ERP Diterapkan, Joki Three in One Bakal Banting Setir
Mereka menunggu para pengguna kendaraan roda empat untuk memakai jasanya dalam menjadi joki three in one.
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Puluhan joki three in one sudah berjejer di Jalan Hang Tuah, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (25/4) sekitar pukul 07.00 WIB sampai 10.00 WIB. Mereka menunggu para pengguna kendaraan roda empat untuk memakai jasanya dalam menjadi joki three in one.
Pasalnya, untuk memasuki jalan protokol, para pengguna kendaraan roda empat diwajibkan berpenumpang lebih dari tiga orang. Namun, karena akan diberlakukannya sistem Electronic Road Pricing (ERP) atau jalan berbayar, maka nasib para joki three in one itu akan terancam.
Hal ini dikarenakan sistem three in one sendiri akan dihapuskan dan diganti dengan jalan berbayar. Inilah yang dikhawatirkan oleh para joki karena tidak akan mendapatkan pemasukan. Salah satunya adalah Wati (40), seorang wanita yang sudah 17 tahun menjadi joki three in one di wilayah Sudirman menuju Thamrin.
Menurutnya, dia akan berganti profesi menjadi tukang mencuci dan menggosok ketika sistem ERP sudah mulai dilaksanakan Pemprov DKI. Dalam satu kali jasa three in one, dia mematok tarif sebesar Rp15 ribu.
"Saya sudah denger kalau joki three in one akan ga ada karena penerapan sistem ERP. Paling, merubah profesi jadi tukang cuci dan gosok aja," kata wanita yang tinggal di daerah Meruya, Jakarta Barat itu kepada Warta Kota di tempatnya menunggu kendaraan, Jalan Hang Tuah, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (25/4).
Dalam sehari, dia bisa mengumpulkan uang dari hasil bekerja sebagai joki three in one yaitu Rp 30.000. Kalau dirata-rata dalam sebulan dia bisa mendapatkan sekitar Rp900 ribu. Sementara kalau dengan menjadi tukang mencuci dan mengosok baju hanya Rp400 ribu. Hal ini yang menyebabkan dia memilih untuk menjadi joki three in one.
"Kalau memang ga boleh mau gimana lagi? Yang penting kerja halal aja saya mah," keluhnya.
Dia pun tak menampik kalau kerap berkucing-kucingan dengan petugas Satpol PP. Sehingga, ibu dari tiga orang anak itupun sudah capek menjalani pekerjaan sebagai joki three in one. Sedangkan sang suami hanya bekerja sebagai tukang ojek yang penghasilannya tidak menentu.
"Saya pulang dari joki, cari tambahan bekerja di konveksi daerah Shangrila. Kebutuhan tinggal di Jakarta ngga bisa cukup Rp1 juta," pungkasnya.