IPW: Jakarta Sudah Dikuasai Preman
Aksi pembakaran terhadap juru parkir liar di kawasan Monas menggambarkan bahwa ibukota Jakarta sudah dikuasai preman
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aksi pembakaran terhadap juru parkir liar di kawasan Monas menggambarkan bahwa Ibu Kota Jakarta sudah dikuasai preman. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane.
"Jakarta sudah dalam kondisi darurat Preman dan Polda Metro Jaya tidak mampu mengatasinya. Sehingga aksi-aksi premanisme makin sadis karena merasa dibiarkan aparat kepolisian," ujar Neta dalam pernyataannya kepada Tribunnewa.com, Kamis (26/6/2014).
Diketahui, Selasa 24 Juni 2014 malam, Yusri (47) seorang juru parkir liar di Monas dibakar oleh seorang oknum TNI Sertu HS karena tidak memberikan setoran jatah preman sebesar Rp 50.000. Indonesia Police Watch (IPW), kata Neta, menyatakan prihatin dengan peristiwa ini.
"Pemerintah tidak boleh membiarkan kasus ini, harus mendesak Pom TNI maupun Polri mengusutnya. Sebab aksi sadis ini terjadi di sekitar Istana Kepresidenan dan di pusat pemerintahan
RI maupun pusat pemerintahan Jakarta," ujarnya.
Dikatakan, sangat ironis jika di sekitar pusat pemerintahan sudah dikuasai preman. Dan preman tersebut bebas berbuat sadis, apalagi preman itu adalah oknum TNI. Kasus ini adalah gambaran bahwa para preman di Jakarta makin sadis dan polisi makin tak berdaya.
"Dari pendataan IPW, para preman di Jakarta terdiri dari oknum aparat keamanan, oknum aparat pemda, oknum ormas, dan kelompok masyarakat lainnya. Di Jakarta sedikitnya ada 15 kelompok besar preman, yang sebagian besar terdiri dari beberapa suku. Kelompok-kelompok ini umumnya dibacking oknum aparat, sehingga mereka bebas "berkuasa"," papar Neta.
Bahkan, katanya lagi, kawasan di depan Polda Metro Jaya, tepatnya di Parkir Timur Senayan
dikuasai tiga kelompok preman dan polisi membiarkannya saja. Ke 15 kelompok preman Jakarta, lanutnya, menguasai kawasan tempat hiburan malam, pasar, terminal, lokasi kaki lima, parkir liar, dll.
Di sekitar Roxi, Jakarta Pusat misalnya ada 20 titik parkir liar. Setiap titik harus setor ke
oknum aparat sebanyak dua shift, yang satu shiftnya Rp 150.000. Gurihnya dana segar di lingkungan preman, Neta menegaskan kembali, membuat kawasan parkir liar sulit diberantas dan premanisme tumbuh subur dan makin sadis dalam mendapatkan jatah uang setoran.
"IPW mendesak pemerintah perlu serius membersihkan aksi preman di ibukota agar sadisme bisa dicegah," pungkas Neta S Pane.