Penjual Cabai Rugi Puluhan Juta Akibat Abu Vulkanik Kelud
Misalnya cabai keriting, cabai rawit merah dan cabe rawit hijau
Laporan Wartawan Warta Kota, Fitriyandi Al Fajri
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rudi (28) selaku pemilik Unit Dagang (UD) Duta Karya yang menjual cabai di pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, menuturkan setiap hari ia biasa memasok cabai sebanyak empat ton dari berbagai jenis cabai.
Misalnya cabai keriting, cabai rawit merah dan cabe rawit hijau. Dari ketiga varian cabai tersebut, semuanya mengalami penurunan harga.
"Cabai rawit hijau biasanya Rp 26.000 sekarang jadi Rp 23.000, lalu cabai kriting dari Rp 28.000 sekarang jadi Rp 25.000 per kg," kata Rudy, Senin(17/2/2014).
Rudy mengakui, biasanya ia mengambil keuntungan cabai yang dijualnya berkisar Rp 6.000-Rp 7.000 per kg. Namun, kali ini ia harus menjual cabai di Jakarta lebih rendah sekitar Rp 7.000 dari para petani di daerah.
"Yah begitu, saya nggak dapat untung karena cabai yang saya jual dipenuhi abu vulkanik. Kalau dihitung kira-kira omzet saya yang hilang untuk saat ini sekitar Rp 21 jutaan," jelas Rudy.
Menurut Rudy, sebetulnya ia bisa saja mengakalinya dengan membayar sejumlah pekerja lepas untuk membersihkan tumpukan abu vulkanik di cabai. Namun, karena dirasa tak akan mempengaruhi harga jual yang signifikan makanya rencana itu ia batalkan.
"Misalnya saya sewa pekerja lepas untuk membersihkan abu vulkanik, sementara teman-teman yang lain tidak membersihkannya. Percuma saja harga cabai yang saya jual akan tetap seperti yang lain, yaitu dipenuhi debu," jelasnya.
Rudi mengatakan, apabila tak diselimuti debu biasanya pas sore hari ia mampu menjual sebanyak 1,5 ton. Sementara, saat ditemui ia hanya mampu menjual sebanyak 5 kuintal.
"Para calon pembeli jadi membatalkan niatnya untuk membeli cabai ini. Menurut mereka tampilannya kusam, padahal kalau dicuci saja bakalan bersih kok," ujarnya yang mengklaim abu vulkanik tidak mengubah kualitas cabai.
Hal yang sama juga dialami oleh, Giman (56) penjual cabai dari UD Hasil Bumi. Menurut pria asal Yogyakarta ini, abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud menyebabkan harga jual cabainya merosot tajam. Meski demikian sebelum Gunung Kelud meletus dan mengeluarkan hujan abu, para pedagang cabai di lokasi tersebut sudah mengambil keuntungan yang banyak.
Pasalnya, saat H-1 sebelum Gunung Kelud tersebut meletus, para petani mengurungkan niatnya memetik cabai. Akibatnya cabai di pasar induk menjadi sedikit, sementara permintannya cukup banyak. Tak ayal, harga jual kepada para pembeli meningkat tajam.
"Hari Kamis sampai Sabtu harga cabai di sini mengalami kenaikan yang tajam. Biasanya dijual Rp 30.000, tapi kemarin menjadi Rp 40.000 per kg," kata Giman.