Sop Durian Margando Sering 'Diomeli' Polisi
menjual paling sedikit 300 gelas setiap harinya. Namun, nyatanya tak banyak tahu bahwa toko yang sudah berdiri tiga tahun ini kerap diomeli polisi.
Editor: Rachmat Hidayat
Laporan Yunike Lusi
Sop Duren Margonda Sering Diomeli Polisi
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Margando, toko sop durian di kawasan Margonda, Depok, Jawa Barat ini diakui pemiliknya mengandalkan rasa dibanding popularitas. Toko yang terletak dekat terminal Depok ini sudah ada sejak tiga tahun lalu, menjual paling sedikit 300 gelas setiap harinya. Namun, nyatanya tak banyak tahu bahwa toko yang sudah berdiri tiga tahun ini kerap diomeli polisi.
Anda warga Depok? Pasti tak asing dengan toko sop durian yang terletak tak jauh dari terminal Depok ini. Gendra Prama Putra Sentosa, pemilik Margando ini menyatakan toko sop durian yang sudah berdiri sejak tiga tahun lalu ini lebih mengutamakan rasa durennya ketimbang populariyas dari Margando itu sendiri.
"Kalau popularitasnya, misal dari artis punya toko udah terkenal tinggal tunggu orang dateng, kalau enggak suka enggak dateng lagi, ramainya hanya sesaat aja. Kalau disini saya pikir karena rasa. Orang-orang tahu dari omongan satu orang ke temennya terus ke temennya lagi," ucap Gendra saat ditemui di tokonya.
Pria yang memiliki satu anak ini mengaku hal dasar dirinya mendirikan toko ini adalah karena kesukaannya akan buah durian.
"Dari kesukaan saya sama durian terus mau diaplikasikan ke bisnis. Saya berpikir bagaimana cara jual durian ini. Kalau jual buahnya pasti kalau enggak laku, ya busuk, nanti jadi rugi. Kalau diolah buahnya aja kayaknya lebih baik," cerita Gendra.
Pria lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) angkatan 2005 ini mengaku awalnya memiliki usaha peternakan yang merupakan usaha keluarga. Namun, di tengah perjalanan usahanya, Gendra merasa pergerakan usaha peternakannya agak lama sehingga membuat dirinya beralih untuk membuka
bisnis sop durian ini.
Tak ada yag keberatan dari keluarga besarnya tentang keputusan yang Gendra ambil untuk membuka usaha sop duren. "Kalau saya belom berumah tangga mungkin iya. Tapi karena udah berumah tangga jadi enggak. Istri juga tidak melarang," kata Gendra sumringah.
Usahanya pun tak semulus yang terlihat sekarang. Dulu, toko yang berdiri tanggal 12 November 2010 ini hanya memiliki dua orang karyawan dengan penjualan tidak lebih dari 10 gelas. Namun, seiring usaha dan kerja keras saat ini, Gendra sudah memperkerjakan 14 karyawan dengan penjualan
200-300 gelas tiap harinya.
"Keuntungan revelan dengan kehidupan. Cukuplah ngegaji karyawan," ucap Gendra sambil tertawa.
Nama toko yang berasal dari plesetan nama 'Margonda' ini pun kerap diomeli petugas karena kendaraan pengunjung yang parkir membuat kemacetan. Bahkan tak hanya teguran, toko Margando pun sering mendapat surat peringatan.
"Polisi disini kadang suka kesel. Malah pernah sampai ada motor yang dimasukin ke mobil patroli, akhirnya yang punya motor ngurus ke Pemda. Untung, enggak pernah sampai dilarang jualan lagi. Kita kan kalau diomelin sama polisi nurut aja, jadi enggak ngeyel," ucap Gendra.
Terkait dengan pengunjung yang datang ke toko yang terletak di Jalan Margonda Raya No.1 ini mengaku sop duren di Margando memang berbeda baik rasa maupun variannya dari toko sop duren lainnya.Anggi (21) misalnya. Ia mengaku kedua kalinya dirinya berkunjung ke Margando. Saat ditemui, Anggi datang bersama ibunya. Diakui, sop duren Margando tiada tandingannya.
"Kalau disini enak beda sama yang lain, disini mah enggak ada bandingannya," ucap Anggi.
Lain halnya, dengan Edo (20) dan Fitri (17), mereka mengatakan sop duren ini biasa saja, namun poin lebihnya karena variasi sop duren yang ditawarkan yang membuat mereka sering berkunjung ke Margando.
"Sama aja kayak yang lain, tapi penampilannya aja beda. Kalau disini kan banyak pilihannya kalau tempat lain kan jarang.Jadi, enggak bosen. Tempatnya aja kurang mendukung dengan rasanya. Tempatnya bagusin dikitlah," ucap Edo.