Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sebelum Dipukuli Warga, Ini Pengakuan Firman Tentang Keterlibatannya Dengan Pemberontak RMS

Sebelum dipukuli warga karena kibarkan bendera ISIS, Firman mengaku terlibat dalam gerakan Republik Maluku Selatan (RMS).

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Sebelum Dipukuli Warga, Ini Pengakuan Firman Tentang Keterlibatannya Dengan Pemberontak RMS
WARTA KOTA/ BUDI MALAU
Firman, 40, warga Beji Depok yang dicokok karena kibarkan bendera ISIS di teras rumahnya. 

Rumah Firman di Beji, Depok, Jawa Barat.

TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Firman Hidayat Silalahi, 36, sempat dipukuli warga Depok hingga mulutnya berdarah lantaran terang-terangan mengibarkan bendera ISIS di teras rumahnya.

Warga pantas geram. Sebab, menurut Andri Yudisprana (37) Ketua RT 4/9, Kemiri Muka, Beji, Kota Depok, kepada beberapa warga, dengan bangganya Firman sempat mengaku, ia pernah menjadi pejuang mujahid di beberapa daerah konflik serta juga mengaku pernah menjadi penjaga post kelompok pemberontak Republik Maluku Selatan (RMS) di Ambon tahun 2001.

"Ini informasi dari beberapa warga yang mendengar sendiri pengakuan Firman secara langsung dengan bangganya," ujar Andri. Menurut Andri, informasi warga itu juga menyebutkan bahwa setelah beberapa lama di Ambon dan bergabung dengan RMS, Firman akhirnya berniat pulang kembali ke rumahnya.

"Saat itu ia masih tinggal di Bukit Duri, Jakarta Selatan. Tapi ketika dia ingin pulang, dia ditangkap oleh RMS dan dipukuli. Ia dianggap membelot dari RMS," ujar Andri.

Namun, Firman akhirnya bisa keluar dari pos RMS di Ambon. Namun saat akan pulang dan berangkat ke Jakarta melalui pelabuhan di Ambon, Firman kembali bermasalah. Ia dikenali petugas sebagai anggota kelompok pemberontak dan terlarang RMS. Sehingga Firman sempat akan ditahan dan dilarang datang ke Jakarta.

Berita Rekomendasi

Namun untungnya, saat itu ayah Firman yakni Mudaharim Firdaus Silalahi (60) masih bekerja di Bea Cukai, sehingga ia dijamin masuk ke Jakarta kembali. "Ayahnya memang pensiunan Bea Cukai. Tak lama setelah dari Ambon itu, dia masuk Depok," kata Andri.

Tarti Rosmina Marbun (60) ibu Firman, mengakui bahwa anak pertamanya dari dua bersaudara itu pernah beberapa lama merantau ke Ambon. "Ya sekitar tahun 2000-an itu," katanya saat ditemui Warta Kota, Jumat, di rumahnya. Rumah Tarti berhimpitan langsung dengan rumah Firman.

Tarti mengaku tak tahu apa aktivitas Firman di Ambon. "Yang saya tahu ya kerja," katanya. Kapolresta Depok Kombes Ahmad Subarkah menuturkan, kepada penyidik Firman mengaku pernah ke Ambon tahun 2001 lalu. "Tapi dia gak betah di Ambon, katanya. Sehingga dia kembali lagi ke Jakarta," tutur Ahmad.

Selain itu, kata Ahmad, Firman juga mengaku pernah beberapa lama tinggal di Aceh. "Di sana ikut orang tuanya. Sebagai perantau ia bekerja honorer," ujarnya.

Ahmad mengatakan belum ditemukan keterkaitan Firman dengan kelompok ISIS. Menurutnya Firman dikategorikan sebagai penggemar atau fans ISIS. "Belum ada ada kaitan FH dengan jaringan atau garis kelompok ISIS atau bahkan bagian kelompok terorisme saat ini," kata Ahmad. Menurut Ahmad, polisi masih mendalami dan memeriksa Firman secara intensif bersama ayahnya. (Budi Malau)

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas