Cerita Asmara dan Perjuangan Hidup Ibu Kandung di Balik Penderitaan Iqbal
Iis tidak pernah mengira bila mantan pacarnya Dadang Supriatna (29) akan menculik anaknya dan melakukan penyiksaan
Penulis: Adi Suhendi
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Iis Novianti (30) tidak pernah tahu bila petugas kepolisian mencari keberadaan dirinya untuk dipertemukan dengan anaknya Iqbal yang terbaring lemah di Rumah Sakit Koja, Jakarta Utara.
Kepolisian berhasil menemukan Iis di Jakarta Barat dengan status sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT). Iis tidak pernah mengira bila mantan pacarnya Dadang Supriatna (29) akan menculik anaknya dan melakukan penyiksaan sehingga Iqbal harus dirawat intensif di rumah sakit.
Iis menjadi seorang janda setelah suaminya meninggal dunia beberapa bulan lalu. Iis harus tetap mengais rezeki untuk menyambung hidup. Ia menjalani pekerjaan sebagai pedagang minuman ringan milik H Masjun di wilayah Senen, Jakarta Pusat. Selama berprofesi sebagai pedagang Iis kerap membawa anaknya Iqbal.
Setelah beberapa lama, Iis kemudian menjalin kasih dengan pria bernama Dadang. Tetapi kisah asmaranya tidak lama, Iis memilih putus dengan Dadang karena selama berpacaran Dadang senantiasa menunjukan sikap kasar dan galak. Bahkan Iis pun sering melihat Dadang memukul serta mencekik anaknya.
Setelah putus, perilaku berutal Dadang makin menjadi, beberapa kali Dadang berusaha membawa Iqbal, tetapi selalu gagal karena Iis selalu berteriak dan minta tolong terhadap orang-orang yang berada di Senen saat Dadang akan membawanya.
Bergelut sebagai pedagang, setiap hari Iis mampu mengantongi uang Rp 50 000. Tetapi usaha minuman ringannya nyaris bangkrut sampai akhirnya ia memutuskan untuk alih profesi. Di tengah kekhawatirannya dalam mengais rezeki, tidak dikira Iis bertemu seorang pria bernama Nanang di kawasan Senen,
Nanang menawarkan Iis untuk bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga. Nanang pun membawa Iis ke sebuah yayasan penyalur pembantu rumah tangga yang berkedudukan di Kemayoran, Jakarta Pusat.
Setelah dua minggu berada ditampung di yayasan, Iis pun mendapat majikan di wilayah Taman Sari, Jakarta Pusat. Satu pekan Iis baru bekerja kepada majikannya dan mendapatkan upah Rp 150 ribu selama bekerja satu pekan.
"Selama dua minggu saya tinggal di yayasan, habis itu seminggu kemudian tinggal di rumah nyonya (majikan)," ungkap Iis di Rumah Sakit Koja, Jakarta Utara, Sabtu (29/3/2014).
Selama bekerja sebagai pembantu rumah tangga Iis tidak pernah mengetahui kabar anaknya Iqbal. Bahkan saat media memberitakan Iqbal kritis di rumah sakit dengan luka yang mengkhawatirkan, Iis tidak mengetahuinya. Iis mengaku dirinya tidak bisa menonton televisi selama bekerja di rumah majikannya.
"Ibu (majikan Iis) tidak memperbolehkan saya nonton TV. Saya hanya disuruh kerja saja jadi pembantu," ujarnya.
Iis pun menjadi target pencarian polisi pasalnya hampir sepekan lebih tidak ada orangtua yang datang menemui Iqbal. Polisi kemudian menggali informasi di lokasi kejadian di wilayah Senen sampai akhirnya diketahuilah keberadaan Iis. Kepolisian awalnya mendatangi yayasan yang menampung Iis kemudian bergerak mencari rumah majikannya. Tetapi akhirnya Iis diantar majikannya ke yayasan, Jumat (28/3/2014).
Iis pun dibawa petugas Polres Jakarta Utara sampai akhirnya dipertemukan dengan Iqbal, Sabtu (29/3/2014) sekitar pukul 11.40 WIB. Iis yang didampingi kakaknya Ira Maryani bertemu Iqbal di Rumah Sakit Umum Daerah Koja, Jakarta Utara. Dia dipertemukan dengan buah hatinya.
Melihat keadaan Iqbal, air mata Iis pun tidak terbendung, Beberapa kali Iis menangis bahkan sempat terjatuh karena lemas tidak percaya dengan apa yang menimpa anaknya.
Setelah beberapa jam berada di rumah sakit, Iis pun dibawa ke rumahnya di Bekasi, Jawa Barat. Dokter melihat psikologisnya Iis terguncang dengan keadaan anaknya. Butuh waktu untuk kembali memulihkan emosional Iis supaya bisa tenang menghadapi kenyataan yang menimpa anaknya.
Kakak Iis, Ifan kepada wartawan mengatakan bahwa pihaknya memilih membawa Iis pulang dan merawatnya di rumah dengan alasan supaya Iis mendapat ketenangan. "Kalau di rumah sakit kan ramai," katanya.