Pelayanan Buruk, Pasien ICU RSUP Fatmawati Disemutin
Citra buruk atas pelayanan Rumah Sakit milik pemerintah sepertinya masih menjadi permasalahan umum saat ini
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Citra buruk atas pelayanan Rumah Sakit milik pemerintah sepertinya masih menjadi permasalahan umum saat ini. Pasalnya, karena tidak mendapatkan pelayanan baik, seorang pasien ICU ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dihinggapi banyak semut pada selang infus pada tangan kirinya.
Kondisi memilukan tersebut dirasakan oleh Habibie Rezky Anandra, anak berusia 6 bulan dari pasangan Ujuang Hendra (29) dan Dessy Trisnawati (29) Yang mengalami pembengkakan limpa hati dan gangguan pernapasan paru-paru saat menjalani perawatan di ICU RSUP pada Jumat (16/5/2014) lalu.
Tidak hanya itu, pelaksanaan program Badan penyelenggara Jaminan Sosial (PBJS) Kesehatan yang tidak berjalan baik pun membuat pihak keluarga harus mengeluarkan uang hingga sebesar Rp 8 juta untuk bisa masuk ke dalam ruang perawatan ICU.
"Kita sudah usahain cari uang buat masuk ICU, karena pakai kartu BPJS (Kesehatan-red) sudah sehari semalem nggak ditanganin. Pas masuk kita memang langsung ditangani, tapi pas ditanya bayar pribadi atau program (BPJS-red) anak saya dianggurin sampai tangan infusannya disemutin," jelas Dessy Trisnawati sedih.
Nasib naas ternyata kembali terjadi dan harus dirasakan lagi oleh Habibie. Karena tidak mendapatkan pelayanan baik, kedua tangan yang ditempatkan selang infus menjadi bengkak dan penuh cairan. Sehingga dengan terpaksa tim dokter memilih untuk menempatkan saluran infus pada bagian kepala bocah malang itu Saat ini.
"Saya sudah bingung, nggak kuat perasaan liat anak saya kayak begitu. Allah kenapa tega semua begitu, jadi sebenarnya apa gunanya BPJS (Kesehatan-red) sekarang, kalau pakai kartu itu masih nggak dapat perlakuan yang baik dari rumah sakit," jelasnya kembali terisak.
Sementara itu, Biro Humas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Diah mengatakan upaya pertolongan kepada seluruh pasien, khususnya berstatus kritis seharusnya dilakukan penindakan cepat. Karena, baik pasien yang telah terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan ataupun tidak, keselamatan pasien harus didahulukan oleh pihak rumah sakit.
Selain itu, dirinya beralasan kalau BPJS Kesehatan juga memberikan kesempatan kepada keluarga pasien untuk menyelesaikan administrasi di loket BPJS Kesehatan pada setiap rumah sakit milik pemerintah seiring dengan dirawatnya pasien, apabila pasien diketahui belum terdaftar sebagai anggota BPJS.
"Sesuai kode etik (kedokteran-red) setiap pasien mendapat hak atas keselamatan, khususnya dalam kondisi kritis. Karena hal itu (terdaftar dalam BPJS Kesehatan-red) bukan menjadi masalah," jelasnya kepada Warta Kota Jumat (16/5/2014).
Tidak Terpuji
Tidak hanya mendapat pelayanan buruk dari RS Fatmawati, pihak keluarga juga mendapat perlakuan dan tanggapan buruk dari beberapa suster serta dokter yang bertugas di ruang Intensive Care Unit (ICU).
Pasalnya, di tengah perasaan khawatir pihak keluarga atas kondisi Habibie yang terus memburuk, pihak rumah sakit tidak mengambil langkah dan upaya pertolongan yang cepat. Seorang dokter yang diketahui bernama dokter Eka yang bertugas di ruang ICU itu justru meminta pihak keluarga untuk menyelesaikan administrasi pasien terlebih dahulu.
"Saya cuma mau tahu gimana keadaan keponakan saya, tapi dokternya balas tanya sudah urus administrasi atau belum. Saya tanya lagi ke dokternya kenapa nggak ditangani dulu, tapi dokternya malah jawab nggak perduli," ujarnya Shinta (23) tante dari Habibie sedih.
Namun pada percakapan singkatnya dengan sang dokter selama sekitar lima menit itu, dirinya mencatat satu pernyataan tidak terpuji yang disampaikan langsung oleh sang dokter. Dengan nada tinggi, sang dokter mengungkapkan kalau dirinya tidak mau menangani Habibie yang sudah dalam keadaan kritis.
"Memangnya bayarnya pakai apa? Saya juga nggak mau ngurus pasien yang kayak beginian (BPJS Kesehatan-red). Mendingan udah dibawa pulang aja, soalnya juga banyak pasien yang mau pakai ruang ICU ini," jelas Shinta menirukan ucapan tidak terpuji sang dokter.
Sebagai orang awam, menurutnya, ungkapan sang dokter tersebut sudah menyalahi kode etik dan sumpah profesi yang diketahuinya menjunjung tinggi keselamatan pasien. Dirinya pun mengaku merasa kecewa dan terkejut saat mendengar pernyataan sang dokter tersebut.
"Kalau begitu artinya dokter sama sekali nggak perhatian dan nggak optimis untuk nyelamatkan nyawa pasien. Terus maksudnya pasien itu objek, kita lagi bingung mikirin bagaimana kondisi adik, dokternya malah merespon kasar begitu," ujarnya bingung.
Warta Kota yang menyempatkan diri berkeliling di RSUP Fatmawati masih melihat suasana ruang ICU dan pendaftaran RSUP Fatmawati yang ramai dan dipenuhi keluarga serta pasien yang masih mengantre untuk mendapatkan perawatan.
Terlihat miris, banyak pasien yang terkulai lemas hanya bisa bersandar di bangku panjang ruang tunggu pendaftaran yang berada di lobbi rumah sakit. Sedangkan beberapa pasien lainnya terlihat terbaring lemah di lantai ruang tunggu ICU yang hanya disekat di lokasi yang sama.
Sementara itu, mengetahui perihal tidak baiknya pelayanan RSUP Fatmawati tersebut, pihak rumah sakit terlihat menutup diri dari Warta Kota. Pada beberapa kesempatan, Warta Kota yang hendak menemui Kepala RSUP Fatmawati dan Kepala Humas RSUP Fatmawati justru menerima perlakuan buruk dan pengusiran dari beberapa petugas keamanan RSUP Fatmawati yang berjaga. (Dwi Rizki)