Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Peneliti LIPI Ingatkan Lagi Perlunya Rekayasa Tata Ruang di Jakarta

elain masalah tata ruang menurut Jan ada hal lain yang tidak disadari oleh penduduk Jakarta, yakni adanya penurunan tanah

Editor: Fajar Anjungroso
zoom-in Peneliti LIPI Ingatkan Lagi Perlunya Rekayasa Tata Ruang di Jakarta
/DEDY SINUHAJI
Sejumlah warga melintasi banjir yang menggenangi kawasan wisata kota tua di Jakarta Barat, Minggu (20/1). Curah hujan yang tinggi di hulu sungai Ciliwung dan Jakarta mengakibatkan sejumlah wilayah terendam banjir. Tribun Medan/Dedy Sinuhaji 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Peneliti senior Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof. Dr. Jan Sopaheluwakan mengatakan salah satu penyebab utama bencana banjir di Jakarta adalah permasalahan tata ruang.

Dalam siaran persnya yang diterima TRIBUNnews.com, Jan mengatakan kondisi alam Jakarta sudah mengatur untuk memiliki dua area, yakni ruang hijau di selatan Jakarta sebagai daerah resapan air dan ruang biru di kawasan utara yang berfungsi sebagai tampungan genangan air.

Anggota Dewan Riset Daerah Provinsi DKI Jakarta ini mengungkapkan saat ini kondisi alamiah tersebut sudah ditutupi oleh bangunan. Bahkan sampai pinggir pantai pun sudah ditutupi bangunan. "Harus ada rekayasa ruang lagi yang mengatur sesuai kondisi alam yang menghendaki demikian,” terangnya.

Selain masalah tata ruang menurut Jan ada hal lain yang tidak disadari oleh penduduk Jakarta, yakni adanya penurunan tanah yang lambat karena kondisi geologis. “Selama ini penyedotan air tanah dianggap sebagai faktor utama penurunan tanah, namun ada penyebab lain yang tidak terlihat,” jelasnya.

Jan menyebut, daerah selatan seperti Cawang dan Ciputat tanahnya relatif naik, di kawasan tengah turun, dan di Ancol naik lagi. Penurunan ini membuat sungai-sungainya dangkal.  "Sehingga endapan kasar ada di tengah dan berpengaruh pada drainase kita yang kecil dan dipenuhi sampah,” katanya.

Hasil dari permasalahan-permasalahan tersebut telah membuat Jakarta dilanda banjir. Tahun ini banjir tersebut berawal pada 14 Januari lalu, dan hingga 21 Januari tercatat banjir  menggenangi 34 kecamatan, 100 kelurahan, 444 RW, dan 1.227 RT.

Jumlah korban jiwa mencapai 12 orang. Selain itu ada 62.819 jiwa lainnya terpaksa tinggal dalam pengungsian. Situasi ini terus berulang setiap tahunnya dan belum ada langkah perbaikan yang signifikan.

Berita Rekomendasi

Peneliti Pusat Penelitian Limnologi LIPI Drs. Fakhrudin, M.Si mengatakan Jakarta perlu menerapkan konsep Zero Run-Off untuk pengendalian banjir.

Fakhrudin mengatakan konsep tersebut memungkinkan air di daerah terbangun seperti perumahan dan perkantoran bisa tertahan sebelum dilimpahkan ke selokan dan sungai, melalui sumur resapan dan penampungan air lewat kolam maupun danau buatan.

“Sesuai kondisi tanah Jakarta, di daerah selatan lebih cocok dengan skema penyerapan, sedangkan di utara dengan skema penampungan,” kata Fakhrudin.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas