6,5 sentimeter.

4. Lempengan Harihara
Ditemukan di Belahan, Penanggungan, Jawa Timur. Usianya diperkirakan sejak 10 Masehi. Dengan panjang 10,5 sentimeter dan lebar 5,5 sentimeter, lempengan ini dibuat dari campuran perak dan emas. Ada relief Harihara yang sedang berdiri di atas teratai ganda. Hirahara digambarkan berkucir ke atas dengan hiasan bunga mekar.

Tangan kanan diletakan di atas tangan kiri di depan perut. Di belakang kepalanya ada hiasan sinar dewa dengan lidah api dan titik-titik. Lengannya mengenakan gelang motif bunga dan ada anting bulat. Kain yang dikenakannya sebatas lutut dan mengenakan sampur semacam selendang di kanan kiri.

Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas