TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Muhammad Akbar lebih memilih moda transportasi massal berbasis rel, Kereta Rel Listrik (KRL) ketika berangkat bekerja dari rumahnya di Bogor menuju Jalan Jati Baru, Gambir, Jakarta Pusat.

Hal ini dilakukan karena menilai efisiensi waktu dalam menggunakan KRL dibandingkan kendaraan roda empat. "Saya memang menggunakan KRL setiap pagi kalau berangkat kerja. Kalau ada kegiatan menggunakan mobil operasional. Saya jadi roker (rombongan kereta-red)," kata Akbar di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (11/8).

Pria berusia 50 tahun itu menuturkan alasan dia menggunakan moda transportasi massal, kereta dibandingkan mobil pribadinya. Menurutnya, keefektifan waktu karena jarak tempuh yang cukup jauh dan hemat biaya yang menyebabkan dia lebih memilih menggunakan kereta. Kalau pulang dan berangkat dari rumah di Perumnas Indra Prasta, Bogor selalu naik kereta api.

"Kalau menghitung-hitung perjalanan naik angkutan umum lebih efektif waktu dan biaya. Kalau dari Bogor ke Jakarta bisa sampai 2 jam kalau naik mobil. Sedangkan naik kereta cuman 1 jam saja ke kantor," tutur Akbar.

"Biaya kalau naik mobil bisa sampai Rp100 ribu yang dikeluarin untuk bensin, tol, dan parkir. Kalau naik kendaraan umum paling mahal Rp25 ribu pulang pergi naik kereta lalu nyambung angkot dan ojek," kata pria lulusan Leeds University, Inggris itu.

Namun, jika pekerjaan dia menumpuk dan harus segera mengerjakannya maka saat pulang kerja selalu dianter dengan menggunakan kendaraan operasional. Untuk mobil dinas hanya ditaruh di lapangan parkir gedung kantornya.

"Kalau malam hari ngga sempet naik KRL biasanya dianterin dengan menggunakan mobil operasional," tuturnya.(Bintang Pradewo)