Meski Lesbi Tetap Ingin Dinikahi Pria
Mereka hanya nyaman jika berada di antara orang-orang yang menerima dirinya apa adanya
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Rasa cemas dan takut kerap mendera pencinta sesama jenis. Sebagai kaum minoritas, mereka enggan bersikap terbuka karena kerap dicibir. Mereka hanya nyaman jika berada di antara orang-orang yang menerima dirinya apa adanya. Berbagai penyebab pun dikemukakan oleh kaum lesbian dalam perbincangan bersama Warta Kota malam itu.
Apakah sama sekali tidak tertarik dengan lelaki? RN hanya tertawa mendapat pertanyaan seperti itu. "Ya suka juga dong. Asal lelakinya baik. Kita belok-belok begini juga ada tingkatannya. Ada yang 50-50 (kesukaan pada lelaki-perempuan), 70-30, 20-80, tinggal orangnya saja."
Beda lagi dengan MC, bucthy lainnya. Secara terang-terangan ia mengaku suka kepada perempuan sejak ia masih kecil. Tetapi, saat itu ia tidak tahu harus berbuat apa. Hingga kemudian saat lulus dari sebuah SMK ia menemukan 'dunianya' di kawasan Wisata Kota Tua.
"Dulu saya hidup seolah tidak ada yang mau menerima kondisi saya seperti ini. Sampai kemudian saya terjun menjadi pengamen jalanan. Sampai sekarang pun keluarga saya tidak tahu saya sudah belok. Tahunya saya tomboy saja," katanya, sesudah itu ia mengisap rokok dalam-dalam.
MC tidak tahu kenapa orientasi seksnya lebih kepada perempuan. "Lebih bisa merasakan dan menikmati ketika (Making Love) bersama perempuan. Kalau sama cowok ya kalau ada yang mau deket sama saya, ya deket saja. Tapi saya males kalau ada yang bicara cinta. Saya belum doyan cinta dari laki-laki."
Tetapi MC juga tidak akan mengecewakan keluarganya. Setiap hari bahkan ia dihantui rasa takut, bagaimana seandainya keluarganya tahu dia adalah penyuka sesama jenis. Tetapi dia memastikan, suatu saat nanti, ia bakal menikah dengan laki-laki.
"Tapi saya akan seneng kalau dapetnya suami yang 'melambai' (gay), biar saya tetep bisa main sama cewek, ha-ha-ha."
Pengakuan lain dari seorang femme, CG (20), ia menyukai perempuan karena faktor lingkungan. Sebabnya, ia trauma berhubungan dengan lelaki. "Kalau pacaran sama cowok banyak aturan. Kalau sama cewek enak, nggak ribet," kata CG, yang sebelumnya berprofesi sebagai dancer di sebuah club malam.
Tetapi CG mengakui, kecenderungan seksualnya masih lebih besar kepada lelaki meskipun saat ini ia menjalin hubungan dengan seorang seorang Femme juga yang berprofesi sebagai Lady Companion (pemandu karaoke). "Nanti juga pasti nikahnya sama laki-laki kok," ungkapnya.
Dari keterangan sumber yang dekat dengan kalangan lesbian, di luar alasan-alasan itu sebenarnya masih ada alasan lain yang cukup mencengangkan. Ada sebagian perempuan yang menjadi butchy atau femme dengan tujuan mendapatkan materi.
"Ada yang sekadar mencari uang dengan menjadi butchy atau femme. Mereka biasanya memanfaatkan butchy dan femme lain yang tajir."
Muncul pula alasan; seorang perempuan menjadi butchy atau femme sebagai bentuk defensif. Alasan tersebut, menurut, Devi Rahmawati, biasanya terjadi di kalangan anak jalanan.
"Dikarenakan perempuan itu takut secara mental berada dalam komunitas anak jalanan. Mereka takut menjadi korban pelecehan seksual atau bahkan trauma pernah menjadi korban pelecehan. Makanya, mereka lebih memilih berpenampilan seperti laki-laki atau menjadi femme, hingga lama-lama benar-benar ada penyimpangan." (Feryanto Hadi)