Warga Bukit Duri: Lebih Baik Banjir Daripada Pindah
membuat warga sekitar lebih mengantisipasi adanya banjir kiriman
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banjir setinggi pinggang orang dewasa, menggenangi pemukiman warga Kampung Melayu Kecil RT 11 RW 10, Kelurahan Bukit Duri, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan pada Minggu (12/1/2014).
Berdasarkan pantauan akibat banjir ini, aktivitas warga tidaklah terhambat. Rini (43) warga RT 11 yang sehari-harinya berdagang makanan di Grogol ini mengaku tidak terhambat untuk pergi dan pulang melalui Sungai Ciliwung.
"Saya udah biasa, sih, nyebrang pake getek, kalau banjir gini, udah biasa," kata Rini saat melewati sekolah Perguruan Rakyat (PR).
Salah satu pesuruh sekolah PR, Doding (49), yang juga tinggal di sekolah menjelaskan banjir yang menggenangi wilayah Kampung Melayu Kecil ini sudah menjadi hal yang biasa.
Informasi dari kelurahan mengenai ketinggian air di tiga pintu air yaitu Katulampa, Depok dan Manggarai, membuat warga sekitar lebih mengantisipasi adanya banjir kiriman.
"Kalau di sekolah sudah punya gudang sendiri di atas. Jadi kalau banjir makin tinggi, sudah harus siap-siap pindahin arsip," ujar Doding.
Ia juga menuturkan banjir paling tinggi yang pernah dialami di Kampung Melayu Kecil mencapai 4 meter, pada tahun 2007.
Asmin (49), suami dari Ketua RT 11 RW 10 menjelaskan masyarakat sini sudah terbiasa dengan banjir kiriman.
"Bagi masyarakat di sini, banjir kiriman gini udah terbiasa." ungkap Asmin.
Indri (35) warga RT 10 ini mengaku banjir setinggi pinggang orang dewasa ini adalah banjir yang pertama di tahun 2014. Banjir seakan hal biasa bagi warga setempat. Bantuan pun belum datang karena dianggap masih belum tinggi.
"Kalau banjirnya tinggi, sampai 2 meter baru dapat bantuan," kata Indri.
Ia mengatakan warga mendapat bantuan makanan, obat, dan minuman serta keperluan untuk bayi pada banjir 2013 lalu yang mencapai 4 meter. Saat ditanya mengenai pengungsian warga, ia mengaku lebih memilih untuk tidak mengungsi.
"Banyak yang lebih milih di atas. Udah pada ngerti tiap tahun banjir, jadi bikin rumahnya bertingkat," ujar Indri.
Asmin menjelaskan bahwa biasanya saat banjir tinggi, warga mengungsi di kantor kelurahan Kampung Melayu dan Universitas Islam Attahiriyah.
"Biasanya yang jaga rumah yang laki-laki saja, biar kalau ada apa-apa bisa saling bantu," ujar Asmin.
Adanya tanda berwarna biru di beberapa rumah warga adalah sebuah tanda bahwa rumah tersebut akan menjadi objek penggusuran. Indri mengatakan tanda tersebut sudah dari bulan November 2013 dituliskan pada rumah warga oleh orang kelurahan.
"Katanya sih mau digusur, tapi nggak tahu kapan," kata Indri.
Menurutnya, pengukuran yang dilakukan orang Kelurahan secara menyerong.
"Kampung Pulo aja enggak kena semua," keluh Indri.
Asmin membenarkan perihal adanya rencana penggusuran yang akan dilakukan Pemprov DKI.
"Tujuannya untuk pelebaran sungai, ya, untuk menanggulangi banjir," kata Asmin.
Ia juga menambahkan ini adalah program dari Jokowi selaku Gubernur DKI dalam menanggulangi banjir di wilayah Kampung Melayu. Pelaksaannya belum diberitahukan lagi, lanjutnya.