Pengusaha Cat Duco di Kramat Raya Ganggu Kenyamanan Warga
Herlin (50) warga kawasan Kramat Raya Dalam, mengatakan adanya tukang cat duco dan las ketok membuatnya mual lantaran bau catnya.
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jika melewati Jalan Kramat Raya yang mengarah ke Pasar Senen, pandangan Anda akan tertuju pada puluhan tukang cat di pinggir jalan. Di sana, mereka memajang papan bertuliskan "Menerima Cat Duco Las Ketok". Namun, ternyata keberadaan mereka bikin warga tidak nyaman.
Apa pasal? Hasil pengamatan Warta Kota, di sepanjang jalan tersebut, berjejer puluhan tukang cat spontan tersebut. Jarak mereka antara tukang cat lainnya hanya berkisar 7 meteran. Mereka berjejer dimulai dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), hingga ke arah Kwitang, Jakarta Pusat.
Mereka yang sebagian ada duduk di kursi plastik, ada juga yang berteriak dan berusaha menyetop tiap mobil yang berjalan lambat. Mereka hanya berharap, pengendara mobil tersebut adalah calon konsumen yang memerlukan jasa reperasi body. "Cat duco las ketok pak, dijamin rapih pak" teriak salah satu tukang jasa servis bodi mobil tersebut, Jumat (16/05/2014).
Meski sulit mendapatkan konsumen, mereka tetap terlihat gigih memanggil pengendara yang melintasi jalan tersebut. Namun adanya keberadaan mereka, membuat mulut beberapa warga di kawasan tersebut bercuap-cuap.
Herlin (50) warga kawasan Kramat Raya Dalam, mengatakan adanya tukang cat duco dan las ketok membuatnya mual lantaran bau catnya. Selain itu, bekas-bekas cat di trotoar jalan menempel dan membuat kumuh lingkungan.
"Ih saya suka eneg nyium bau catnya itu. Tiap hari terkadang semriwing mas baunya. Sisa catnya juga kalo saya liat, bekas-bekasnya tuh ngotorin pak," ujar wanita gemuk ini.
Senada dengan Rinto (30), menurutnya keberadaan tukang jasa servis body kilat itu hanya mengotori pinggiran Jalan Kramat Raya. Ia pun berharap pemerintah DKI Jakarta sigap untuk menertibkan mereka.
"Kotor pak. Hanya itu tanggapan saya. Soalnya trotoar itu kan untuk pejalan kaki. Pejalan kaki juga terganggu pandangannya, jadi ga enak. Belum lagi kotornya. Kalau bisa cepat tanggaplah ini pemerintah Jakarta," jelasnya.
Warta Kota pun mencoba mewawancarai satu diantara mereka yang berjasa mempercantik mobil secara spontan tersebut. Menurut Ali (50) ia sudah akrab dengan cat dan alat perkakas las bodi kendaraan selama delapan tahun.
Selain itu, pria bertopi ini mengaku, ia tak memiliki tempat untuk usaha servis body mobilnya. "Saya bodo amatlah pak, ga peduli. Saya nyari duit disini gak ada masalah apa-apa tuh. Dan kalaupun tukang cat disini punya lahan, pasti mereka dan saya sendiri gak dipinggir jalan begini," ketusnya.
Namun ia melanjutkan, per harinya terkadang mendapatkan konsumen, terkadang tidak sama sekali. Ia mematok harga sekitar Rp300 ribu untuk cat dan lainnya. "Ya kalo rame ya rame, ini kan untung-untungan. Puluhan pedagang disini rebutan konsumen. Paling kalo sedikit yang diperbaiki Rp 300 ribu, ya kalo agak banyak satu kaleng bisa Rp500 ribu ke atas lah," ucapnya.(RM Panji Baskhara Ramadhan)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.