Remaja Pembunuh di Mata Psikolog
Aksi kekerasan Hafitd dan Syifa terhadap Ade Sara terjadi setelah ada pemicu puncak yang membuat pelaku bertindak sadistis.
Editor: Ade Mayasanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ahmad Imam Al-Hafitd (19) dan Assyifa Ramadhani alias Sifa (19) menjalani tes psikologi. Pemeriksaan psikologi kedua sejoli dilakukan tim dinas psikolog dari Polda Metro Jaya, Rabu (12/3/2014). Pemeriksaan psikologi dilakukan karena remaja pasangan sejoli yang terlibat pembunuhan Ade Sara Angelina Suroto (18) mahasiswi Universitas Bina Mulya, di Bekasi, Jawa Barat ini terbilang sadistis.
Psikolog Bertha Sekunda menengarai, aksi kekerasan Hafitd dan Syifa terhadap Ade Sara terjadi setelah ada pemicu puncak yang membuat pelaku bertindak sadistis.
"Kita perlu tahu rekam jejak pelaku dan juga detik-detik penyiksaan terhadap korban. Mungkin ada sesuatu perkataan yang membuat kedua pelaku semakin kalap," ujar Bertha kepada Tribunnews di Jakarta, Rabu (12/3/2014).
Menurutnya, aksi sadistis tidak muncul secara tiba-tiba. Oleh karena itu, kehidupan sehari-hari pelaku perlu dicermati secara mendalam. "Misalkan saja, apakah di rumah pelaku suka membentak pembantu, atau menendang saat ada di kucing di rumah," jelasnya.
Namun demikian, Bertha menyebut, aksi kekerasan kedua remaja terhadap Ade Sara menimbulkan kekhawatiran. Sebabnya, empati kedua pelaku seolah sirna secara mendadak karena emosi yang memuncak. "Seolah mereka ini tidak lagi memiliki empati," ungkapnya.
Hafitd dan Sifa terlebih dahulu menganiaya dan menyiksa Sara menggunakan alat setrum atau penyengat bertenaga listrik. Alat setrum berbentuk kotak memanjang. Berwarna hitam. Alat setrum ini menjadi salah satu barang bukti yang digunakan untuk menjerat Hafitd dan Syifa. Alat setrum mirip mikrofon tersebut ditemukan di Pulogebang, di dekat rumah pelaku Hafitd.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto menjelaskan pelaku Hafitd mengaku motif pembunuhan lantaran sakit hati pada korban, mantan kekasinya, karena tidak mau lagi dihubungi dan ditemui. Namun motif ini masih di dalami lebih jauh. "Si korban enggak mau lagi ketemu. Jadi dia (pelaku Hafitd, red) sakit hati," ujar Rikwanto.
Sementara Assyifa, pacar baru Haiftd yang terlibat pembunuhan, mengaku membantu Hafitd, karena cemburu. Assyifa khawatir kekasihnya itu kembali menjalin asmara dengan Sara. "Memang ada semacam itu. Jadi, dia sakit hati dan cemburu. Mereka (Hafitd dan Assyifa) pacaran. Kalau dilihat sederhana, tapi cemburu dan sakit hati itu efeknya bisa besar," kata Komisaris Polisi Nuredi Irwansyah.
Dalam aksi pembunuhan tersebut, dua pelaku disebutnya sama-sama menganiaya sehingga berujung pada kematian Ade Sara, mahasiswi Universitas Bunda Mulia (UBM) tersebut. Assyifa bahkan gelap mata membantu kekasihnya menganiaya korban. "Dia (Assyifa) mukul, menyetrum, juga menyumpal kertas di mulut korban," ujar Nuredi.
Saat melakukan aksinya, kata Nuredi, Hafitd mengendarai mobil. Mereka membunuh Sara di dalam mobil Kia Visto sepanjang perjalanan dari Jakarta Selatan menuju Jakarta Timur. Setelah korban meninggal dunia, pelaku membuangnya ke tepi jalan tol.
Masih menurut Rikwanto, usai membunuh Sara, pasangan kekasih itu membuang barang-barang milik korban di sepanjang jalan dari Gondangdia hingga ke pinggir Tol Bintara KM 49 Kota Bekasi. Gondangdia merupakan lokasi pembunuhan Sara dan Tol Bintara adalah tempat Sara dibuang.
Polisi juga menyita mobil Kia Visto serta tas dan buku-buku korban yang ditemukan di jalan tol. "Potongan koran yang digunakan untuk menyumpal mulut korban sudah ditemukan saat autopsi," kata Rikwanto.
Dari hasil autopsi, ditemukan ada potongan koran di tenggorokan Sara. Benda inilah yang mengakibatkan pernafasan korban tersumbat, dan akhirnya tewas.